Selepas Cinta Pertama Pergi
Cantik, pintar, memiliki hati yang lembut dan juga baik hati. Siapa saja yang mengenalnya pasti akan langsung menyukainya. Dialah Khalisa Aulia Arsyad, putri kedua dari Kamal Arsyad.
Bagi Khalisa, pria yang bergelar 'AYAH' adalah pria yang menjadi cinta pertamanya. Apa lagi selama ini hanya ayah yang ada dalam hidup Khalisa sebagai orang tua. Jangan tanyakan bagaimana sayang dan hormatnya Khalisa pada Kamal Arsyad. Tentu sangat besar. Begitu besarnya membuat Khalisa takut akan kehilangan ayah Arsyad dalam hidupnya.
Dimata banyak orang, Khalisa terlihat sempurna. Namun sayang, ada sudut hatinya yang kosong. Khalisa merindukan perhatian sang ibu yang hilang sejak dia berusia tujuh tahun, usia yang masih sangat butuh kasih sayang seorang ibu.
Wanita yang melahirkannya itu pergi meninggalkan suami dan dua orang anak, Viola dan Khalisa. Ada luka dan trauma yang Khalisa rasakan dengan keputusan sang ibu yang lebih memilih laki-laki lain dari pada keluarganya. Tapi Khalisa tidak ingin menunjukkan kesedihan itu pada siapapun, terutama pada sang ayah.
Tumbuh dewasa tanpa sosok ibu, tidak membuat Khalisa kekurangan kasih sayang. Ayah dan kakaknya sangat menyayanginya. Khalisa memiliki paman yang bernama Kemal Irsyad, saudara kembar sang ayah. Dia juga memiliki bibi Amanda, istri dari paham Irsyad. Keduanya sangat menyanyangi Khalisa. Mereka memperlakukan Khalisa sama seperti mereka memperlakukan Sonia, putri mereka sendiri.
"Ayah, Ica berangkat dulu." pamit Khalisa pada ayah Arsyad.
Hari ini gadis itu masih ada keperluan ke kampus, setelah berhasil lulus dan wisuda satu minggu yang lalu. Khalisa lulus dengan pujian, memiliki IPK yang hampir sempurna. Hanya kurang sedikit saja menjadi angka empat. Yang lebih membanggakan lagi, Khalisa bisa lulus dengan cepat, hanya dalam kurun waktu tiga setengah tahun saja.
Sempurna dengan hasil yang membanggakan. Hal tersebut tentu saja membuat Khalisa bangga dan bahagia. Sama seperti yang dirasakan oleh ayah Arsyad. Begitu bahagianya, ayah Arsyad sampai memberikan hadiah sebuah mobil. Walau hanya mobil biasa, Khalisa sudah sangat berterima kasih pada sang ayah.
"Terima kasih ayah hadiahnya. Ica suka... suka... suuukaaa sekali." ucap Khalisa seminggu yang lalu.
Ayah Arsyad menepuk nepuk pucuk kepala Khalisa sambil tersenyum bahagia. "Ica, putri ayah yang cantik, tetaplah jadi anak ayah yang baik, suka menolong dan rendah hati seperti biasanya." ucap ayah Arsyad.
Pesan sang ayah yang tidak akan pernah Khalisa lupakan. Cinta pertamanya itu selalu menjadi panutan bagi Khalisa. Ayah Arsyad adalah satu-satunya orang tua bagi Khalisa. Sosok yang berperan sebagai ayah sekaligus ibu untuknya.
Meskipun ibu kandung Khalisa masih ada, tapi wanita yang bernama Diana itu seolah lupa jika masih punya anak yang bernama Khalisa. Diana hanya perhatian pada Viola saja. Entahlah mungkin karena Viola sekarang tinggal bersama ibunya dan om Dion, ayah tiri mereka. Ingin rasanya Khalisa membenci ibunya, tapi hati nuraninya selalu saja melarang untuk melakukan itu.
Dengan mengendarai mobil barunya, Khalisa membela jalan yang sudah sedikit lengang. Mungkin karena dia berangkat lebih siang dari biasanya, di jam yang bukan jam sibuk.
