NovelToon NovelToon
Hot Duda Dan Baby Sitter

Hot Duda Dan Baby Sitter

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda / Ibu Pengganti / Pengganti
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rhtlun_

Di tengah hujan deras yang mengguyur jalanan kota, Kinanti menemukan seorang anak kecil yang tersesat. Dengan tubuhnya yang menggigil kedinginan, anak itu tampak sangat membutuhkan bantuan. Tak lama kemudian, ayah dari anak itu muncul dan berterima kasih atas pertolongan yang ia berikan.

Meskipun pertemuan itu sederhana, tidak ada yang tahu bahwa itu adalah awal dari sebuah kisah yang akan mengubah hidup mereka berdua. Sebuah pertemuan yang membawa cinta dan harapan baru, yang muncul di tengah kesulitan yang mereka hadapi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rhtlun_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 11

Julian tenggelam dalam tumpukan pekerjaan di kantornya. Sebagai pemimpin sebuah perusahaan besar, jadwalnya penuh dengan rapat-rapat penting bersama klien dan mitra dari perusahaan-perusahaan besar.

Setiap detik terasa berharga, dan Julian bertekad untuk menyelesaikan semua tanggung jawabnya dengan sebaik mungkin.

Di tengah kesibukannya, David, asistennya, masuk ke ruangan membawa segelas kopi.

"Tuan Julian, mungkin Anda perlu beristirahat sebentar. Pekerjaan Anda hari ini sangat padat, dan Anda perlu menjaga kesehatan." Saran David dengan nada khawatir.

Julian menatap David sejenak, lalu menggeleng pelan. "Terima kasih, David. Tapi aku harus menyelesaikan semua ini secepat mungkin. Aku ingin cepat pulang dan menghabiskan waktu dengan Kenzo. Dia pasti menungguku di rumah." Jawab Julian tegas.

David hanya bisa mengangguk, meski ia masih khawatir dengan kondisi Julian yang terus bekerja tanpa henti. Julian kembali fokus pada pekerjaannya, menandatangani dokumen-dokumen penting, memeriksa laporan keuangan, dan menghadiri rapat virtual yang berlangsung hingga malam.

Waktu berlalu dengan cepat. Ketika akhirnya semua pekerjaan selesai, Julian menyandarkan tubuhnya di kursi, merasa lega namun lelah. Ia melihat jam di dinding, menyadari sudah larut malam. Dengan cepat, ia merapikan meja kerjanya dan bersiap-siap untuk pulang.

Sebelum menuju rumah, Julian memutuskan untuk mampir ke sebuah toko kue di dekat kantornya. Ia membeli es krim dan beberapa kue favorit Kenzo, berharap bisa memberikan kejutan kecil untuk putranya yang selalu menanti di rumah.

Setibanya di rumah, Julian disambut dengan keceriaan Kenzo yang langsung berlari menghampirinya. "Daddy! Daddy pulang!" Seru Kenzo dengan senyum lebar di wajahnya.

Julian berlutut, membuka pelukannya untuk menyambut Kenzo. "Daddy membawa sesuatu untukmu. Coba lihat ini." Kata Julian sambil mengeluarkan es krim dan kue dari tasnya.

Mata Kenzo berbinar-binar. "Wah, es krim! Dan ada kue juga! Terima kasih, Daddy!" Serunya gembira.

Julian tersenyum melihat kebahagiaan di wajah Kenzo. "Daddy senang kamu suka, Kenzo. Ayo, kita makan bersama."

Saat mereka duduk di ruang keluarga, Julian menoleh ke arah Kinanti yang sedang memperhatikan mereka dari sudut ruangan. "Kinanti, apakah kamu mau mencobanya? Ada es krim dan kue lebih, mungkin kamu ingin mencicipinya." Tawar Julian dengan ramah.

Kinanti merasa ragu. "Terima kasih, Tuan Julian, tapi saya rasa—"

Namun, sebelum Kinanti sempat menyelesaikan kalimatnya, Kenzo sudah memegang tangannya dan menariknya dengan lembut. "Kak Kinanti, ayo makan bersama kami. Ini enak sekali, Kak. Tolong jangan menolaknya." Pinta Kenzo dengan wajah penuh harap.

Melihat tatapan tulus Kenzo, Kinanti tidak bisa menolak. Ia tersenyum dan mengangguk pelan. "Baiklah, Kenzo. Kakak akan bergabung."

Mereka duduk bersama, menikmati es krim dan kue dengan suasana hangat. Julian merasa puas melihat putranya begitu bahagia, dan ia juga senang Kinanti mau bergabung dengan mereka.

Bagi Julian, momen seperti ini adalah pengingat akan betapa berharganya waktu yang ia habiskan bersama orang-orang yang ia sayangi.

Sambil menikmati es krim, Julian melirik Kinanti dan berkata, "Terima kasih sudah menjaga Kenzo dengan baik hari ini. Aku sangat menghargai apa yang kamu lakukan untuknya."

