cerita ini masih bersetting di Dunia Globus di sebuah benua besar yang bernama Fangkea .
Menceritakan tentang seorang anak manusia , dimana kedua orang tua nya di bunuh secara sadis dan kejam serta licik oleh sekelompok pendekar kultivator .
Trauma masa kecil , terbawa hingga usia remaja , yang membuahkan sebuah dendam kesumat .
Dalam pelarian nya , dia terpisah dari sang kakak sebagai pelindung satu satu nya .
Bagai manakah dia menapaki jalan nya dalam hidup sebatang kara dengan usia yang masih sangat belia .
Bisakah dia mengungkap motif pembunuhan kedua orang tua nya , serta mampu kah dia membalas dendam ? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertarung dengan Serigala Hitam .
Tanpa terasa satu musim sudah terlewati oleh dua kakak beradik ini dalam pelarian mereka di tengah hutan rimba.
Kini Jiang Bi telah berusia delapan tahun, dan Cin Hai telah berusia enam tahun.
Meskipun masih sering terbangun dimalam hari, tetapi Cin Hai tidak lagi berteriak dan menjerit jerit histeris.
Paling paling badan nya menggigil ketakutan, wajah nya pucat pasi, lalu segera dia benamkan wajah nya, di dalam pelukan sang kakak.
Pelukan kakak nya lah yang mampu meredakan ketakutan nya, dan menenangkan hati nya.
Tempaan keadaan serta pelajaran dari alam, membuat kedua bocah ini harus mampu beradaptasi dengan lingkungan nya.
Untung bagi Jiang Bi, jika dahulu dia selalu diajak sang ayah kedalam hutan untuk berburu binatang, sehingga dia menguasai cara bertahan hidup di tengah hutan liar.
Untuk hidup di tengah orang banyak, masih ada ketakutan di dalam hati mereka berdua, bahkan mereka berusaha menghindari orang orang, karena rasa takut itu.
Tetapi dalam kenyataan nya, lebih dari satu purnama mereka tinggal di tengah rimba belantara itu, tidak pernah sekalipun bertemu dengan manusia.
Hari itu kedua kakak beradik ini seperti biasa nya, berburu binatang di hutan.
Hari hari mereka lewati memang dengan berburu binatang, kalau tidak di kali kecil, ya di hutan sekitar mereka.
Setelah satu musim berlalu, binatang buruan pun sudah mulai menjauh dari tempat itu, sehingga perlu berjalan ke tempat yang lebih jauh lagi agar mendapatkan binatang buruan.
Kini Cin Hai sudah dibuatkan sebuah panah oleh Jiang Bi, dan sudah mahir mempergunakan nya.
Saat mereka pergi berburu, Jiang Bi tidak lupa menyuruh Cin Hai membawa serta batu api di kantong bekal yang terbuat dari kulit binatang itu, seperti pesan ayah nya dahulu kepada nya.
Apa yang pernah diajarkan ayah nya, sekarang dia terapkan dan dia sampaikan pada Cin Hai juga.
Sekarang ini, Cin Hai sudah tidak perlu lagi di gendong kakak nya, selain tubuh nya bertambah berat, dia sendiri pun sudah bisa berjalan cepat, maupun berlari.
Memang benar kata orang orang bijak bahwa manusia akan selalu menemukan cara nya sendiri untuk bertahan hidup dalam suasana sesulit apapun juga.
Mungkin karena naluri bertahan hidup itulah, kini Cin Hai tumbuh menjadi bocah hutan yang dapat berlari cepat di antara pepohonan.
Hari itu, pagi pagi sekali, Cin Hai dan Jiang Bi sudah mempersiapkan bekal untuk berjalan jauh.
Pegunungan Kwan Lun adalah sederetan pegunungan yang berbaris dari timur kebarat, lalu melingkar keutara, sebelum kembali berderet ketimur lagi membentuk lingkaran lembah yang sangat besar di tengah tengah nya.
Pegunungan Kwan Lun ini pula tempat berawal nya tiga kali kecil yang mengalir jauh menjadi tiga sungai besar, yaitu sungai Tian di sebelah barat, sungai Liong di selatan dan sungai Chong di sebelah timur.
Sudah beberapa waktu mereka berjalan ke sebelah barat, namun belum juga bertemu binatang buruan.
Diujung kali kecil itu ada sebuah telaga kecil dengan sebuah air terjun di tebing sisi Utara lembah.
Kedua kakak beradik itu duduk di atas bebatuan di pinggir telaga kecil sambil menikmati bekal mereka.
Jiang Bi berdiri diatas batu besar, menatap ke sekeliling lembah, nampak sekali jika lembah ini sangat lah besar, di kelilingi oleh pegunungan yang bersusun susun serta bersambung sambung seperti benteng yang menjaga lembah ini.
Di sekeliling telaga itu, ada rimbunan hutan yang lumayan rapat dengan jarak kurang lebih dua puluh langkah dari tepi telaga.
"Kak!, boleh tidak Cin Hai mandi di telaga ini?" tanya Cin Hai pada sang kakak nya.
