Genre: Drama, komedi, persahabatan, action brutal, romance.
Sekumpulan pemuda STM yang sedang dalam tahap pencarian jati diri.
Basis 69, basis yang melegenda di ibu kota tapi sedang tertidur lelap karena kejayaannya perlahan-lahan mulai pupus.
Abimana Pramono pemuda dengan segudang rahasia.
Pemuda berdarah panas dan berhati dingin.
pemuda dengan nyali besar dan tak kenal takut.
Pemuda yang tersenyum saat melihat darah.
Abimana Pramono anggota baru basis 69 yang akan membuat sejarah baru.
Pemuda yang akan membangunkan basis 69 dari tidur lelapnya.
Parang..!
pedang..!
celurit..!
sudah di acungkan ke udara.
tidak ada kata untuk mundur sebelum kejayaan tercipta.
-Original story by Penulis amatir-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon penulis amatir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAT SHOLEH & BORIS SITORUS
Bimo keluar dari toilet dengan lega, dia berjalan sambil menarik resleting nya ke atas agar sang burung tidak pilek terpapar oleh angin, Bimo juga malu jika CD biru gambar Doraemon nya terlihat oleh orang.
Bimo bisa melihat dengan jelas suasana sekolah yang sangat meriah dan ramai, hari pertama masuk tahun ajaran baru belum ada kegiatan belajar mengajar dan saat ini juga masih ada acara MOS untuk siswa baru.
Bimo melangkah santai menuju lapangan sepak bola tempat semua anak-anak baru berkumpul untuk di bully oleh para senior dengan alasan membangun mental.
Bimo tidak berniat untuk mengikuti hal membosankan seperti itu dan juga buluk sudah bilang, dia boleh tidak ikut acara mos sekolah.
Tapi Bimo masih penasaran, hal konyol apa yang terjadi di sana dan ingin menonton.
Bimo melangkah dengan bersiul dengan nada lagu favorit nya dan tentu saja itu adalah ost dari anime Doraemon.
Bimo yang asik bersiul tidak sadar jika dia di ikuti oleh dua orang pemuda dari belakang, Dua orang pemuda yang sudah mengamati Bimo sejak keluar dari toilet, satu pemuda tinggi kurus hitam dan berambut kribo dan pemuda di sampingnya pendek dan sedikit gemuk.
"Tong berhenti lu!". Teriak pemuda berambut kribo keras.
Bimo yang belum sadar dan tidak merasa dipanggil terus saja berjalan dan bersiul.
"Et dah ini bocah budek apa tolol?! Tong berhenti lu!". Teriak pemuda berambut keriting itu lagi.
Merasa mendengar suara, Bimo auto berhenti dan celingak-celinguk melihat ke kiri dan ke kanan.
"Tong gua di mari! Kemane mate ente meleng?". Dari belakang pemuda berambut kribo menepuk pundak Bimo.
Bimo langsung berbalik badan dan dia langsung berhadapan dengan dua orang pemuda yang menatapnya tajam penuh selidik, pemuda yang sama dengan dia mengunakan seragam STM tunas bangsa.
"Kalian panggil gua?". Tanya Bimo datar.
"Kalau kami tak panggil kau terus panggil sapa lagi?". Pemuda pendek menjawab lantang dengan logat bataknya yang kental.
"Ada apa ya?". Bimo masih santai bertanya.
"Tong lu tau siapa kite?". Tanya pemuda kribo dengan seringai di wajahnya.
"Mana gua tau? kalian juga belum kenalin diri". Bimo tidak bisa untuk tidak berubah bego, sepertinya ada yang salah dengan sirkuit otak dua orang ini.
"Nak jaga bicara kau ya? jika kau ada di Medan dan cakap kau seperti itu sudah habis kau!". Pemuda pendek itu tampak marah dengan wajah konyolnya.
Bimo tidak takut dan malah ingin tertawa tapi dia coba tahan.
"Tong aye kagak mau banyak bacot! Gua adalah mat Sholeh keturunan ke 50 dari si Pitung". Ucap pemuda berambut kribo sombong.
"Si Pitung siapa ya?". Tanya Bimo polos bingung tidak tau dan tidak kenal dengan nama itu.
Pemuda kribo itu hampir aja jatuh mendengar pertanyaan Bimo.
Merasa intimidasinya gagal pemuda itu langsung menyenggol pemuda di sampingnya.
"Nak, jangan macam-macam kau sama kita! Kenalin nama ku boris Sitorus, di Medan sana tidak ada orang yang tidak mengenal namaku!".
"Maaf tapi ini kan jakarta". jawab Bimo.
"Jakarta Medan sama saja dan kau tak usah membantah ya? Belum tau kau jika orang Medan marah kek mana?". Boris melotot.
Lagi-lagi Bimo ingin tertawa melihat wajah pemuda Medan itu, ekspresi marahnya sangat lucu dan menggelikan.
