Menikah dengan lelaki yang dia cintai dan juga mencintainya adalah impian seorang Zea Shaqueena.
Namun impian tinggalah impian, lelaki yang dia impikan memutuskan untuk menikahi perempuan lain.
Pergi, menghilang, meninggalkan semua kenangan adalah jalan yang dia ambil
Waktu berlalu begitu cepat, ingatan dari masa lalu masih terus memenuhi pikirannya.
Akankah takdir membawanya pada kebahagiaan lain ataukah justru kembali dengan masa lalu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Destiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan malam
Malam hari, zea dan shanum turun untuk makan malam. Disana hanya ada mami lani yang sedang menyiapkan menu di meja makan.
"Sayang-sayangnya mami udah turun, padahal belom mami panggil"
"Iya mi, maaf ya zea gak bantuin mami di dapur" ucap zea merasa tidak enak hati
"No... Mami juga cuma bantu nyiapin doang, bibi yang masak" sahutnya menyela
"Duduk yu" ajaknya kemudian
zea duduk berdampingan dengan shanum
"Papi sama kak bryan mana mi?" tanya shanum saat belum melihat keduanya
"Masih di kamar, bentar lagi juga turun" sahutnya
Tak lama terdengar suara langkah kaki mendekat, mereka kompak mengalihkan pandangannya ke arah kedatangan orang itu
"Ya tuhan kak bri aku kangen banget" shanum beranjak dari duduknya menghampiri dan memeluk kakaknya yang baru dia lihat.
"Ck gadis ini" tak urung tetap balas memeluk adiknya erat
"Oh ya, kakak belum pernah kenalan kan sama sahabat aku. Kenalin ini zea, sahabatku" shanum merangkul zea memperkenalkan pada kakaknya
Zea mengulurkan tangannya pada bryan "Zea kak" ucapnya tersenyum manis
"Bryan" sahutnya menerima uluran tangan zea dengan tersenyum memandang zea, kemudian melepaskan tautan tangan mereka.
"Yasudah ayo kita mulai makan malam" ajak mami
Mereka mulai mengambil makanan yang tersedia di meja.
"Kak tolong ambilin udang" pinta shanum menyodorkan piringnya, lalu menariknya kembali setelah piringnya terisi.
Bryan mengalihkan pandangannya pada zea "Kamu mau?" ucapnya menawarkan.
"Jangan kak, zea alergi udang" reflek shanum menyela sebelum zea menjawab.
"Oh, maaf aku gak tau"
"Iya gapapa" sahut zea sedikit tersenyum
"Oh iya, ze. Papi dengar kamu mau buka butik di paris"
Zea melirik pada shanum sebelum menjawab "Iya pi, rencananya sih gitu."
"Apa sudah punya tempat disana?" tanya papi kembali
"Belum. Nanti aku mau ke sana nyari lokasi yang pas. Kalo sekarang aku lagi beresin kerjaan yang disini dulu."
"Gini, bryan kan tinggal disana. Gimana kalau dia bantu kamu nyari lokasinya"
"Eh, jangan pi gak usah" zea menyela
"Gimana bri?" Tak menghiraukan zea, alex bertanya pada bryan
"Oke, nanti aku bantu cari" Sahut bryan menatap zea
"Gak usah kak nanti ngerepotin." Ucap zea tak enak hati
"Gapapa ze. kebetulan akhir-akhir ini lagi banyak waktu senggang. Nanti aku bantu cari" sahutnya meyakinkan
"Iyain ze, kebetulan kan ada yang mau bantu. Lagian kak bryan udah paham kondisi disana jadi pasti tau lokasi yang bagus dimana. Iya kan kak?" Shanum tambah meyakinkan
Bryan mengangguk menyetujui ucapan adiknya itu.
"Iya loh, nanti kamu tinggal terima beres soal lokasi gak perlu cape nyari" mami menatap zea, menganggukan kepalanya agar zea menyetujui ucapannya.
Zea memandang semua orang disana kemudian mengangguk "Baiklah kalau begitu. Sebelumnya makasih ya kak" ucap zea kemudian
"Sama-sama" sahut bryan. Mami lani tersenyum mendengarnya
"Yasudah, lanjutkan makannya"
.
.
Selesai makan malam, zea berpamitan untuk pulang.
"Mi, terima kasih buat makan malamnya. Lain kali kita makan di luar, aku yang teraktir."
"Kamu ini kaya sama siapa aja" sahutnya
Zea tersenyum "Aku pamit pulang ya, udah malem"
"Gak nginep aja ze?" mami bertanya
"Lain kali aja ya mi"
"Yasudah. Kamu gak bawa mobil kan, diantar bryan mau ya?" Tanya mami menatap penuh harap pada zea
"Bryan" Sebelum zea menjawab, lani memanggil bryan yang berada di dapur
"Eh mami gak usah"
"Gapapa ze, udah malem mami khawatir kalau kamu naik taxi"
"Kenapa mi?" bryan menghampiri mereka menatap penuh tanya pada maminya
"Anterin zea pulang, bisa kan?"
