"apa kau bercanda!! aku tidak bisa berpedang!! aku hanya seorang gadis pembuat roti!! mengapa aku terjebak bersama pria asing seperti mu!! sungguh merepotkan ku!"
aku sungguh menyesal berjalan mencari sumber suara yang membuat ku penasaran. ternyata suara itu berasal dari pertarungan yang terlihat tidak adil. satu lawan sepuluh bukan kah benar benar tidak adil.
tapi walaupun begitu aku mana bisa membantu nya. aku bukan wanita kuat yang tangguh dan mampu berpedang.
aku hanyalah seorang pembuat roti di salah satu kedai roti yang ada di pusat kota kekaisaran Amberland.
"tidak aku tidak bisa membantu mu!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelaparan
Aku kembali melanjutkan kegiatan memasak ku. Setelah terjadi keributan tadi. Akhirnya aku meminta Teo yang menggantikan perban di tubuh pria itu. Aku benar-benar kesal dengan pria bersama Darren itu.
Sekarang di sini lah kami bertiga. Di meja makan rumah ku yang hanya mampu menampung 4 orang. Dengan menu sup sayur kental dan omelette serta roti hangat isi kacang vielnut.
"apa cuma ini yang bisa kau hidang kan?" lihat lah pria cabul ini memulai lagi. Tidak bisa kah dia tenang dan diam.
Aku sungguh pusing mendengar ocehan nya. Padahal tadi malam ku kira dia pria pendiam ternya aku salah besar. Selain minus akhlak dia juga cerewet.
"jika tuan Darren tak ingin makan anda tidak perlu makan. Aku hanya gadis miskin yang tak mampu membeli daging. Jadi tidak usah di makan" ucap ku yang sangat malas memulai percekcokan saat akan makan.
Aku hanya ingin makan dengan tenang. Jadi biar lah saja jika dia tidak ingin makan.
"tuan Darren!! Kau hanya belum merasakan masakan kak Sofia! Semua masakan nya sangat lezat. Walaupun sederhana. Sama seperti roti-roti yang di buat oleh tangan kak Sofia semua nya sangat enak".
Kini Teo lah yang sedang memuji ku. Hahaha l. Bukan nya haus pujian aku hanya merasa terharu dengan bocah ini.
"kau terlalu berlebihan bocah!! Tapi aku akan membuktikan jika makanan yang di masak gadis cerewet ini tidak seenak yang kau katakan!"
Aku sangat benci dengan tatapan meremehkan yang kudapat dari pria itu. Tapi aku tidak ingin merusak acara makan siang ku. Aku sudah sangat lapar apalagi tdi pagi aku belum sempat sarapan. Terserah saja apa yang ingin di lakukan pria itu.
Setelah meletakkan roti isi kacang vielnut yang masih hangat di atas meja aku segera duduk dan akan mulai makan.
"waah.. Kak Sofia roti kacang vielnut buatan mu sangat harum dan terlihat lezat. Seperti nya aku akan memakan roti ini terlebih dahulu". Teo sangat antusias ketika melihat tumpukan roti kacang vielnut yang baru aku letakkan.
"kau bisa makan sepuas mu Teo. Ini bayaran terima kasih ku karena selalu membantu ku. Dan aku juga menyisakan beberapa roti hangat untuk nenek Orleta".
Wanita tua itu pasti sekarang sudah pergi bekerja. Karena saat aku meminjam baju milik mendiang anak nya tadi wanita tua itu sedang bersiap untuk pergi bekerja. Jika tidak dia pasti ikut makan bersama kami saat ini. Aku sering mengundang Teo dan nenek Orleta untuk makan bersama.
"cih!! Berlebihan sekali" gumam pria cabul itu namun aku masih bisa mendengar nya.
Dan untung saja saat ini Teo makan di rumah ku. Karena jika tidak sudah ku pastikan sup panas ini akan berpindah dari mangkuk ke wajah pria angkuh yang duduk di depan ku ini.
Aku kembali memandang pria yang tidak ku tau asal usul nya ini. Dan apa-apaan itu. bukan kah tadi dia mengeluh dengan apa yang ku masak tapi lihat lah di dalam mangkuk nya sudah berisi penuh sup sayur kental yang ku buat dan omelette yang juga aku buat.