Tidak butuh waktu lama bagi Khalisa untuk sampai di kampus. Sudah ada Reina kakak tingkatnya yang menunggu. Mereka akan mengambil ijazah, lalu menemui pak Abian, dosen muda yang terkenal dengan ketampanannya dan juga ketegasannya.
"Kapan nih bawa gue keliling dengan mobil baru Lo, Ca?" tanya Reina begitu Khalisa turun dari mobilnya.
"Jangan gitu deh. Gue tahu, mobil gue ini enggak sekeren mobil mewah milik Lo Re." balas Khalisa.
"Hey Neng Khalisa, jangan gitu gimana? Gue serius ini. Dua rius malahan." sahut Reina jujur. Ya sekali-kali naik mobil biasa seperti milik Khalisa tidak masalah, kan?
"Udah ah, ayo!" ucap Khalisa yang tidak ingin berlama-lama berada di parkiran. Dia tidak tahan dengan sengatan matahari yang cukup terik dipagi menjelang siang seperti ini.
Setelah mengambil ijazah, Khalisa dan Reina langsung menuju ruangan pak Abian. Hanya Khalisa sebenarnya yang butuh bertemu dosen pembimbingnya itu. Tapi Khalisa tidak bisa menahan Reina yang ingin ikut bertemu dosen yang terkenal dengan ketampanannya itu. Reina termasuk fans berat dosen muda itu.
Pak Abian merekomendasikan Khalisa mendapatkan pekerjaan disalah satu perusahaan besar yang bekerja sama dengan universitas, untuk mendapatkan mahasiswa terbaik seperti Khalisa. Kemarin pria itu memberi kabar bahwa Khalisa akan diterima setelah wawancara di perusahaan tersebut.
"Selamat ya Khalisa, dan persiapkan dirimu untuk wawancara minggu depan." ucap pak Abian, setelah Khalisa berada dihadapannya.
"Terima kasih atas bantuan Bapak selama ini pada Saya." balas Khalisa tulus, mengabaikan Reina yang matanya menatap lekat pak Abian. Sudah sejak awal kuliah, kakak tingkatnya itu mengikrarkan diri sebagai pengagum berat pak Abian. Padahal pak Abian kan sukanya sama Khalisa.
"Ini kamu bawa saat wawancara nanti." ucap pak Abian lagi, sambil memberikan sebuah map pada mahasiswi terbaiknya itu.
Saat Khalisa kembali ingin bicara, benda pipih miliknya berbunyi. Gadis itu meminta izin untuk mengangkat panggilan dari Rita, manager yang selama ini membantu ayah Arsyad mengelola restoran milik ayahnya.
"Ada apa Khalisa?" tanya Abian begitu melihat wajah mahasiswinya itu memucat setelah menerima telepon.
"Maaf Pak, saya permisi dulu. Ayah saya dilarikan ke rumah sakit." ucap Khalisa sambil berdiri.
Tanpa menunggu jawaban, Khalisa segera saja keluar dari ruangan pak Abian, disusul oleh dosen tampan itu. Mereka berdua meninggalkan Reina yang belum bisa menguasai keadaan.
"Eh, kok gue di tinggal. Ica... tunggu!"
"Saya antar kamu Lisa." ucap Abian.
Khalisa tentu saja menolak. Dia tidak ingin merepotkan pria yang sudah sangat baik kepadanya itu. Mulai dari awal perkuliahan, hingga detik ini. Tapi sepertinya dosen muda itu tidak ingin dibantah. Abian bahkan merebut kunci mobil yang ada di tangan Khalisa, lalu melajukan kendaraan milik mahasiswinya itu menuju rumah sakit yang Khalisa sebutkan.
Tiba dirumah sakit, Khalisa langsung turun dan meninggalkan Abian begitu saja. Dari kejauhan Khalisa bisa mengenali karyawan kepercayaan ayahnya. Langsung saja Khalisa mendekat dan bertanya pada Rita. Setelah mendapat penjelasan dari Rita, Khalisa duduk dibangku tunggu dengan keadaan cemas. Abian yang baru sampai setelah memarkirkan mobil milik Khalisa, ikut duduk disamping gadis itu.
"Bagaimana keadaan ayah kamu?" tanya Abian.
