Menikah adalah cita-cita setiap wanita. Apalagi, ketika menikah dengan laki-laki yang begitu didamba dan dicintai.
Namun apa jadinya, ketika dihari pernikahan itu di gelar, justru mendapat kabar dari pihak mempelai laki-laki. Tentang pembatalan pernikahan?
Hal itulah yang tengah dialami oleh Tsamara Asyifa. Gadis yang berusia 25 tahun, dan sudah ingin sekali menikah.
Apakah alasan yang membuat pihak laki-laki memutuskan pernikahan tersebut?
Lalu, apakah yang Syifa lakukan ketika mendengar kabar buruk itu?
Akankah ia mengemis cinta pada laki-laki yang sangat ia cintai itu? Atau justru menerima takdirnya dengan lapang dada.
Hari pernikahan adalah hari yang begitu istimewa.
Tapi apa jadinya, jika di hari itu justru pihak laki-laki membatalkan pernikahan? Tanpa diketahui apa sebabnya.
Hal itulah yang di alami oleh Tsamara Asyifa.
Akankah ia akan mengemis cinta pada laki-laki yang sangat ia cintai itu, untuk tidak membatalkan pernikahannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ipah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Keluar dari tempat persembunyian
"Kurang ajar, kalian Anwar. Aku tidak akan pernah memaafkan kalian. Kalian begitu tega mempermalukan kami di depan umum. Padahal kami tidak pernah melakukan kesalahan pada kalian. Saat perusahaan mu jatuh, aku justru yang menolongnya. Tapi rupanya, ini balasannya." umpat pak Abas mengeluarkan seluruh isi hatinya.
Ia kembali menenangkan Tsamara yang masih menangis.
"Tsamara, jangan kamu tangisi laki-laki seperti dia. Air mata mu terlalu berharga untuk laki-laki seperti Anggara. Yang tidak pernah mengerti apa itu cinta." tegas pak Abas.
Tsamara mengangguk dan menghapus air matanya. Tapi begitu air mata itu dihapus, selalu tumpah kembali. Hatinya begitu sakit. Di gagalkan pernikahannya, dengan alasan dia terlalu gendut. Dan hal itu dilakukan oleh laki-laki yang ia cintai.
"Farah, Soffin. Tolong jaga kakak kalian. Papa keluar sebentar."
Pak Abas berlalu keluar. Ia meminta bantuan saudaranya, untuk mempercepat acara pernikahan itu, agar cepat selesai.
Sengaja ia tidak memberitahu alasannya yang sebenarnya. Dan tetap berpura-pura bahwa Anggara sedang sakit.
Pemuda itu memang sedang sakit. Sakit mata hatinya. Sehingga tega meninggalkan seorang gadis yang dulu dicintainya, karena sekarang ia gendut.
Pak Abas juga tak ingin anaknya menjadi bahan gunjingan banyak orang. Makanya ia melakukan hal itu.
**
Hari merangkak malam, Tsamara mengurung diri di kamarnya. Sekuat apapun ia melupakan isi pesan dari Anggara. Nyatanya tak semudah itu untuk melupakannya.
"Tsamara, buka pintunya sayang." terdengar suara pak Abas dari balik pintu kamarnya, dan di iringi suara ketukan pintu.
Tsamara bangkit berdiri, dan bergegas membukakan pintu untuk laki-laki yang tidak pernah mengecewakan hatinya selama ini.
"Papa." gumamnya sembari menghambur ke pelukan papanya. Ia menenggelamkan wajahnya di dada pak Abas.
Laki-laki itu tahu, anaknya sedang terpukul. Dirinya saja juga ikut terpukul.
"Tsamara takut, pa. Bagaimana nanti orang-orang akan membicarakan tentang hal ini. Sepintar apapun kita menyembunyikan hal ini, tetap akan mereka akan mengetahuinya."
"Peduli apa dengan kata orang, sayang. Yang penting adalah diri kita sendiri. Selama kamu bahagia, papa juga akan bahagia. Begitu pula sebaliknya."
"Awas saja kamu, Anwar. Aku akan buat perhitungan dengan mu." geram pak Abas.
