Selepas Cinta Pertama Pergi

Selepas Cinta Pertama Pergi

Bab 1. Cinta Pertama

Cantik, pintar, memiliki hati yang lembut dan juga baik hati. Siapa saja yang mengenalnya pasti akan langsung menyukainya. Dialah Khalisa Aulia Arsyad, putri kedua dari Kamal Arsyad.

Bagi Khalisa, pria yang bergelar 'AYAH' adalah pria yang menjadi cinta pertamanya. Apa lagi selama ini hanya ayah yang ada dalam hidup Khalisa sebagai orang tua. Jangan tanyakan bagaimana sayang dan hormatnya Khalisa pada Kamal Arsyad. Tentu sangat besar. Begitu besarnya membuat Khalisa takut akan kehilangan ayah Arsyad dalam hidupnya.

Dimata banyak orang, Khalisa terlihat sempurna. Namun sayang, ada sudut hatinya yang kosong. Khalisa merindukan perhatian sang ibu yang hilang sejak dia berusia tujuh tahun, usia yang masih sangat butuh kasih sayang seorang ibu.

Wanita yang melahirkannya itu pergi meninggalkan suami dan dua orang anak, Viola dan Khalisa. Ada luka dan trauma yang Khalisa rasakan dengan keputusan sang ibu yang lebih memilih laki-laki lain dari pada keluarganya. Tapi Khalisa tidak ingin menunjukkan kesedihan itu pada siapapun, terutama pada sang ayah.

Tumbuh dewasa tanpa sosok ibu, tidak membuat Khalisa kekurangan kasih sayang. Ayah dan kakaknya sangat menyayanginya. Khalisa memiliki paman yang bernama Kemal Irsyad, saudara kembar sang ayah. Dia juga memiliki bibi Amanda, istri dari paham Irsyad. Keduanya sangat menyanyangi Khalisa. Mereka memperlakukan Khalisa sama seperti mereka memperlakukan Sonia, putri mereka sendiri.

"Ayah, Ica berangkat dulu." pamit Khalisa pada ayah Arsyad.

Hari ini gadis itu masih ada keperluan ke kampus, setelah berhasil lulus dan wisuda satu minggu yang lalu. Khalisa lulus dengan pujian, memiliki IPK yang hampir sempurna. Hanya kurang sedikit saja menjadi angka empat. Yang lebih membanggakan lagi, Khalisa bisa lulus dengan cepat, hanya dalam kurun waktu tiga setengah tahun saja.

Sempurna dengan hasil yang membanggakan. Hal tersebut tentu saja membuat Khalisa bangga dan bahagia. Sama seperti yang dirasakan oleh ayah Arsyad. Begitu bahagianya, ayah Arsyad sampai memberikan hadiah sebuah mobil. Walau hanya mobil biasa, Khalisa sudah sangat berterima kasih pada sang ayah.

"Terima kasih ayah hadiahnya. Ica suka... suka... suuukaaa sekali." ucap Khalisa seminggu yang lalu.

Ayah Arsyad menepuk nepuk pucuk kepala Khalisa sambil tersenyum bahagia. "Ica, putri ayah yang cantik, tetaplah jadi anak ayah yang baik, suka menolong dan rendah hati seperti biasanya." ucap ayah Arsyad.

Pesan sang ayah yang tidak akan pernah Khalisa lupakan. Cinta pertamanya itu selalu menjadi panutan bagi Khalisa. Ayah Arsyad adalah satu-satunya orang tua bagi Khalisa. Sosok yang berperan sebagai ayah sekaligus ibu untuknya.

Meskipun ibu kandung Khalisa masih ada, tapi wanita yang bernama Diana itu seolah lupa jika masih punya anak yang bernama Khalisa. Diana hanya perhatian pada Viola saja. Entahlah mungkin karena Viola sekarang tinggal bersama ibunya dan om Dion, ayah tiri mereka. Ingin rasanya Khalisa membenci ibunya, tapi hati nuraninya selalu saja melarang untuk melakukan itu.

Dengan mengendarai mobil barunya, Khalisa membela jalan yang sudah sedikit lengang. Mungkin karena dia berangkat lebih siang dari biasanya, di jam yang bukan jam sibuk.