"Oh .. ayo. Aku ambil kunci mobil dulu" ucapnya berlalu menuju kamarnya
.
.
"maaf ya kak, aku jadi ngerepotin" ucap zea merasa tak enak
"Gak papa kali ze, santai" sahutnya melirik sekilas pada zea lalu kembali menatap ke arah depan fokus mengemudi.
Hening tidak ada yang berbicara, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing
"Kamu tinggal sendiri di sini?" bryan bertanya memecah keheningan antara mereka
"Iya kak. Keluargaku semuanya ada di indonesia. Beruntung aku ketemu shanum, jadi aku gak merasa sendiri di negara ini"
"Sudah selama itu kalian bersahabat, bahkan kamu sudah sangat akrab sama mami papi. Tapi kita baru kenalan hari ini. Kakak tau kamu cuma dari cerita shanum aja" bryan terkekeh pelan
"Aku seneng mami udah anggap aku seperti anaknya sendiri"
Bryan menghentikan mobilnya di depan lobi apartemen. Sebelum turun zea mengucapkan terima kasih pada bryan.
"Makasi ya kak udah nganterin aku"
"Iya sama-sama" sahut bryan
"Kalo gitu aku turun dulu. Bye kak"
Setelah melihat zea sudah masuk, bryan kembali melajukan mobilnya.
.
.
.
Pagi ini, varro tidak datang ke perusahaan mertuanya melainkan ke perusahaannya sendiri.
Dony, sekertaris varro yang melihat kedatangan atasannya itu berdiri menyapa "pagi pak"
"pagi. Apa berkasnya sudah kamu siapkan? varro menghentikan langkahnya di hadapan dony
"Sudah pak"
Varro melihat jam di tangannya "Yasudah, 15 menit lagi kita berangkat"
"Baik pak"
Varro melanjutkan langkahnya masuk ke dalam ruangannya. Masuk ke dalam kamar yang dia gunakan untuk beristirahat yang ada di dalam ruangan kerjanya.
Membuka masker kacamata hitam yang dia gunakan, kemudian segera mengganti setelan kerjanya.
Saat datang ke perusahaannya sendiri varro memang kerap menggunakan masker untuk menyamarkan identitasnya. Untuk itu semua karyawannya tidak ada yang mengetahui dan melihat bagaimana rupa atasannya, terkecuali dony yang sudah varro percaya.
.
.
Di sebuah restoran mewah, varro memasuki salah satu ruang vip yang dijadikan tempat pertemuan dengan kliennya.
Disana sudah ada kliennya bersama seorang wanita muda.
"Selamat pagi tuan robert. Maaf membuat anda menunggu" Varro menjabat tangan pria paruh baya di hadapannya.
"Pagi tuan kenzo. No problem. Silahkan duduk" Sahutnya
"Terima kasih" Varro mendudukan tubuhnya di kursi berhadapan dengan kliennya di ikuti dony disampingnya.
"Oh iya. Tuan kenzo perkenalkan, putri saya Natasha" ucapnya
"Natasha" wanita itu menyodorkan tangannya memperkenalkan diri. Memberikan senyum terbaiknya.
"Kenzo" menjabat tangan natasha singkat kemudian melepaskannya.
"Maaf saya membawa putri saya ikut dalam pertemuan ini. Sebab untuk kedepannya nanti, putri saya yang akan menghandle kerja sama kita." Jelasnya
"Baiklah" varro menjawab singkat menganggukan kepalanya mengerti.
Mereka mulai membicarakan perihal kerja sama perusahaan mereka.
"Baiklah saya setuju" ucap varro
Dony mengeluarkan berkas kontrak kerja sama mereka. Memberikan pada kliennya. "Silahkan di tanda tangani di sebelah sini" ucapnya menunjukan
Tanpa ragu robert menandatangani berkas bermaterai tersebut. Setelahnya kembali mengembalikan pada dony.
"Terima kasih sudah mempercayai perusaan saya" ucap robert
"Baiklah kalau begitu saya permisi" varro berdiri kemudian menjabat tangan robert
"Silahkan tuan" sahutnya. Varro segera bergegas keluar dari sana, kembali ke perusahaannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Guyss kalian bingung gak sama alur waktunya ?
Aku rada kagok, takut banget salah 😭
Disini kan aku nulis 2 latar tempat. Indonesia sama london. Setelah aku searching perbedaan waktu indonesia lebih cepat 7 jam dari london.
Semoga kalian paham yaa😊