"Tong singkat saja! Cepat keluarkan barang loe, sebelum kita bertidak kasar!".ucap pemuda berambut kribo.
Bimo auto mundur dan reflek kedua tangan ke menutupi area bawah pusar.
"Lu berdua gila ya? kalian kan punya sendiri kenapa pengen gua keluarin barang gua? Saraf ya lu?". Bimo mulai terpancing emosi.
Mat Sholeh dan boris Sitorus saling berpandangan dengan ekspresi bego, mungkin akan tumbuh benih-benih cinta terlarang jika pandangan itu terus berlanjut.
"Siapa yang mau batang sialan kau itu hah!". Boris langsung berteriak tidak habis fikir dengan pemuda di depannya yang terlihat normal tadi cara berfikir nya aneh.
"Tong lawakan loe kagak lucu, sebelum aye kehilangan kesabaran cepat keluarkan semua duit dan benda berharga yang loe miliki!". Mat Sholeh mengancam dengan ekspresi wajah nya yang dia buat segarang mungkin.
"Benar! Cepat kau kasih barang berharga kau kepada kita!". Boris ikut mengancam.
"Oh lu berdua mau malak gua ini ceritanya? Bilang dong dari tadi, kenapa malah muter-muter ke silsilah keluarga dan kota segala?".
"Jika daku bilang dari awal, apa kau akan kasih?". Tanya boris lugu.
"Mungkin saja, karena gua melihat muka kalian berdua yang melas". ucap Bimo dengan senyum.
"Bangke! Loe kira kita pengemis! kagak tau loe siape kite?". Mat Sholeh langsung marah dengan rambut kribonya bergoyang tertiup angin.
"Tau, lu mat Sholeh kan? Keturunan ke 50 dari si untung..
"PITUNG..!!". Sholeh menyela.
"Iya maaf Pitung dan elo Boris Sitorus tki dari Medan, tadi kalian kan sudah bilang dan memperkenalkan diri". Jawab Bimo pura-pura lugu.
"Sol kita beri saja dia pelajaran!". Boris berbicara.
"Kampret! Udah gua bilang panggil aye Sholeh kenapa masih saja loe panggil gitu? gua bukan sepatu Bokir!". Mat Sholeh tidak terima.
"Nama aku Boris Sitorus bukan Boris Bokir! siapa kau berani ubah marga ku seenak jidat!". Boris juga tampak tidak terima.
Dua pemuda berbeda suku di depan Bimo malah saling bantah satu satu sama lain dan Bimo tampak bingung melihatnya.
"Bor ente nantang aye?!". tanya Sholeh dengan menyipitkan kedua matanya.
"Kami orang Batak tak takut jika di tantang, kau jual akan daku beli!". boris mundur dan ambil posisi.
"Oke!". Mat Sholeh mundur juga dan langsung pasang kuda-kuda silat, "Anget-anget tai ayam..
"Cakep..!". Reflek Bimo berucap.
"Di buang ame si Rojali!".
"Cakep..!". Njir engkongnya buluk dijadiin pantun, fikir Bimo.
"Jangan pikir aye akan diam, ente jual juga akan aye beli!". mat Sholeh berpantun.
Boris Sitorus dan mat Sholeh sudah saling pasang kuda-kuda satu sama lain, Bimo tampak tidak tau apa yang terjadi.
Apa dua manusia ini sakit jiwa? tadi kan mereka mau malak gua? kenapa sekarang malah berantem satu sama lain? Bimo tidak mengerti.
Boris dan Sholeh berputar membetuk lingkaran pelan-pelan sambil terus waspada satu sama lain dan Bimo segera mundur.
Seru ni, betawi vs Medan.. Batin Bimo bersemangat menonton.
One moments later..
Dua orang itu masih berputar-putar dan saling menatap dan belum ada tanda-tanda mau melancarkan serangan terlebih dahulu.
Bimo yang bersemangat lambat Laun emosi sendiri karena pertarungan yang dia nantikan tidak kunjung terjadi dan sudah 10 menit terlewat.
Bimo tarik dua celuritnya dari dalam tas.
"Woi lu berdua!". Kesabaran Bimo cuma setipis tissue dan tidak sanggup menunggu lagi, dia acungkan dua celurit ke mat Sholeh dan boris.
Reflek Sholeh dan boris melihat Bimo dan langsung terbelalak kedua matanya memandang 2 celurit yang di arahkan ke kepada mereka.
"Cepat berantem kagak lu berdua?! sebelum gua tambah emosi dan lubangi perut kalian sama ini celurit!". Bimo mengancam.
Di awal Bimo yang di ancam tapi di akhir gantian Bimo yang mengancam, sungguh pagi yang aneh serta adegan yang aneh terjadi di STM tunas bangsa.
Permintaan pertama yang mencengangkan bagi orang yang sudah tegang duluan..
ha...ha...