Kinanti menundukkan kepala sedikit, merasa tersanjung. "Itu sudah menjadi tugas saya, Tuan Julian. Kenzo anak yang sangat baik, dan saya senang bisa menjaganya."

Percakapan mereka berlanjut dengan ringan, diiringi tawa Kenzo yang riang. Malam itu, di bawah sinar lampu ruang keluarga, mereka menikmati kebersamaan yang sederhana namun penuh makna.

Julian merasa lega, meski hari itu penuh dengan pekerjaan, pulang ke rumah dan melihat senyum di wajah Kenzo adalah kebahagiaan yang tak tergantikan.

Ketika malam semakin larut, Kenzo mulai terlihat mengantuk. Julian mengangkatnya ke pangkuan dan membawanya ke kamar tidur. "Ayo, Kenzo. Waktunya tidur." Bisik Julian lembut.

Kenzo mengangguk setuju, meski matanya masih setengah terbuka. Setelah membaringkan Kenzo di tempat tidurnya, Julian menatap putranya dengan penuh kasih. "Selamat malam, sayang. Mimpi indah."

"Selamat malam, Daddy." Balas Kenzo dengan suara mengantuk sebelum akhirnya tertidur.

Julian keluar dari kamar dengan perasaan damai. Malam itu, ia merasa telah menjalani hari yang penuh makna, bukan hanya di kantor tetapi juga di rumah bersama Kenzo dan Kinanti. Ia tahu, apapun yang terjadi di dunia luar, pulang ke rumah selalu menjadi tempat di mana hatinya merasa tenang dan penuh cinta.

********

Kesunyian menyelimuti rumah Julian. Suara gemericik air yang terdengar dari keran dapur, serta angin sejuk yang berhembus pelan, menciptakan suasana yang tenang. Julian terjaga dari tidurnya, matanya terbuka lebar, dan pikiran-pikirannya kembali berputar.

Ia merasakan ada yang kurang meski tubuhnya sudah lelah seharian bekerja keras di kantor. Ia merasa cemas tentang banyak hal. Ada sesuatu yang mengganjal, sesuatu yang belum ia pahami sepenuhnya.

Setelah beberapa saat berbaring dengan mata terbuka, Julian memutuskan untuk bangkit dari tempat tidurnya dan melangkah menuju dapur.

Ia ingin membuat secangkir kopi hangat, agar bisa menenangkan pikiran dan tidur nyenyak. Namun, saat ia sampai di dapur, langkahnya terhenti. Kinanti sedang berdiri di dekat jendela, dengan punggung menghadap ke arahnya, menatap ke luar rumah. Ia tampak seperti sedang memikirkan sesuatu, wajahnya penuh dengan ekspresi yang sulit dibaca.

Kinanti terkejut mendengar suara langkah kaki Julian. Ia segera menoleh, terlihat agak kikuk. "Tuan Julian, Anda belum tidur?" Tanya Kinanti dengan lembut, meskipun matanya terlihat sedikit lelah.

Julian tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan ketegangan dalam dirinya. "Aku tidak bisa tidur." Jawabnya sambil melangkah ke arah meja dapur untuk menyiapkan kopi.

"Kamu juga belum tidur, Kinanti?"

Kinanti mengangguk perlahan. "Iya, saya... tidak bisa tidur." Suaranya pelan, seperti sedang memikirkan sesuatu yang mendalam.

Julian melihat Kinanti sejenak. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda malam ini, sesuatu yang menghubungkan mereka berdua dalam keheningan ini. Tanpa berpikir panjang, Julian berkata, "Kalau begitu, bagaimana kalau kita keluar sebentar? Aku ingin melihat bintang-bintang."

Kinanti terkejut dengan ajakan Julian, namun ia tidak menolak. "Baiklah, Tuan Julian."

Dengan langkah pelan, mereka berdua berjalan keluar menuju taman belakang rumah, tempat di mana mereka bisa memandang langit yang gelap namun penuh dengan bintang.

Malam itu, udara terasa lebih sejuk dari biasanya, dan bintang-bintang tampak lebih terang. Mereka duduk di bangku taman yang terletak di dekat kolam kecil, menikmati ketenangan malam. Suasana yang sepi dan damai membuat mereka bisa merasakan kedamaian yang jarang terjadi di tengah hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari.

Julian duduk lebih dulu dan kemudian menatap Kinanti, yang tampaknya ragu untuk duduk di sebelahnya. Namun, akhirnya Kinanti duduk dengan jarak yang cukup jauh. Keheningan kembali melingkupi mereka, hanya terdengar suara angin yang berdesir pelan.

"Kinanti." Suara Julian akhirnya memecah keheningan itu. "Aku ingin tahu, kenapa kamu mau menerima pekerjaan ini?"

