Gagal Menikah Gara-gara Gendut
"Jadi, langsung saja ke intinya ya, Bas. Kedatangan kami kesini itu, ingin melamar anakmu Tsamara. Untuk anakku Anggara." ucap pak Anwar pada rekannya, pak Abas.
Senyum merekah di bibir pak Abas, ketika mendengar maksud kedatangan sahabat masa sekolah dasar nya dulu.
Saat mereka bertemu, keduanya sering membahas tentang perjodohan anak-anaknya. Tidak menyangka jika akhirnya, niat keduanya akan terealisasikan.
"Aku sangat senang mendengar putramu akan melamar anakku. Tapi, Tsamara sekarang sedang tidak ada di rumah. Baru saja mengantar adiknya les. Apakah kalian tidak keberatan menunggunya? Agar bisa mendapatkan jawaban darinya langsung. Bagaimana pun juga, yang menjalani kehidupan rumah tangga, nantinya adalah anak-anak kita."
"Bagaimana, Ga?" tanya pak Anwar pada Anggara yang duduk disampingnya.
"Tidak apa-apa, pak. Saya akan menunggunya dengan sabar." Anggara tersenyum pada pak Abas.
Dalam hati pemuda itu yakin, jika Tsamara juga menyukainya. Karena saat keduanya masih kecil, sering ikut kedua orang tuanya menghadiri suatu acara. Dan mereka sering bermain bersama.
Terakhir mereka bertemu adalah, saat keluarga Anggara menghadiri pemakaman, Aini. Yakni mamanya Tsamara.
Walaupun Tsamara tengah menangis, dan matanya terlihat sembab, tidak mengurangi kecantikan wajahnya. Apalagi, di dukung dengan bentuk tubuhnya yang cukup ideal.
Ia memiliki tinggi badan 160cm, dan berat badan 55kg. Membuat banyak laki-laki yang berlomba-lomba untuk mendapatkannya.
Tapi, hatinya sudah terpaut dengan Anggara. Karena ia selalu berada disampingnya. Dan membuatnya merasa nyaman.
Anggara memang sengaja melakukan hal itu, karena ia ingin mendapatkan perhatian dari Tsamara dan keluarganya.
Mendapatkan wanita cantik dan juga kaya raya, adalah impian setiap laki-laki. Termasuk Anggara.
Maka dari itu, ia ingin sekali memulainya dengan berpacaran bersama Tsamara. Tapi sayangnya, setelah lulus sekolah menengah atas, Anggara melanjutkan pendidikannya di negeri Paman Sam atas perintah papanya.
Karena ia anak laki-laki satu-satunya di keluarganya. Yang berarti memiliki tanggung jawab yang besar untuk mengembangkan perusahaannya nanti.
Setelah kepulangannya dari menempuh pendidikan, ia ikut membantu bekerja di perusahaan papanya.
Ia selalu terbayang wajah Tsamara, dan ia begitu takut kehilangannya. Maka dari itu, ia meminta ijin pada kedua orang tuanya, untuk melamar Tsamara.
Tentu saja kedua orang tuanya setuju, karena akan berbesan dengan teman masa sekolahnya. Di tambah lagi Tsamara adalah gadis yang cantik dan begitu sopan. Dan ia juga berasal dari keluarga yang kaya. Jadi dianggapnya selevel.
Saat mereka bercakap-cakap, sambil menunggu kedatangan Tsamara, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya.
Hampir dua jam, Tsamara belum juga pulang. Membuat pak Abas cukup gelisah. Berkali-kali ia mengecek aplikasi hijaunya. Apakah ada pesan dari anaknya atau tidak.
Seketika ia membulatkan matanya, ketika anak sulungnya itu mengabarkan jika ban mobilnya bocor. Hati orang tua mana yang tidak cemas, ketika hujan deras, anaknya mengalami nasib apes, seperti ban bocor.
Ingin menyusul, tapi tidak enak dengan tamunya. Ia terus merapalkan doa, berharap putrinya itu mendapatkan pertolongan.
Pak Abas, juga memberitahu pada tamunya, tentang musibah yang dialami oleh putrinya. Karena pak Anwar akan menghadiri suatu acara, maka mereka pun meminta ijin pulang.
Setelah kepulangan keluarga pak Anwar, pak Abas berniat menyusul putrinya. Tapi Tsamara kembali mengirimkan pesan untuknya. Yang mengabarkan jika ia sudah di tolong oleh seseorang untuk mengganti bannya. Seketika pak Abas bernafas lega.
Terdengar suara deru mobil yang memasuki pelataran rumah milik, pak Abas. Ia segera mengintai dari tirai jendela, memastikan bahwa Syifa lah yang datang.
"Tsamara, Soffin. Kalian tidak apa-apa kan?" tanya pak Abas, ketika keduanya melangkahkan kakinya melewati ruang tamu.
"Tidak apa-apa, pa." balas keduanya sembari menyunggingkan senyum.
"Ya sudah, cepat bersihkan diri kalian. Agar tidak kedinginan."
"Baik, pa."
Keduanya berlalu menuju kamar Soffin terlebih dahulu. Karena Tsamara ingin membersihkan tubuh adiknya itu.
"Dek, kamu kan sudah besar. Sudah kelas dua SD lho. Harusnya belajar mandiri. Kalau nanti kak Tsamara menikah, kakak tidak bisa lagi merawat mu seperti ini." ujar Syifa memberi pengertian ke adik bungsunya itu.
"Kak Tsamara jangan menikah dulu. Soffin ngga mau di asuh sama baby sitter. Semua baby sitter itu jahat. Aku takut di siksa, di culik, dan di apa-apain." Soffin mulai merajuk, setiap kali kakaknya menasehati.
"Jika mereka jahat, bilang saja ke papa atau kakak. Nanti cari baby sitter yang baik."
"Tidak mau." Soffin melipat kedua tangannya di depan dada, sambil mengerucutkan bibirnya.
Tsamara hanya bisa menggelengkan kepalanya, melihat tingkah adiknya yang seperti itu. Padahal keinginannya untuk menikah sudah kuat. Tapi melihat badannya yang sekarang, yang begitu besar. Membuatnya sedikit minder.
Setelah selesai menggantikan baju untuk adiknya, kini giliran Tsamara yang membersihkan diri di kamarnya.
Tok... Tok...Tok
Terdengar suara ketukan pintu, bergegas Tsamara membukanya.
"Papa. Ada apa, pa?"
"Papa ingin bicara dengan mu."
"Oh. Ayo masuk, pa." Tsamara mempersilahkan papanya masuk.
"Tadi keluarga, om Anwar kesini. Dia mengantarkan anaknya, Anggara. Untuk melamar mu. Apakah kamu bersedia?" ucap pak Abas, yang membuat Tsamara tersenyum sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
IndraAsya
👣👣👣
2024-05-22
0
Uthie
sepertinya ceritanya menarik sy untuk lanjut baca 💪❤️
2023-04-06
3
Fitri
Assalamualaikum... baru mampir nie mbak, semoga lebih menarik dan ngak kala sama karya mbak yg lainya.
2023-03-25
1