"Boleh!, tetapi di pinggir saja, jangan ketengah, dalam!" ujar Jiang Bi mengingatkan sang adik.
"Iya kak!" sahut Cin Hai sambil melepaskan pakaian nya, lalu menceburkan tubuh nya ke telaga.
Namun baru saja Cin Hai bersenang senang di dalam telaga kecil itu, tiba tiba dari rerimbunan pohon , terdengar suara lolongan serigala.
"Cepat naik dik , ada serigala, ayo cepat!" teriak Jiang Bi pada adik nya.
Karena desauan suara air terjun, sehingga suara Jiang Bi tidak terlalu jelas di dengar oleh Cin Hai.
"Adik ayo cepat naik, ada serigala mendekat!" kembali Jiang Bi berseru memanggil sang adik nya.
"Haah apa kak?" tanya Cin Hai tidak mendengar dengan jelas.
Dari pinggir hutan, keluar seekor serigala hitam besar berbadan gemuk menuju kearah mereka.
Karena sang adik tidak juga naik dari dalam telaga, tidak ada pilihan bagi Jiang Bi, kecuali bertarung melawan serigala hitam besar itu. Melihat keberadaan seorang anak manusia, serigala hitam besar itu melolong panjang, seakan bersorak dengan keberuntungan nasip nya.
Nampak nya, serigala itu seekor serigala muda yang belum memiliki pengalaman berburu, sehingga tindakan nya, terkesan sangat ceroboh sekali.
Jiang Bi yang sudah memegang busur dan anak panah yang siap di lepas kan, namun serigala itu nampak tidak takut sedikit pun, malah terus melangkah mendekati Jiang Bi dengan memamerkan taring nya.
Tepat saat serigala itu bermaksud mau melompat menerkam Jiang Bi, sepucuk anak panah di tangan Jiang Bi melesat kearah rusuk serigala itu.
"Sret!" .......
"Crass!" ......
Anak panah di tangan Jiang Bi melesat, dan menancap dalam di dada serigala muda itu.
Serigala muda itu melolong panjang dan nyaring, berjalan terhuyung huyung.
"Sret!" .......
"Crass!" ......
Sebatang anak panah kembali meluncur dan menancap di rusuk binatang itu.
Anak panah itu dilepaskan oleh Cin Hai yang ternyata sudah naik dari dalam telaga setelah mendengar suara lolongan sang serigala muda itu tadi.
Melihat itu, Jiang Bi segera mengambil sepucuk anak panah kembali, dan melepaskan ke arah serigala itu lagi.
Silih berganti kedua kakak beradik itu melepaskan anak panah mereka ke arah sang serigala muda itu.
Akhirnya setelah sepuluh anak panah bersarang di tubuh nya, serigala itupun tumbang juga.
"Hore!, kita menang kak!, kita menang!, kita menang!" teriak Cin Hai sambil bersorak kegirangan.
Jiang Bi tidak buru buru mendatangi serigala yang sudah tumbang itu, tetapi dia berdiam diatas batu itu untuk beberapa saat lama nya, melihat situasi sekeliling nya, dia takut kalau kalau ada kawana. Serigala itu yang bersembunyi di pinggir hutan.
Setelah beberapa saat tidak terdengar apa apa, barulah Jiang Bi berani melangkah mendekati serigala muda itu.
Perlahan dia memisahkan kulit binatang itu dengan pisau nya.
Setelah beberapa saat, kulit binatang itu sudah terlepas semua nya.
Jiang Bi segera mencuci nya di pinggir telaga, lalu menghampar nya diatas rerumputan.
Selanjut nya, dia menyayat daging serigala itu sedikit demi sedikit, dan di letakan diatas hamparan kulit serigala tadi.
Setelah mengambil hati, dan jantung dari serigala itu, Jiang Bi segera membawa sisa isi perut serigala itu kehilir kali, untuk dihanyutkan.
Matahari barulah tegak lurus diatas kepala mereka, saat Jiang Bi mengumpulkan kayu kayu kering untuk membuat api.
Sambil memanggang hati dan jantung serigala muda itu, Jiang Bi juga membuat tempat mengasapi daging serigala itu diatas api mereka.
Setelah beberapa saat, mereka kini akhirnya menyantap hati dan jantung serigala muda tadi.
"Bagai mana adik, apakah enak?" tanya Jiang Bi kepada adik nya.
"Hm nyam, nyam, nyam, enak kak!, rasa nya sangat enak, lebih enak dari daging kancil kak!" sahut Cin Hai sambil terus mengunyah daging jantung serigala muda tadi.
Setelah merasa cukup kenyang, Jiang Bi bangkit berdiri, menatap kearah Utara, nampak tebing batu curam menjulang tinggi.
"Adik tunggu di tempat ini ya, jaga daging asap kita, tetapi adik harus selalu waspada, persiapkan senjata" ujar Jiang Bi pada Cin Hai.
...****************...
/Good//Good//Good//Good/
/Grin//Grin//Grin/
/Grin//Grin//Grin/
/Grin//Grin//Grin/