NovelToon NovelToon
MY ARROGANT EX HUSBAND

MY ARROGANT EX HUSBAND

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Anak Genius / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Wanita Karir / Trauma masa lalu
Popularitas:131.3k
Nilai: 4.7
Nama Author: Agura Senja

Setelah menikahi Ravendra Alga Dewara demi melaksanakan wasiat terakhir dari seseorang yang sudah merawatnya sejak kecil, Gaitsa akhirnya mengajukan cerai hanya dua bulan sejak pernikahan karena Ravendra memiliki wanita lain, meski surat itu baru akan diantar ke pengadilan setahun kemudian demi menjalankan wasiat yang tertera.

Gaitsa berhasil mendapatkan hak asuh penuh terhadap bayinya, bahkan Ravendra mengatakan jika ia tidak akan pernah menuntut apa pun.

Mereka pun akhirnya hidup bahagia dengan kehidupan masing-masing--seharusnya seperti itu! Tapi, kenapa tiba-tiba perusahaan tempat Gaitsa bekerja diakuisisi oleh Grup Dewara?!

Tidak hanya itu, mantan suaminya mendadak sok perhatian dan mengatakan omong kosong bahwa Gaitsa adalah satu-satunya wanita yang pernah dan bisa Ravendra sentuh.

Bukankah pria itu memiliki wanita yang dicintai?

***

"Kamu satu-satunya wanita yang bisa kusentuh, Gaitsa."

"Berhenti bicara omong kosong, Pak Presdir!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agura Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ingatan Asing

Ravasya masih mencerna kalimat yang baru saja dilontar wanita di hadapannya. Seseorang yang dibawa ayahnya dari panti asuhan? Ia tidak pernah mendengar hal itu.

Usianya delapan tahun ketika sang ibu meninggal, tapi ayahnya tidak memberinya izin untuk pulang ke Indonesia. Jadi hanya Ravendra yang menghadiri pemakaman ibu mereka. Ravasya juga tidak tahu alasan ia harus tinggal di luar negeri, jauh dari ayah dan ibu saat usianya masih sangat kecil.

"Aku tidak pernah tahu bahwa Tuan Mahendra memiliki seorang anak perempuan karena hanya Ravendra yang pernah kulihat. Tidak ada yang pernah memberitahuku hal itu juga." Gaitsa meneguk perlahan coklat hangat di tangan, "Berapa usiamu saat nyonya meninggal?" tanyanya.

"Delapan tahun," lirih Ravasya sembari menatap wanita yang sepertinya tinggal di sisi sang ayah lebih lama darinya. "Kapan orang tuamu meninggal?"

Gaitsa meletakkan cangkir di meja, "Aku mulai tinggal di panti asuhan sejak usiaku enam tahun. Katanya orang tuaku meninggal dalam sebuah kecelakaan," lanjutnya.

"Itu artinya kamu memasuki kediaman Dewara setelah tiga tahun di panti asuhan? Itu juga waktu yang sama bagiku dan Ravendra. Tiga tahun setelah kami dikirim ke luar negeri, Mama meninggal."

Kenapa? Ravasya dan Gaitsa memiliki pertanyaan yang sama. Kenapa Mahesa membawa Gaitsa dari panti asuhan tiga tahun setelah mengirim anak-anaknya ke luar negeri? Lebih tepatnya ... kenapa baru melakukan itu tepat di hari istrinya meninggal?

Ravasya masih sering bertemu pria itu karena Mahendra selalu mengunjunginya selama tiga tahun pertama. Setelahnya sang ayah memang jarang datang, meski masih rajin menanyakan keadaannya dan Ravendra melalui pesan atau panggilan. Tapi ayahnya tidak pernah membahas tentang Gaitsa.

"Aku tidak ingat wajah orang tuaku, juga tidak memiliki foto apa pun." Gaitsa merenung setelah menyadari bahwa ingatannya selama enam tahun bersama orang tua kandungnya seolah menghilang begitu saja.

"Ketika aku mulai tinggal di panti asuhan, bukankah itu saat yang sama dengan kepergian kalian ke luar negeri? Aku baru memikirkannya sekarang, kenapa aku bahkan tidak memiliki kenangan apa pun tentang orang tuaku? Seharusnya aku memilikinya meski samar, kan?"