Belum sempat Khalisa menjawab, seorang dokter yang Khalisa kenal sebagai salah satu teman ayah dan pamannya keluar dari ruangan tindakan.
"Bagaimana keadaan ayah saya Om Dok?" tanya Khalisa.
"Kamu Ica, Khalisa." ucap dokter itu yakin.
"Iya Om Dokter, saya Ica." sahut Khalisa.
"Ikut Om keruangan!" ucap Dokter Sam, dokter spesialis onkologi tersebut.
Sebelum mengikuti dokter Sam keruangannya, Khalisa meminta Rita kembali ke restaurant. Tidak lupa, dia berterima kasih banyak pada karyawan ayahnya itu yang sudah sigap membawa ayahnya ke rumah sakit.
"Dua bulan yang lalu, ayah kamu mengeluhkan penyakitnya kepada Om. Beliau, Om sarankan untuk melakukan pemeriksaan. Ayah kamu setuju dan menjalani pemeriksaan dirumah sakit ini." ucap dokter Sam mencoba menjelaskan.
"Lalu apa hasilnya Om Dok?" tanya Khalisa tidak sabaran.
Dokter Sam menghela nafas. "Hasil pemeriksaanya menunjukkan bahwa Arsyad terkena tumor otak. Om sarankan untuk operasi agar kami bisa mengetahui termasuk tumor ganas atau tidak."
"Ayah pasti menolak melakukan operasi." tebak Khalisa.
Dokter Sam mengangguk, "Ayah kamu punya alasan mengapa dia tidak mau. Tapi Om tetap berusaha membujuk Arsyad untuk mau melakukan operasi." balas dokter Sam.
Dokter Sam menyampaikan sudah sangat hati-hati agar Khalisa bisa menerimanya dengan baik. Khalisa sendiri mencoba untuk kuat, namun kecemasan atas kondisi sang ayah membuat tubuh gadis itu gemetar. Untung saja ada Abian yang ikut menemaninya diruangan ini. Sehingga setelah dokter Sam menyampaikan penyakit ayahnya, Khalisa punya tangan yang memeluknya. Dalam pelukan Abian, Khalisa menumpahkan kesedihannya.
"Maaf Pak Bian. Saya membuat pakaian Bapak basah dan kotor." ucap Khalisa yang merasa tidak enak hati dan juga malu.
"Bukan masalah. Lebih baik sekarang kamu hubungi keluarga kamu." balas Abian.
"Bapak benar." sahut Khalisa, "Mengapa aku melupakan ini." gumam Khalisa dalam hati.
Orang yang pertama Khalisa hubungi adalah paman Kemal lalu bibi Amanda. Setelah itu Khalisa menghubungi Sonia, orang yang bisa menguatkan hatinya disaat rapuh.
Dengan malas, Khalisa pun menghubungi Viola. Seperti yang sudah dia duga sebelumnya, Viola tidak sedih medengar kabar buruk tentang ayah mereka. Viola berubah sejak kakaknya itu memilih tinggal bersama sang ibu.
Orang terakhir yang Rissa kabari adalah Devan. Sayangnya tidak ada jawaban dari seberang sana. Mungkin Devan sedang sibuk dengan para model yang harus dia foto. Khalisa pun memilih mengirimkan pesan saja lewat aplikasi hijau. Mengabarkan kondisi dan keberadaan ayahnya.
Khalisa tidak tahu saja. Tunangannya itu bukan sibuk bekerja. Tapi sibuk menyalurkan hasratnya yang tidak bisa Khalisa berikan karena belum menikah. Saat ini Devan tengah bersama Viola di apartement pria itu. Mereka sedang melanjutkan kegiatan panas yang tertunda setelah Viola menerima telepon dari Khalisa.
...◇◇◇...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
martina melati
permisi thor... jika viola putri pertama, sonia itu putri siapa???
2024-10-18
0
Katherina Ajawaila
cerita nya menarik aku suka liat gaya hidup khalisa yg mengutamakan kel dr pada pribadinya😘
2024-10-12
2
🍁Angela❣️
aku juga berpendapat dengan Khalisa... ayah adalah cinta pertama bagi seorang anak
2024-08-27
1