Lea Miranda tak pernah menyangka, di usia pernikahannya yang Ke 12 tahun, ia mendapatkan ujian yang begitu berat. Yaitu, dikhianati oleh suami dan sahabatnya sendiri, Arya Dan Chelsea.
Awalnya, Lea memutuskan untuk bercerai dan merasa tak sudi melihat suami dan sahabatnya itu ketika mengetahui perselingkuhan mereka. Namun, ia berubah pikiran ketika teringat bagaimana ia dan Arya membangun rumah tangga, dan bagaimana mereka berjuang dari nol hingga mereka berada di titik yang sekarang.
Akhirnya, kini Lea memilih merebut suaminya kembali. Ia bertekad akan kembali membuat Arya bertekuk lutut di hadapannya dan menghempaskan Chelsea dari hidup mereka.
Bisakah Lea melakukan itu?
Bagaimana caranya ia merebut kembali suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melabrak?
Sampah?
Yeah, bagi Lea, sekarang suaminya itu hanyalah seonggok sampah yang membuatnya ingin muntah. Mungkin, jika bukan wanita itu bukan Chelsea, Lea masih bisa sedikit berkompromi. Namun, ketika seorang suami justru selingkuh dengan sahabat istrinya, itu bukan hanya sekedar pengkhianatan, tapi sebuah penghinaan dan Lea tidak bisa menerima itu.
"Pergi atau aku benar-benar akan menghabisimu, b4j1ng4n!" Lea kembali mengusir dan melontarkan umpatan kasar pada Arya, membuat pria itu tak berdaya dan akhirnya memilih keluar dari rumah.
Setelah Arya pergi, Lea langsung terduduk lemas dan pecahan beling di tangannya langsung jatuh.
Tanpa ia sadari, Darrel mengintip sejak tadi. Dan kali ini Darrel tidak sanggup menahan air matanya, ia menangis, bahkan terisak. Untuk pertama kalinya, ia melihat kejadian yang sangat tidak pantas seperti ini.
Isak tangis Darrel rupanya terdengar oleh Lea, wanita itu langsung menghampiri asal suara itu dan seketika air mata Lea jatuh melihat Darrel yang duduk memeluk lututnya sendiri. Pundak bocah itu bergetar, dan isak tangis yang mungkin sejak tadi coba ditahan kini justru semakin terdengar jelas.
Lea tak bisa berkata-kata, kini ia mengerti kenapa tadi Darrel memeluknya dengan cara seperti itu tanpa bertanya. Padahal, putranya itu biasanya selalu bertanya tentang keadaan Lea jika ia menunjukkan sikap yang tak biasa. Darrel pasti sudah tahu apa yang dilakukan oleh ayahnya.
"Darrel?" lirih Lea, ia langsung memeluk putranya itu. "Maafin Mama, Sayang." Ia berbisik dengan suara tercekat. Tangis Darrel semakin pecah, ia langsung memeluk sang Ibu dengan erat.
"Mama mohon maafin Mama."
Sementara di luar, Arya berdiri di depan pintu rumah mendiang mertuanya itu. Arya sungguh bingung apa yang harus dia lakukan sekarang, ia juga tidak tahu harus menjelaskan bagaimana pada Lea dan akan seperti ini hubungannya nanti.
Malam semakin larut, cuaca juga semakin dingin. Tapi Arya masih berdiri mematung di depan pintu, pria itu tidak bergerak walaupun hanya selangkah.
Tatapan Arya tampak kosong, jelas ia merasa bersalah dan menyesal karena telah mengkhianati sang istri.
Beda halnya dengan Lea yang justru mencoba tidur bersama kedua anaknya, meski pada akhirnya ia tetap terjaga. Rasa sakit di hatinya seolah tak membiarkan Lea bisa memejamkan mata.
Di sisi lain, Chelsea pun tak bisa tidur. Entah kenapa, malam ini ia merasa cemas, apalagi setelah tadi bertemu dengan Lea yang selalu bersikap sangat manis padanya.
Chelsea memandangi foto dirinya dan Lea yang tertawa lebar, mereka terlihat sangat bahagia, bahkan mata keduanya berbinar. Foto itu di ambil saat mereka berlibur ke Bali dua tahun yang lalu, saat Chelsea masih menjadi teman yang suci, yang bahagia saat Lea bahagia.
"Aku nggak punya apa-apa, Lea, beda dengan kamu yang punya segalanya," gumam Chelsea. "Tapi sekarang aku punya cinta Mas Arya, hanya itu. Jadi aku nggak akan melepaskan satu-satunya yang aku miliki."