Dan tanpa di duga pria itu makan dengan lahap dan cepat seperti kerasukan setan, pria itu makan tanpa memperdulikan kami aku dan Teo yang terdiam menatap pria itu makan seluruh makanan yang ada di atas meja ini termasuk tumpukan roti yang ku buat untuk Teo.
Pria ini seperti tidak makan selama berhari-hari namun memiliki gengsi yang tinggi.
Tak sampai 5 menit makanan yang seharusnya masuk ke lambung kami kini seluruh nya kosong. Bahkan aku belum sempat memenuhi mangkuk ku dengan sup yang sekarang sudah habis.
"tuan Darren!!! hentikan!! Kau menghabiskan seluruh roti kesukaan ku!!" kesal Teo yang melihat pria cabul itu mengambil dan memakan roti terakhir di atas piring.
Tidak bisa di biarkan! Pria ini semakin berbuat sesuka nya. Dia pikir dia siapa! Hanya menumpang di rumah ku tapi lihat lah dia bahkan tidak menyisakan sedikit pun makanan untuk ku makan.
Padahal aku sudah sangat lapar sejak tadi pagi. Aku bangkit dari duduk ku dengan langkah yang kesal dan marah aku menerjang pria itu dan mencekik leher nya.
"brengsek!! Kau bilang masakan ku tidak lah enak! kenapa kau menghabiskan nya! Bahkan setetes sup pun habis tak tersisa!! Keluar kan!! Keluar kan sekarang juga!! Aku sangat lapar dan kau menghabiskan seluruh makanan itu!!"
"hey gadis cerewet!! Kenapa kau melamun? Jika kau ingin melamun duduk lah jangan berdiri sambil melamun!"
Apa??? Aku kembali pada kesadaran ku. Ternyata yang ku lakukan tadi hanya terjadi di dalam pikiran ku. Sabar Sofia. Jika kau melakukan tindakan gegabah lagi maka pria ini akan semakin lama berada di rumah mu.
"aku hanya heran dengan pria rakus seperti mu! Kau menghabiskan seluruh makanan yang ku buat tanpa tersisa. Apakah makanan buatan ku begitu enak? Sampai-sampai kau kalap dan menghabiskan semua nya?!" kini aku menatap nya tajam dan kesal juga berbicara dengan nada yang remeh.
Namun tatapan tajam ku itu hanya di balas dengan wajah tenang nya yang semakin membuat ku jengkel.
"masakan mu tidak enak. Aku hanya lapar maka nya aku memakan semua nya. Jika tidak aku tidak bisa pulih dengan cepat. Apalagi ini semua juga karena ulah mu, aku terluka seperti ini karena menyelamatkan mu. Apa kau lupa?" jelas Darren sambil menyandarkan tubuh nya ke kursi.
Aku hanya bisa pasrah mendengar ucapan nya barusan. Sebagian yang di katakan nya benar. Jika saja aku tidak penasaran malam itu mungkin aku tidak akan terjebak di rumah ku dengan pria asing yang sangat cabul dan menjengkelkan di hadapan ku ini.
Aku pergi ke dapur dan mau tidak mau mengambil roti kacang vielnut yang akan ku berikan kepada nenek Orleta. Ada 5 roti dan aku membawa nya ke atas meja makan. Aku rasa siang ini aku hanya bisa makan roti kacang yang hangat ini.
"makan lah Teo. hanya ini yang tersisa di dapur ku saat ini". Aku kembali duduk dan mengambil satu roti kacang vielnut sambil mengunyah nya pelan-pelan.
Begitu pula dengan Teo yang terlihat lesu juga mengambil satu roti tersebut dan mengunyah nya.
Namun hal tak terduga terjadi lagi. Darren si pria cabul ikut mengambil roti dan kembali memakan nya dengan lahap dan cepat.
Benar-benar sangat rakus.
"tuan Darren!!! Apa kau seorang gelandangan!!".
aneh situ jd org,,
sebar kembar for u..😁