Tidak butuh waktu lama bagi Khalisa untuk sampai di kampus. Sudah ada Reina kakak tingkatnya yang menunggu. Mereka akan mengambil ijazah, lalu menemui pak Abian, dosen muda yang terkenal dengan ketampanannya dan juga ketegasannya.

"Kapan nih bawa gue keliling dengan mobil baru Lo, Ca?" tanya Reina begitu Khalisa turun dari mobilnya.

"Jangan gitu deh. Gue tahu, mobil gue ini enggak sekeren mobil mewah milik Lo Re." balas Khalisa.

"Hey Neng Khalisa, jangan gitu gimana? Gue serius ini. Dua rius malahan." sahut Reina jujur. Ya sekali-kali naik mobil biasa seperti milik Khalisa tidak masalah, kan?

"Udah ah, ayo!" ucap Khalisa yang tidak ingin berlama-lama berada di parkiran. Dia tidak tahan dengan sengatan matahari yang cukup terik dipagi menjelang siang seperti ini.

Setelah mengambil ijazah, Khalisa dan Reina langsung menuju ruangan pak Abian. Hanya Khalisa sebenarnya yang butuh bertemu dosen pembimbingnya itu. Tapi Khalisa tidak bisa menahan Reina yang ingin ikut bertemu dosen yang terkenal dengan ketampanannya itu. Reina termasuk fans berat dosen muda itu.

Pak Abian merekomendasikan Khalisa mendapatkan pekerjaan disalah satu perusahaan besar yang bekerja sama dengan universitas, untuk mendapatkan mahasiswa terbaik seperti Khalisa. Kemarin pria itu memberi kabar bahwa Khalisa akan diterima setelah wawancara di perusahaan tersebut.

"Selamat ya Khalisa, dan persiapkan dirimu untuk wawancara minggu depan." ucap pak Abian, setelah Khalisa berada dihadapannya.

"Terima kasih atas bantuan Bapak selama ini pada Saya." balas Khalisa tulus, mengabaikan Reina yang matanya menatap lekat pak Abian. Sudah sejak awal kuliah, kakak tingkatnya itu mengikrarkan diri sebagai pengagum berat pak Abian. Padahal pak Abian kan sukanya sama Khalisa.

"Ini kamu bawa saat wawancara nanti." ucap pak Abian lagi, sambil memberikan sebuah map pada mahasiswi terbaiknya itu.

Saat Khalisa kembali ingin bicara, benda pipih miliknya berbunyi. Gadis itu meminta izin untuk mengangkat panggilan dari Rita, manager yang selama ini membantu ayah Arsyad mengelola restoran milik ayahnya.

"Ada apa Khalisa?" tanya Abian begitu melihat wajah mahasiswinya itu memucat setelah menerima telepon.

"Maaf Pak, saya permisi dulu. Ayah saya dilarikan ke rumah sakit." ucap Khalisa sambil berdiri.

Tanpa menunggu jawaban, Khalisa segera saja keluar dari ruangan pak Abian, disusul oleh dosen tampan itu. Mereka berdua meninggalkan Reina yang belum bisa menguasai keadaan.

"Eh, kok gue di tinggal. Ica... tunggu!"

"Saya antar kamu Lisa." ucap Abian.

Khalisa tentu saja menolak. Dia tidak ingin merepotkan pria yang sudah sangat baik kepadanya itu. Mulai dari awal perkuliahan, hingga detik ini. Tapi sepertinya dosen muda itu tidak ingin dibantah. Abian bahkan merebut kunci mobil yang ada di tangan Khalisa, lalu melajukan kendaraan milik mahasiswinya itu menuju rumah sakit yang Khalisa sebutkan.

Tiba dirumah sakit, Khalisa langsung turun dan meninggalkan Abian begitu saja. Dari kejauhan Khalisa bisa mengenali karyawan kepercayaan ayahnya. Langsung saja Khalisa mendekat dan bertanya pada Rita. Setelah mendapat penjelasan dari Rita, Khalisa duduk dibangku tunggu dengan keadaan cemas. Abian yang baru sampai setelah memarkirkan mobil milik Khalisa, ikut duduk disamping gadis itu.

