Di tolak tunangan, dengan alasan tidak layak. Amelia kembali untuk balas dendam setelah delapan tahun menghilang. Kali ini, dia akan buat si tunangan yang sudah menolaknya sengsara. Mungkin juga akan mempermainkan hatinya karena sudah menyakiti hati dia dulu. Karena Amelia pernah berharap, tapi malah dikecewakan. Kali ini, gantian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*28
"Oke, Meli. Lupakan dia sebentar. Kita urus masalah ini dulu." Melia berucap pada dirinya sendiri sambil masuk ke dalam salon.
Ya. Tempat tujuannya adalah salon. Di sini, Esti sudah menyiapkan apa yang nona mudanya butuhkan. Gaun baru, dan yang lainnya. Melia hanya tinggal masuk, lalu menggantikan pakaiannya saja. Karena malam ini, dia tidak akan membiarkan dirinya dipermalukan oleh orang lain lagi.
"Selamat datang, nona. Saya sudah menunggu nona untuk menyiapkan nona agar jadi gadis yang paling cantik malam ini." Salah satu pelayan menyambut Melia dengan hangat.
Melia hanya tersenyum singkat. Segera, dia menukar gaun yang dia pakai sebelumnya dengan gaun yang sudah Esti siapkan. Tak berapa lama, gaun hijau tua pun melekat di tubuh Melia. Lengkap dengan hiasan rambut sederhana yang sangat serasi dengan gaun yang Meli kenakan.
Dia yang sudah terlahir dengan kecantikan alami, setelah dipelesi make-up tipis, semakin terlihat aura kecantikannya. Di tambah pula dengan sentuhan perhiasan kecil di lehernya, wajah sempurna dengan tampilan yang sempurna pula. Aura wanita elegan sangat terlihat. Dia-lah nona muda yang sesungguhnya.
"Nona. Anda cantik sekali." Si pelayan muji Amelia dengan mata yang berbinar.
"Semua ini juga berkat kamu."
"Ah. Nona muda bisa saja. Sentuhan tangan saya hanya melengkapi saja. Memang dasarnya nona muda sudah sangat sempurna dari segala sisi."
"Kamu sangat berlebihan."
"Ya sudah. Aku harus pergi sekarang."
"Jangan lupa, kirimkan gaun itu kembali ke kediaman Racham. Pastikan jangan ada yang tahu hal tersebut."
"Baik, nona muda. Siap dilaksakan," ucap si pelayan sambil mengangkat tangannya membuat sebuah kode.
Sebenarnya, semua sudah di atur oleh Melia dengan sangat baik. Lalu, dijalankan oleh Esti. Mulai dari salon yang memang milik Melia, hingga pelayan yang melayani Melia barusan itu juga bagian dari anggota kupu-kupu hitam. Intinya, mereka bisa bergerak sesuka hati karena properti itu milik mereka.
Ketika Melia keluar dengan tampilan yang berbeda. Tentu saja si sopir langsung tertegun. Mulai dari rasa bingung, hingga ke rasa kagum. yang memenuhi hati juga pikiran. Hal tersebut lah yang membuat pria itu terdiam selama beberapa saat hingga Melia sampai di sampingnya.
"Ayo jalan!"
"Ah! Iy-- iya. Baik, nona muda. Jalan sekarang."
Terdengar dengan sangat jelas suara gugup dari ucapan pria ini. Tapi, Melia tidak ingin memikirkannya. Karena dia tahu, bagaimana tidak gugup? Dia tidak hanya berganti pakaian, tapi juga berganti tampilan.
"No-- nona muda. Anda lebih cocok dengan tampilan anda yang sekarang. Sungguh memulai." Puji si sopir dengan tulus.
Melia hanya diam saja. Tidak ada kata terima kasih atau tanggapan apapun. Beberapa menit kemudian, barulah dia angkat bicara.
"Siapa nama mu?"
"Saya ... I-- Iyas."
"Iyas?"
"Sudah berapa lama anda bekerja di keluarga Racham."
"Saya ... anu, ba-- baru ... beberapa hari."
"Ya, beberapa hari yang lalu."
Semakin terasa kalau Iyas sedang sangat gugup. Semakin pula Melia yakin kalau ada yang Iyas sembunyikan darinya sekarang.
Tidak butuh waktu lama untuk Melia melacak biodata dari pria tersebut. Hanya lima menit saja, dia sudah tahu segalanya. Melia langsung menyunggingkan senyum singkat.
'Iyas.'
