Astin yang sakit 3 hari telah meninggal duni, tetapi sebuah jiwa yang tersesat mengambil ahli tubuhnya.
Astin lalu berubah menjadi sangat berbeda, memberi kejutan pada orang-orang yang selama ini menghina Astin.
Kejutan apakah itu?
Yuk baca untuk mengetahuinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Sudut pandang
Di rumahnya, saat ini Erik tampak sedang kesulitan membujuk anjing kecilnya yang selama satu minggu terakhir ini terus membuat ulah.
Leo sama sekali tidak mau didekati, anjing kecil itu terus menghindarinya dan seluruh pelayan di rumah itu seperti melihat hantu.
Hal tersebut membuat Leo sama sekali tidak makan dan minum hingga membuat tubuhnya menjadi sangat kurus, kelihatan begitu rapuh dan pada saat ini hanya bisa berbaring sakit di tempat tidur.
"Ada Apa denganmu? Kenapa begitu sedih dn merajuk?" Erik mengulurkan tangannya untuk menyentuh Leo, tetapi Leo langsung memperlihatkan kemarahannya.
"Baiklah Baiklah, aku tidak akan menyentuhmu. Tapi makanlah sedikit," Erik mengulurkan semangkuk makanan pada Leo, tetapi Leo hanya membuang muka dan kembali meringkuk dengan penuh kesedihan.
Erik menggigit Bibir bawahnya, dia teringat perkataan dokter kemarin siang ketika datang memeriksa Leo, sepertinya Leo berada dalam keadaan yang begitu frustasi dan diharuskan untuk lebih memahami keinginan sang anjing.
Selain itu, Leo tidak mau disentuh, anjing kecil itu akan menggigit jika disentuh oleh siapapun sehingga dokter sama sekali tidak bisa memasang infus atau menyuntiknya.
Lagi pula Erik sangat cemas ketika melihat Leo kesakitan, sehingga dia tidak mau membiarkan anak anjingnya itu disentuh jika memang tidak mau disentuh oleh orang lain.
"Hah,,," Erik menghela nafas dengan panjang, "Apa kau begini karena perempuan itu? Apa kau jadi marah-marah begini karena sudah disihir oleh perempuan itu?" Erik bertanya dengan kesal, tetapi Leo yang mendengar itu langsung berbalik lagi menatap Erik, memberikan tatapan tajamnya dan memaksakan diri untuk mengguguk 2 kali.
Guk,, guk,,.
Suara gugukan Leo pun terdengar begitu lemah sebelum anjing kecil itu kembali lagi memejamkan matanya dan tampak tidur seperti anjing yang telah mati.
Hal itu membuat Erik semakin sedih, Leo adalah satu-satunya makhluk hidup yang bebas berkeliaran di sekitarnya selain karena orang-orang yang berurusan pekerjaan dengannya.
"Hah,,, Baiklah, aku akan mempertemukanmu dengannya," ucap Erik pada akhirnya mengambil keputusan yang sangat berat.
Mendengar ucapan sang majikan, Leo kembali membuka matanya dan berusaha berdiri Namun karena tubuhnya terlalu lemah, anjing kecil itu tidak sanggup lagi untuk berdiri.
"Kemarilah," Erik mengulurkan tangannya mengambil anjing kecil itu, dan kali ini Leo jadi patuh diambil oleh Erik, lalu Erik membungkusnya dengan selimut khusus anjingnya.
Pria itu kemudian menggendong Leo keluar dari rumahnya, membawa Leo ke mobil dan mereka berkendara meninggalkan rumah.
Sambil berkendara, Erik mengeluarkan ponselnya menghubungi asistennya untuk segera melacak keberadaan seseorang.
Setelah selesai memberi perintah, Erik menutup panggilan telepon itu dan terus berkendara sambil sesekali menatap ke arah Leo yang terbaring lemah di sampingnya.
Erik sekali lagi menghela nafas, lalu menghentikan mobilnya di sebuah toko perlengkapan khusus untuk hewan.
"Tunggu di sini sebentar," ucap Erik membuka pintu dan segera turun untuk membelikan beberapa mainan untuk Leo, berharap mainan-mainan yang akan ia belikan bisa membantu anjing kecil itu kembali mendapatkan semangatnya.
Setelah memasuki toko, yang penjaga toko yang sudah familiar dengan Erik langsung menyambut Erik dengan hati-hati, dia sudah mengetahui karakter pria itu, sehingga dia hanya menjaga jarak saja untuk menunggu jika Erik hendak menanyakan sesuatu padanya.
Sementara Erik memilih mainan untuk Leo, tiba-tiba saja ponselnya berdering hingga dia langsung melihat ponselnya dan mendapati sebuah panggilan telepon berasal dari asistennya.