Kinanti terdiam sejenak, terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia memandangi bintang di langit, seolah mencari kata-kata yang tepat. Perlahan, ia membuka mulutnya.

"Sebenarnya, Tuan Julian, saya sudah melamar pekerjaan ke beberapa perusahaan besar. Tapi... saya selalu ditolak." Jawabnya dengan suara rendah, hampir seperti berbisik.

"Saya merasa sudah berusaha sebaik mungkin, namun kesempatan itu tidak datang juga."

Julian mendengarkan dengan seksama, matanya tetap tertuju pada Kinanti, menunggu penjelasan lebih lanjut.

"Saya tahu, pekerjaan itu mungkin tidak begitu mengesankan, tetapi saya ingin bekerja keras, mendapatkan penghasilan untuk keluarga saya, terutama untuk ibu dan adik saya, Dinda. Ayah saya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, dan saya harus membantu ibu untuk mengurus semuanya."

Julian merasakan simpati mendalam. Ia tahu betapa beratnya perjuangan Kinanti untuk mendukung keluarganya. Ia bisa merasakan ketulusan dalam setiap kata yang diucapkannya.

"Kamu sudah berusaha keras, Kinanti," Kata Julian pelan.

"Tapi terkadang, kehidupan memang tidak memberi kita apa yang kita inginkan, bukan?"

Kinanti menundukkan kepala, seakan merasa malu mengungkapkan semua kesulitan yang ia alami. "Saya tidak ingin membebani siapapun dengan masalah saya, Tuan Julian." Jawabnya dengan rendah hati.

"Saya hanya berusaha untuk bertahan dan mencari jalan keluar."

Julian terdiam, menatap Kinanti sejenak. Ia bisa merasakan perjuangan dan ketulusan yang ada dalam diri Kinanti. Ada sesuatu yang sangat menginspirasi dalam cara Kinanti menghadapi hidup, sesuatu yang membuat Julian merasa sangat terhubung dengannya, meskipun mereka baru saja saling mengenal.

"Aku mengerti." Kata Julian akhirnya.

"Terkadang kita harus menghadapi kenyataan yang sulit, dan menerima jalan yang tidak sesuai dengan harapan kita. Tapi kamu harus tahu, Kinanti, bahwa kamu tidak sendirian. Kamu sudah membuat keputusan yang berani dengan datang ke sini, mengurus Kenzo. Dan aku berterima kasih padamu untuk itu."

Kinanti hanya bisa tersenyum kecil. "Terima kasih, Tuan Julian. Saya hanya melakukan apa yang saya bisa."

"Dan kamu melakukannya dengan sangat baik." Balas Julian, dengan nada yang lebih lembut.

"Kenzo sangat beruntung bisa memiliki kamu sebagai pengasuhnya."

Mereka terdiam sejenak, menikmati keheningan malam. Suara angin yang berhembus, serta gemerlap bintang yang ada di langit, menciptakan suasana yang hangat dan menenangkan.

Julian merasa seolah ada sesuatu yang baru dalam hidupnya, sebuah rasa keterikatan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Setelah beberapa saat, Julian menatap Kinanti lagi dan berkata, "Terima kasih sudah berbagi cerita denganku, Kinanti. Aku tahu bahwa kehidupanmu tidaklah mudah, tapi kamu tetap teguh dan berani menghadapi semuanya."

Kinanti mengangguk pelan, merasa nyaman dengan kata-kata Julian. "Saya hanya berusaha sebaik mungkin, Tuan Julian."

Malam itu, mereka duduk bersama di bawah langit yang penuh bintang, berbicara tentang kehidupan, tentang masa lalu, dan tentang harapan-harapan yang masih tersembunyi di dalam hati mereka. Keheningan yang awalnya terasa canggung, kini menjadi nyaman. Mungkin, inilah awal dari hubungan yang lebih dalam antara mereka berdua.

1
Ds Phone
ada kebahagian untuk nya
Ds Phone
semagat tu
selviana engol
ceritanya sangat seru
selviana engol
ceritanya sangat seru
Fitriadesy 99.df
cerita nya bagus
Ds Phone
perumpuan tu mesti paksa dia
Ds Phone
emak nya sombong tak bertempat
Ds Phone
ada rasa suka
Ds Phone
meraka suka sekali
Ds Phone
apa kah dia akan kembali
Ds Phone
ya semua nya tak bolih pasaka kalau hati tak suka
Ds Phone
lama lama akan rapat
Ds Phone
kebahagian yang dia fapat
Ds Phone
orang tak tahu malu macam tu kah
Ds Phone
dia ada bakat terpendam
Ds Phone
bunga bunga cinta
Ds Phone
dia pandai melayan anak anak
Ds Phone
dia dah jatuh cinta lah tu
Ds Phone
kebahagian anak lebih penting
Ds Phone
tentu ada masalah besar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!