"Bagaimana keadaan ayah kamu?" tanya Abian.

Belum sempat Khalisa menjawab, seorang dokter yang Khalisa kenal sebagai salah satu teman ayah dan pamannya keluar dari ruangan tindakan.

"Bagaimana keadaan ayah saya Om Dok?" tanya Khalisa.

"Kamu Ica, Khalisa." ucap dokter itu yakin.

"Iya Om Dokter, saya Ica." sahut Khalisa.

"Ikut Om keruangan!" ucap Dokter Sam, dokter spesialis onkologi tersebut.

Sebelum mengikuti dokter Sam keruangannya, Khalisa meminta Rita kembali ke restaurant. Tidak lupa, dia berterima kasih banyak pada karyawan ayahnya itu yang sudah sigap membawa ayahnya ke rumah sakit.

"Dua bulan yang lalu, ayah kamu mengeluhkan penyakitnya kepada Om. Beliau, Om sarankan untuk melakukan pemeriksaan. Ayah kamu setuju dan menjalani pemeriksaan dirumah sakit ini." ucap dokter Sam mencoba menjelaskan.

"Lalu apa hasilnya Om Dok?" tanya Khalisa tidak sabaran.

Dokter Sam menghela nafas. "Hasil pemeriksaanya menunjukkan bahwa Arsyad terkena tumor otak. Om sarankan untuk operasi agar kami bisa mengetahui termasuk tumor ganas atau tidak."

"Ayah pasti menolak melakukan operasi." tebak Khalisa.

Dokter Sam mengangguk, "Ayah kamu punya alasan mengapa dia tidak mau. Tapi Om tetap berusaha membujuk Arsyad untuk mau melakukan operasi." balas dokter Sam.

Dokter Sam menyampaikan sudah sangat hati-hati agar Khalisa bisa menerimanya dengan baik. Khalisa sendiri mencoba untuk kuat, namun kecemasan atas kondisi sang ayah membuat tubuh gadis itu gemetar. Untung saja ada Abian yang ikut menemaninya diruangan ini. Sehingga setelah dokter Sam menyampaikan penyakit ayahnya, Khalisa punya tangan yang memeluknya. Dalam pelukan Abian, Khalisa menumpahkan kesedihannya.

"Maaf Pak Bian. Saya membuat pakaian Bapak basah dan kotor." ucap Khalisa yang merasa tidak enak hati dan juga malu.

"Bukan masalah. Lebih baik sekarang kamu hubungi keluarga kamu." balas Abian.

"Bapak benar." sahut Khalisa, "Mengapa aku melupakan ini." gumam Khalisa dalam hati.

Orang yang pertama Khalisa hubungi adalah paman Kemal lalu bibi Amanda. Setelah itu Khalisa menghubungi Sonia, orang yang bisa menguatkan hatinya disaat rapuh.

Dengan malas, Khalisa pun menghubungi Viola. Seperti yang sudah dia duga sebelumnya, Viola tidak sedih medengar kabar buruk tentang ayah mereka. Viola berubah sejak kakaknya itu memilih tinggal bersama sang ibu.

Orang terakhir yang Rissa kabari adalah Devan. Sayangnya tidak ada jawaban dari seberang sana. Mungkin Devan sedang sibuk dengan para model yang harus dia foto. Khalisa pun memilih mengirimkan pesan saja lewat aplikasi hijau. Mengabarkan kondisi dan keberadaan ayahnya.

Khalisa tidak tahu saja. Tunangannya itu bukan sibuk bekerja. Tapi sibuk menyalurkan hasratnya yang tidak bisa Khalisa berikan karena belum menikah. Saat ini Devan tengah bersama Viola di apartement pria itu. Mereka sedang melanjutkan kegiatan panas yang tertunda setelah Viola menerima telepon dari Khalisa.

...◇◇◇...

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

semoga Khalisa tipe perempuan tanggung seperti karya²mu yg telah aku baca Thor.. selalu suka..

2024-12-07

0

martina melati

martina melati

permisi thor... jika viola putri pertama, sonia itu putri siapa???