Ravasya menatap wajah sendu wanita yang menghela napas berat. Sebenarnya ... kalau harus mengingat wajah seseorang, Ravasya juga tidak memiliki kenangan tentang ibunya. Ia juga tidak memiliki foto apa pun. Ravasya selalu merasa aneh saat ia bahkan tidak menanyakan keberadaan ibunya atau mengatakan merindukannya.

Seperti perasaan terhadap orang asing, terkadang Ravasya merasa tidak nyaman dengan ayahnya juga. Kenapa? Ia menyembunyikan emosi yang sering mengganggu demi Ravendra, tidak mau membuat kakaknya itu harus mengkhawatirkannya juga di saat ia memiliki masalah sendiri.

"Kamu tinggal bersama Papa sejak Mama meninggal, kan? Apa pernikahanmu dan Kak Raven juga hasil perbuatan Papa?"

Gaitsa mengangguk sebelum membeberkan beberapa hal lainnya yang ia tahu. Tentang syarat menikahinya kalau mau memiliki hak penuh terhadap Dewara Grup. Juga tentang Ravendra yang tidak pernah lagi pulang setelah mereka menghabiskan malam bersama.

"Aku tidak tahu tujuan Tuan Mahendra menikahkan kami, padahal ia sudah memberikan banyak warisan untukku. Sekarang ketika aku memikirkannya lagi--ugh!"

Ravasya berdiri ketika melihat Gaitsa memegangi kepala. Gaitsa menutup mata saat rasa sakit menghantam kepalanya. Rasa sakit yang biasa terjadi saat ingatan asing menghantam memorinya. Wanita itu gemetar ketika warna merah memenuhi pandangannya.

Lantai yang basah oleh cairan kental berwarna merah, suasana suram dan gelap. Seorang gadis kecil berdiri di tengah genangan darah, menatap tepat di netra gelap Gaitsa.

"Jangan datang ke sini."

Lalu suasana berubah gelap. Gaitsa terbangun di sebuah tempat yang sangat gelap. Ia ingin bergerak saat menyadari bahwa tubuhnya terlipat di sebuah ruangan yang sangat kecil. Tangannya yang terikat di belakang tubuh terasa kebas. Gaitsa menatap satu-satunya cahaya di tempat asing itu.

Sebuah lubang kecil di celah pintu membuatnya bisa melihat ke luar. Netra gelap itu gemetar ketika melihat seorang anak laki-laki sedang terbaring di lantai penuh darah. Rintihannya terdengar menyakitkan.

"Jangan tidur, Nak. Kau tahu siapa yang akan menggantikanmu selanjutnya." Seorang wanita bersurai panjang berdiri di dekat tubuh anak lelaki yang dipenuhi luka, tersenyum saat mendengar rintihan serta gerakan pelan yang menandakan anak itu masih sadar.

"Anak pintar," ucapnya sembari menginjak kepala anak di bawahnya, cambuk di tangannya tampak dipenuhi darah kering.

Gaitsa masih tidak mengalihkan pandangannya ketika anak laki-laki itu kembali dicambuk, menimbulkan suara menyakitkan dan luka yang semakin berdarah. Tubuh Gaitsa gemetar, tapi ia tidak bisa bergerak atau mengalihkan pandangan. Wanita itu merasakan pandangannya kabur saat air mata membasahi pipinya.

Netra gelap itu mencoba melihat situasi, tapi mulutnya bahkan disumpal oleh kain yang diikat kuat. Bagaimana ia bisa berakhir di tempat seperti ini?

"Bertahanlah sebentar lagi, anak manis. Aku tidak akan membuat lukamu berbekas, aku janji."

Gaitsa mendengar wanita di luar tertawa seperti orang gila. Bagaimana luka-luka itu tidak akan meninggalkan bekas? Wanita itu kembali menangis saat anak laki-laki yang terikat itu menatapnya. Gaitsa mencoba memahami apa yang ia ucapkan tanpa suara di tengah rasa sakitnya sendiri. Netranya melebar dan air mata semakin deras saat memahami apa yang anak itu katakan.

‘Maaf.’

"Gaitsa!"

Haah ... haah .... haah! Gaitsa tersadar setelah sebuah suara memanggilnya dengan keras. Tubuhnya masih gemetar dan keringat membanjir. Wanita itu menarik napas berulang. Apa itu tadi? Sebuah ingatan?