...🦋...
Cahaya matahari telah datang menyingkirkan gelapnya malam, rasa dingin pun kini telah hilang karena sinarnya yang hangat.
Semua berubah tepat pada waktunya, tapi tidak dengan Lea yang masih tenggelam dalam rasa sakitnya. Namun, rasa sakit itu tak membuatnya lupa bahwa ia ada ibu dari dua anak yang harus ia jaga dan rawat.
Karena di rumah itu tidak stok makanan, Lea memesannya secara online. Ia pun juga tak yakin bisa memasak sendiri pagi ini.
"Kaka tidak akan sekolah?" tanya Jihan yang baru saja bangun dari tidurnya, ia melihat Darrel masih berada di atas ranjang, padahal hari sudah siang.
Darrel tak menjawab, ia terus memikirkan keadaan sang Ibu.
"Eh, kita di rumah Nenek?" pekik Jihan saat menyadari ia tak ada di kamarnya sendiri.
Darrell masih tak merespon, membuat Jihan berdecak kesal.
"MAMA!" Akhirnya Jihan berteriak nyaring.
Lea datang dan langsung menghampiri putrinya itu. "Apa, Sayang?" tanya Lea.
"Mau pipis," jawab Jihan.
Lea pun membawa Jihan ke kamar mandi, setelah itu ia membawa kedua anaknya itu ke meja makan, di mana sudah ada menu sarapan di sana.
"Hari ini Darrel nggak sekolah dulu, ya," pinta Lea. "Mama sudah telfon wali kelasmu kok."
Darrel hanya mengangguk lemah, apalagi ia sendiri memang tak bersemangat untuk pergi ke sekolah.
Seperti biasa, Jihan makan dengan sangat berantakan, sementara Darrel hanya mengaduk-aduk makanannya, dan Lea justru hanya terdiam melamun sembari menatap dua buah hatinya itu.
Lea bertanya-tanya, apa yang kurang darinya sehingga Arya mencari wanita lain? Dan wanita itu pun adalah sahabatnya sendiri, di mana kurangnya Lea yang menjadi kelebihan Chelsea?
Sementara itu, Arya kembali ke rumahnya sendiri saat subuh. Ia juga tak bersemangat untuk melakukan apapun, telfon dan pesan dari Chelsea ia abaikan. Arya hanya mengirim pesan pada ibunya bahwa Lea ada di rumah mendiang orang tuanya.
Arya menatap foto pernikahannya dan Lea, foto yang tampak sangat indah.
Terbayang kembali bagaimana ia pertama kali bertemu dengan Lea, wanita yang menjadi juniornya di kampus. Saat itu, mereka terlibat dalam beberapa kegiatan, menjadi dekat dan akhirnya jatuh cinta. Mereka berpacaran selama tiga tahun, sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk menikah.
Dulu, semuanya terasa begitu manis, penuh warna dan begitu indah. Namun, Arya tidak tahu apa yang terjadi sehingga dia merasa warna itu hilang. Dan kemudian ia mendapatkan warna kembali bersama Chealse.
Ponsel yang tiba-tiba berdering membuat Arya tersentak, ia sangat berharap itu istrinya. Namun, wajahnya semakin lesu saat melihat nama Rubby tertera di layar pipih itu.
"Ada apa, Rub?" tanya Arya.
"Apa pak Arya tidak akan ke kantor hari ini?"
Arya menghela napas lesu, ingin sekali ia tetap di rumah. Namun, Arya berpikir mungkin pekerjaan bisa menjadi pengalihan perasaan dan pikirannya.
"Aku akan sampai dalam tiga puluh menit."
...🦋...
"Mama mau ke mana?" tanya Darrel saat sang Ibu menurunkannya dengan paksa dari mobil karena Darrel enggan turun dari mobil. "Aku mau ikut Mama!"
"Mama cuma akan pergi sebentar, Darrel!" tegas Lea.
Wanita itu mengantar Darrel dan Jihan ke rumah kakek neneknya karena Lea ingin melakukan sesuatu.
"Ayo sini, Sayang!" Lea mengulurkan tangannya pada Jihan, anak bungsunya yang tidak mengerti apa-apa itu menurut saja.
"Ma?" Kini Lea mengetuk pintu rumah ibu mertuanya.
Tak berselang lama, pintu terbuka dan ibu mertuanya terkejut melihat Lea membawa Darrel dan Jihan.
"Loh, Darrel nggak sekolah?" tanya Bu Irma.
"Aku titip mereka sebentar, Ma," kata Lea. "Aku mau pergi melabrak selingkuhan anakmu."
"Apa?"