2024-10-18

0

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

cerita nya menarik aku suka liat gaya hidup khalisa yg mengutamakan kel dr pada pribadinya😘

2024-10-12

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Cinta Pertama
2 Bab 2. Ayah
3 Bab 3. Melihat
4 Bab 4. Mengakhiri
5 Bab 5. Yang Terakhir
6 Bab 6. Merayakan Keberhasilan
7 Bab 7. Pasangan Yang Serasi
8 Bab 8. Selingkuh
9 Bab 9. Mulai Bekerja
10 Bab 10. Rencana Sonia
11 Bab 11. Bertemu
12 Bab 12. Sebuah Rasa Baru
13 Bab 13. Perubahan Narendra
14 Bab 14. Mas Mencintai Kamu
15 Bab 15. SONIA VS VIOLA
16 Bab 16. Galau
17 Bab 17. Permintaan Sonia
18 Bab 18. Pengakuan Sonia
19 Bab 19. Memberi Izin
20 Bab 20. Acara Penting
21 Bab 21. Bertunangan
22 Bab 22. Rencana Yang Gagal
23 Bab 23. Gagal
24 Bab 24. Rahasia
25 Bab 25. Mengikuti Kata Hati
26 Bab 26. Surat Perjanjian
27 Bab 27. Menjelang Hari Pernikahan
28 Bab 28. Hilang
29 Bab 29. Permintaan Diana
30 Bab 30. Hari Pernikahan
31 Bab 31. Gangguan Kecil
32 Bab 32. Pertama Kali
33 Bab 33. Tentang Abian
34 Bab 34. Rahasia Diana
35 Bab 35. Tiba di Jepang
36 Bab 36. Membaca Bukti
37 Bab 37. Rencana Diana
38 Bab 38. Kabar Buruk
39 Bab 39. Masa lalu
40 Bab 40. Tidak Ingat
41 Bab 41. Pria Itu
42 Bab 42. Bertemu Sonia
43 Bab 43. Kediaman Wiranata
44 Bab 44. Pamit
45 Bab 45. Accident
46 Bab 46. Baik-baik Saja
47 Bab 47. Menikah
48 Bab 48. Terpaksa
49 Bab 49. Menemui Pelaku
50 Bab 50. Setelah Satu Bulan
51 Bab 51. Yang terjadi
52 Bab 52. Sakit?
53 Bab 53. Pertanyaan Khalisa
54 Bab 54. Ketahuan
55 Bab 55. Cinta Jadi Benci
56 Bab 56. Hamil
57 Bab 57. Ada Dua
58 Bab 58. Bawaan Bayi
59 Bab 59. Karlina
60 Bab 60. Musuh Lama
61 Bab 61. Pernikahan Viola
62 Bab 62. Keinginan Khalisa
63 Bab 63. Waspada
64 Bab 64. Diperalat
65 Bab 65. Malam Itu
66 Bab 66. Ditahan
67 Bab 67. Ditangkap
68 Bab 68. Semoga Cepat Berakhir
69 Bab 69. Mau Bicara
70 Bab 70. Ancaman
71 Bab 71. Ungkapan Cinta Khalisa
72 Bab 72. Tidak Sadarkan Diri
73 Bab 73. Hati Hati
74 Bab 74. Salah Paham
75 Bab 75. Ke Rumah Sakit
76 Bab 76. Setitik Cahaya
77 Bab 77. Sudah Waktunya
78 Bab 78. Tidak Pernah Ada
79 Bab 79. Tidak Bisa Jauh
80 Bab 80. Jawaban
81 Bab 81. Berita Buruk
82 Bab 82. Konferensi pers
83 Bab 83. Hikmah
84 Bab 84. Ucapan Adalah Doa
85 Bab 85. Bayi Besar
86 Bab 86. Sebuah Kenangan
87 Bab 87. Mengusir Hama
88 Bab 88. Bukan Mimpi
89 Bab 89. Sepakat
90 Bab 90. Calista Khalisa
91 Bab 91. Ada Hikmah Disetiap Masalah
92 Bab 92. Damai
93 Bab 93. Baik-baik Saja