**
Hanya dalam waktu dua hari, kabar gagalnya pernikahan Tsamara telah menyebar ke seluruh pelosok daerah tempat tinggalnya.
Tanpa ada yang memberitahu, mereka sudah bisa menebak. Pasti alasan di balik gagalnya pernikahan mewah itu adalah, karena Tsamara berbadan gendut.
Makanya, calon mempelai prianya sampai syok. Mereka menjadikan itu sebagai bahan bercandaan. Dan mereka juga mengolok-olok badan Tsamara yang gendut.
**
Hampir dua Minggu, Tsamara mengurung diri di kamarnya. Ia merasa malu mendengar caci-maki tetangganya. Sehingga tidak ingin bertemu dengan orang lain, selain anggota keluarganya sendiri. Setiap jam makan, ia tidak ikut turut ke bawah.
Meskipun begitu, asisten rumah tangganya malah yang mengantarkan makanan itu ke kamarnya. Atas perintah pak Abas. Ia begitu mengkhawatirkan kondisi putrinya. Ia tidak ingin putri sulungnya sampai drop.
Karena tak bisa menahan rasa laparnya, Tsamara melahap habis makanan yang disediakan untuknya. Ia tidak bisa mengurangi porsi makannya. Karena jika sampai hal itu terjadi, yang ada dia akan makan dengan porsi yang lebih besar, atau dua kali lipatnya.
**
Suatu sore, Tsamara mendengar adiknya, Soffin menangis. Ia terlambat berangkat les. Karena Farah tidak membangunkannya saat tidur siang.
Farah sendiri juga tidak tahu, jika sore itu ada jadwal untuk adiknya. Karena selama ini yang hafal dengan jadwal les si kecil itu adalah Tsamara.
Papa dan Farah melakukan pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh Tsamara selama ini. Saat ia mengurung diri. Tapi hasilnya sungguh membuat mereka ingin berteriak sambil mengangkat tangan. Karena merasa tak sanggup.
Papa Abas selalu terlambat saat mengantar Soffin ke sekolah. Karena untuk membangunkan bocah kecil itu, memang tidak mudah. Di tambah lagi, ia membutuhkan waktu yang lama ketika mandi. Entah apa saja yang ia lakukan, papa juga tidak tahu.
Farah, ia tak pernah bisa sabar saat membimbing adiknya mengerjakan pe-er. Bukannya pe-ernya selesai. Yang ada justru berakhir si Soffin menangis. Karena di bentak oleh Farah.
Tsamara menghapus air matanya. Ia bersiap-siap untuk mengantarkan Soffin berangkat les.
Rasanya ia tidak boleh berlama-lama untuk merenungi nasib cintanya yang tragis. Gagal Menikah dengan pria yang hanya memandang fisiknya semata.
Akan ada pelangi setelah hujan. Ia yakin, jika sekarang dirinya bersedih karena cinta. Pasti suatu saat ia juga akan bahagia karena cinta. Walaupun ia sendiri juga belum tahu kapan pastinya.
"Soffin, ayo kakak anter berangkat les." Tsamara berjongkok dihadapan adiknya sambil mengusap pelan kepalanya.
Soffin yang sejak tadi menangis, seketika berhenti ketika melihat Tsamara berada di hadapannya.
"Tapi sudah terlambat, kak."
"Sayang, tidak ada kata terlambat untuk belajar. Bahkan sampai mati pun kita itu dituntut untuk terus belajar. Tidak hanya belajar di bangku sekolah, tapi dimanapun tempatnya disuruh untuk menuntut ilmu. Lagian, lebih baik terlambat dari pada tidak berangkat."
Tsamara mengulas senyum pada adik laki-lakinya. Akhirnya si kecil itu mau berangkat ke tempat les. Keduanya bergandengan tangan menuju carport.
yg jelas dong halunya jgn malu maluin gini
dasar Anwar tdk beretika
tapi bebanmu masih ada Thor eh Thoriq maksutku
yaitu mengajari Tsa ilmu agama
coba bayangin kalo seprenya berubah jadi angsa... telanjang dong kasurnya😀😀