"Kamu baik-baik saja? Kamu kenapa?" Ravasya menatap khawatir wanita yang tiba-tiba memegangi kepalanya lalu menangis dengan wajah pucat. Pandangan Gaitsa tampak kosong selama beberapa detik wanita itu hilang kesadaran. "Tenanglah, bernapas pelan-pelan."

Haah ... Gaitsa kembali menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Gemetar di tubuhnya perlahan menghilang saat Ravasya memeluk dan menepuk pelan kepalanya.

Ravasya masih memeluk Gaitsa ketika pintu ruangannya didorong dengan keras, menimbulkan suara berdebam yang cukup mengagetkan. Wanita itu melototi Alan dan Ravendra yang datang tanpa mengetuk.

"Aku mendengarmu berteriak, ada apa?" Alan tidak berani melangkah lebih dekat saat melihat Ravasya sedang memeluk Gaitsa yang wajahnya sangat pucat.

"Tidak ada apa-apa," Gaitsa menjawab seraya melepaskan diri dari pelukan Ravasya. Tubuhnya masih lemah. Ia tidak yakin bisa berdiri di saat seperti ini. "Aku ingin pulang, di mana Biyu?" tanyanya saat tidak menemukan anaknya di gendongan Ravendra.

"Tinggallah di rumahku malam ini. Kalau tidak nyaman dengan Kak Raven, dia akan pulang ke apartementnya sendiri. Alan juga akan ikut." Ravasya menggenggam tangan Gaitsa yang terasa lebih dingin dari saat mereka bertemu tadi. "Kalau tidak nyaman dengan rumahku, bagaimana kalau aku dan Luvia yang menginap di rumahmu?"

Gaitsa tidak merasa mampu hanya berdua dengan Biyu di saat ingatan itu baru menghantuinya. Ia tidak tahu kejadian yang dilihatnya adalah ingatan yang terlupakan atau hanya halusinasi. Tapi kenapa? Kenapa harus melihat seseorang disiksa seperti itu?

"Apa aku bisa menitipkan Biyu malam ini? Hanya satu malam saja."

"Tidak bisa!" tegas Ravasya seraya menggeleng, "Aku tidak bisa membiarkanmu sendirian setelah apa yang terjadi," tolaknya sambil mengeratkan genggaman di tangan Gaitsa. Wanita itu butuh seseorang di sisinya. Ravasya tidak tahu apa yang terjadi, tapi sepertinya Gaitsa sedang mengingat sesuatu.

Hal seperti ini juga kadang terjadi pada Ravendra. Meski kakaknya tidak pernah ingat apa yang ia lihat dalam kenangannya. Ravasya mempelajari ilmu psikologi untuk membantu Ravendra yang memiliki trauma tanpa tahu asal mula traumanya.

"Ayo menginap dan kita bisa mengobrol lebih banyak. Aku ingin tahu tentangmu, Gaitsa. Semua yang terjadi di hidupmu, apa yang kamu sukai, cita-citamu, hobi, cinta pertamamu, semuanya."

Gaitsa menatap Ravasya yang tengah tersenyum lembut. Kenapa rasa hangatnya terasa familiar?

1
Karman Sulaiman
Luar biasa
Bzaa
terus semangat...
Bzaa
semangat terus ya
Bzaa
🥰😍
Bzaa
kenangan yg benar-benar mengerikan
Bzaa
terlalu banyak misteri... jdi ikutan tegang 😄
Bzaa
wow.... semakin penasaran...
sukses otor🥰
Bzaa
hareudang....
Bzaa
baru tau ya kl istrimu bs melukis
Bzaa
wah kykny istrinya ada keturunan mafia nya hhhha
Bzaa
Denara muna ternyata
Bzaa
long miskom...
Bzaa
dua2nya masih ada rasa..
Bzaa
semakin menarik
Bzaa
siapa kali itu yg menyebarkan
Bzaa
siapa itu yg photo mereka
Bzaa
berawal dr nyaman, lama2 bucin kamu rav
Bzaa
ravendra, ngarep. com
Bzaa
nah kan... nyesek kan, mangkanya jgn ngomong sembarangan rav
Bzaa
Luar biasa kerenn... 😘🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!