"Kau sudah mengetahui di mana dia?" Tanya Erik pada pria di seberang telepon.
"Saya mengetahui bahwa dia sedang berbelanja, dan di jam-jam seperti ini dia akan pergi ke pusat perbelanjaan terbesar di ibukota, plaza Mart ABC," ucap pria dari seberang telepon membuat Erik menutup panggilan telepon itu dan dengan cepat membayar belanjaannya.
Setelahnya, Erik kembali ke mobil dan menyetir menuju pusat perbelanjaan yang sebelumnya dikatakan oleh asistennya.
Sebuah pesan juga masuk ke ponselnya, mengungkapkan alamat Astin secara akurat hingga ketika tiba di pusat perbelanjaan, Erik langsung pergi ke alamat yang baru saja dikirim oleh asistennya.
Saat tiba di sebuah restoran di pusat perbelanjaan itu, Erik bisa melihat keberadaan Astin, dan Leo yang ada di gendongannya pun langsung bersemangat ketika melihat perempuan yang tengah asyik makan sendirian
Guk! Guk!
Erik mengerutkan keringnya, 'dia jadi bersemangat setelah melihat perempuan itu, aku menjadi kesal,' gerutu Erik dalam hati sebelum melangkah menghampiri Astin membuat Astin terkejut.
Astin mengangkat kepalanya menatap pria yang menghampirinya, dan lebih terkejut lagi melihat anjing kecil yang ada di gendongan Erik.
Terakhir kali bertemu, anjing kecil yang cerewet itu masih tampak lucu, namun sekarang,,,, sudah begitu kurus dan kelucuannya sudah memudar bersama dengan semangatnya.
Guk!
Leo kembali mengguguk namun suaranya masih tampak begitu lemah.
Hal itu semakin menambah kerutan di kening Astin hingga dia menatap Erik dengan tatapan mengandung kekesalan, "kalau kau tidak bisa merawat seekor anjing, maka tidak perlu memeliharanya, itu adalah sebuah penyiksaan untuknya!" Tegas Astin.
Erik sangat kesal mendengar ucapan Astin tersebut, tetapi mengingat kondisi anjing kecilnya, dia menahan diri lalu duduk di hadapan Astin sambil meletakkan Leo di atas meja tanpa berkata apapun.
Astin langsung menyingkirkan seluruh makanan di atas meja, lalu mengulurkan tangannya mengambil Leo.
"Dia memperlakukanmu dengan buruk?" Tanya Astin.
Guk!
"Bawalah dia ke klinik hewan," ucap Erik dengan tenang.
"Kenapa kalau malah menyuruh? Kau hanya perlu membawanya ke sana, tidak perlu datang merepotkan ku bukan? Atau Kalau kau memang tidak mau bertanggung jawab untuk mengurusnya, kau bisa--"
"Dia tidak mau bersamaku!" Sela Erik.
"Apa?" Astin kembali mengerutkan keningnya, menatap anjing kecil yang ada di gendongannya.
"Dia mulai merajuk sejak Kau meninggalkannya di rumahku, dia tidak mau makan dan tidak mau disentuh oleh siapapun. Jika aku memaksa untuk menyentuhnya, setelahnya itu suasana hatinya menjadi semakin buruk dan kesehatannya turun drastis," ucap Erik.
Astin menyadari apa yang terjadi, lalu menatap anjing kecil yang memejamkan matanya dipelukannya, tampak terlihat begitu tenang, "kau anjing nakal!" Ucap Astin sambil berdiri, dia tidak mungkin membiarkan anjing kecil itu kesusahan seperti itu sehingga dia pun melangkah keluar dari restoran..
"Bayarkan makananku terlebih dahulu!" Perintah Astin pada pria yang mengikutinya membuat Erik kembali berbalik membayar makanan limbah sebelum kembali mengikuti Astin menuju klinik hewan yang tepat berada di depan pusat perbelanjaan.
Erik berjalan di samping Astin dengan wajah lesu, tampak menatap khawatir ke arah Leo yang ada di gendongan Astin.
Sedikit rasa cemburu juga muncul di wajah pria itu karena anjing kecilnya tampak lebih menyukai orang yang baru pertama kali bertemu dengannya ketimbang dirinya yang sudah membesarkan anjing kecil itu selama beberapa tahun terakhir.
Sementara itu, di tempat lain, pria bernama Mr. X memegang kameranya dan mengambil foto, sudut pandangnya begitu baik sehingga dia tidak bisa melewatkan kesempatan itu mengambil lebih banyak gambar.
Cekrek cekrek cekrek...
pasti typo ya thor 🤭
jadi aneh bacanya
apakah astin bisa membalas chika
nuwun thor upmya