Mobil yang Melia tumpangi akhirnya tiba ke tempat acara. Iyas bergegas turun hanya untuk membuka pintu dari mobil tersebut. Melia turun dengan anggun. Setelahnya, berjalan dengan anggun masuk ke dalam tanpa memperlihatkan undangan sama sekali.
Di sisi lain, Ricky sedang di hampiri oleh Fendi. Setelah sebuah panggilan Fendi terima, dia akhirnya bergegas menemui tuan mudanya yang masih duduk manis di kursi lantai dua.
"Tuan muda. Yang anda tunggu sudah tiba. Iyas sudah membawanya dengan selamat hingga sampai ke tempat lelang."
Senyum manis langsung terukir di bibir Ricky.
"Bagus."
"Sekarang, ayo kita turun. Sudah saatnya kita memberikan dia sambutan."
Fendi mengangguk dengan penuh semangat. Bagaimana tidak. Hatinya saat ini sedang sangat ingin tahu seperti apa wanita yang membuat tuan mudanya bisa tersenyum. Wanita yang seperti apa yang telah mampu mengubur senyum manis dari tuan mudanya ini. Padahal, senyum tuan mudanya terlalu manis. Bisa-bisanya menghilang karena seorang wanita.
"Ayo, tuan muda."
Ucapan penuh semangat yang langsung menghentikan langkah Ricky. Pria itu langsung menatap tajam asistennya.
"Kenapa kamu juga ikut-ikutan penuh semangat?"
"Ah, tidak. Kenapa kamu yang rasanya lebih bersemangat dari aku? Apakah .... "
"Tu-- tuan muda jangan salah paham. Saya hanya penasaran dengan si dia yang sangat ingin tuan muda temui. Sepertinya, dia sangat luar biasa. Rasa penasaran saya semakin kuat setelah saya mendengar suara Iyas yang seolah sangat gugup waktu mengabari kalau dia telah tiba di tempat perlelangan."
Ricky kini tidak lagi menjawab apa yang Fendi katakan. Yah, untuk Iyas. Dia memang anak buah yang Ricky kirimkan buat menjemput Melia. Entah bagaimana pengaturan yang Ricky buat hanya untuk memasukkan Iyas sebelumnya. Yang jelas, pria itu jadi sangat gugup karena tugas yang Ricky berikan. Ricky yang terlalu tegas, sedangkan Melia yang terlalu peka.
Sementara itu, di sisi lain, mama tiri dan juga anaknya sedang resah. Mereka sedang menunggu bahan mainan mereka sekarang. Tapi sayangnya, barang mainan itu tidak kunjung muncul. Padahal, uang sudah mereka habiskan hanya untuk membayar beberapa saksi. Dan, untuk pengaturan di belakang panggung.
"Di mana Melia, Ma? Kenapa dia tidak kunjung muncul? Ini sudah hampir setengah jam."
"Sabar. Sebentar lagi, wanita itu pasti muncul, Citra. Apa sih yang kamu cemas kan. Dia pasti akan datang."
Lalu ....
"Itu dia, Ma. Tapi .... "
Wajah bahagia Citra langsung lenyap ketika melihat pakaian yang Melia kenakan. Tampilan yang berbeda, yang seketika langsung mencuri perhatian sesaat setelah kemunculannya.
"Wanita siapa ini? Cantik sekali." Salah satu pemuda berucap.
"Iya. Anak siapa sih? Baru pertama kali aku melihat doa hadir di pesta seperti ini."
"Mungkin, dia baru pulang dari luar negeri. Lihatlah wajahnya yang anggun. Sungguh anugerah."
Pujian demi pujian yang para tamu perdengarkan, tentu saja membuat ibu dan anak itu sangat tidak suka. Mana rencana yang ingin mereka lakukan langsung gagal total lagi.
"Ma." Renggek Citra.
"Bagaimana ini?"
"Mama ... juga bingung."
"Semua gara-gara mama. Sudah menghabiskan banyak uang. Sudah mengorbankan gaun indah milik aku. Tapi apa hasilnya? Gagal!"
"Diam, Citra. Jangan banyak bicara. Kegagalan ini belum tentu sepenuhnya gagal. Percaya sama mama. Rencana kedua, kita akan berhasil."
Saat itulah, si tuan muda pemegang tahta turun dari lantai dua. Matanya yang saat melihat Melia tidak bisa dia alihkan lagi, membuatnya turun sambil terus menatap lekat ke arah Melia. Dan, tentu saja hal yang ada di sekelilingnya dia abaikan. Karena kini, dunianya hanya ada Melia saja.
🌹 dulu... nanti lanjut lagi