94 Bab 94. Tidak Tenang
95 Bab 95. Salah Target
96 Bab 96. Bahagia
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Bab 1. Cinta Pertama
2
Bab 2. Ayah
3
Bab 3. Melihat
4
Bab 4. Mengakhiri
5
Bab 5. Yang Terakhir
6
Bab 6. Merayakan Keberhasilan
7
Bab 7. Pasangan Yang Serasi
8
Bab 8. Selingkuh
9
Bab 9. Mulai Bekerja
10
Bab 10. Rencana Sonia
11
Bab 11. Bertemu
12
Bab 12. Sebuah Rasa Baru
13
Bab 13. Perubahan Narendra
14
Bab 14. Mas Mencintai Kamu
15
Bab 15. SONIA VS VIOLA
16
Bab 16. Galau
17
Bab 17. Permintaan Sonia
18
Bab 18. Pengakuan Sonia
19
Bab 19. Memberi Izin
20
Bab 20. Acara Penting
21
Bab 21. Bertunangan
22
Bab 22. Rencana Yang Gagal
23
Bab 23. Gagal
24
Bab 24. Rahasia
25
Bab 25. Mengikuti Kata Hati
26
Bab 26. Surat Perjanjian
27
Bab 27. Menjelang Hari Pernikahan
28
Bab 28. Hilang
29
Bab 29. Permintaan Diana
30
Bab 30. Hari Pernikahan
31
Bab 31. Gangguan Kecil
32
Bab 32. Pertama Kali
33
Bab 33. Tentang Abian
34
Bab 34. Rahasia Diana
35
Bab 35. Tiba di Jepang
36
Bab 36. Membaca Bukti
37
Bab 37. Rencana Diana
38
Bab 38. Kabar Buruk
39
Bab 39. Masa lalu
40
Bab 40. Tidak Ingat
41
Bab 41. Pria Itu
42
Bab 42. Bertemu Sonia
43
Bab 43. Kediaman Wiranata
44
Bab 44. Pamit
45
Bab 45. Accident
46
Bab 46. Baik-baik Saja
47
Bab 47. Menikah
48
Bab 48. Terpaksa
49
Bab 49. Menemui Pelaku
50
Bab 50. Setelah Satu Bulan
51
Bab 51. Yang terjadi
52
Bab 52. Sakit?
53
Bab 53. Pertanyaan Khalisa
54
Bab 54. Ketahuan
55
Bab 55. Cinta Jadi Benci
56
Bab 56. Hamil
57
Bab 57. Ada Dua
58
Bab 58. Bawaan Bayi
59
Bab 59. Karlina
60
Bab 60. Musuh Lama
61
Bab 61. Pernikahan Viola
62
Bab 62. Keinginan Khalisa
63
Bab 63. Waspada
64
Bab 64. Diperalat
65
Bab 65. Malam Itu
66
Bab 66. Ditahan
67
Bab 67. Ditangkap
68
Bab 68. Semoga Cepat Berakhir
69
Bab 69. Mau Bicara
70
Bab 70. Ancaman
71
Bab 71. Ungkapan Cinta Khalisa
72
Bab 72. Tidak Sadarkan Diri
73
Bab 73. Hati Hati
74
Bab 74. Salah Paham
75
Bab 75. Ke Rumah Sakit
76
Bab 76. Setitik Cahaya
77
Bab 77. Sudah Waktunya
78
Bab 78. Tidak Pernah Ada
79
Bab 79. Tidak Bisa Jauh
80
Bab 80. Jawaban
81
Bab 81. Berita Buruk
82
Bab 82. Konferensi pers
83
Bab 83. Hikmah
84
Bab 84. Ucapan Adalah Doa
85
Bab 85. Bayi Besar
86
Bab 86. Sebuah Kenangan
87
Bab 87. Mengusir Hama
88
Bab 88. Bukan Mimpi
89
Bab 89. Sepakat
90
Bab 90. Calista Khalisa
91
Bab 91. Ada Hikmah Disetiap Masalah
92
Bab 92. Damai
93
Bab 93. Baik-baik Saja
94
Bab 94. Tidak Tenang
95
Bab 95. Salah Target
96
Bab 96. Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!