Kejadian tak pernah terbayangkan terjadi pada Gus Arzan. Dirinya harus menikahi gadis yang sama sekali tidak dikenalnya. "Saya tetap akan menikahi kamu tapi dengan satu syarat, pernikahan ini harus dirahasiakan karena saya sudah punya istri."
Deg
Gadis cantik bernama Sheyza itu terkejut mendengar pengakuan pria dihadapannya. Kepalanya langsung menggeleng cepat. "Kalau begitu pergi saja. Saya tidak akan menuntut pertanggung jawaban anda karena saya juga tidak mau menyakiti hati orang lain." Sheyza menarik selimut yang menutupi tubuhnya. Sungguh hatinya terasa amat sangat sakit. Tidak pernah terbayangkan jika kegadisannya akan direnggut secara paksa oleh orang yang tidak dikenalnya, terlebih orang itu sudah mempunyai istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anotherika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Anisa sangat ketakutan sekali, keringat dingin terus mengucur deras dari dahinya. Membayangkan seberapa parah sakit Sheyza akibat perbuatannya, hingga perempuan itu sampai pingsan. Dan juga seberapa marah suaminya nanti karena perbuatannya yang keterlaluan. Mau mengelak pun Anisa tidak bisa karena ada saksi yang melihat secara langsung bagaimana brutalnya dia saat menghukum Sheyza.
Tapi ini juga bukan salah dirinya sepenuhnya, dia hanya memberikan pelajaran kepada orang yang ingin merusak rumah tangganya. Andai Sheyza tidak menggoda suaminya, pasti hal seperti ini tidak akan pernah terjadi.
Anisa hanya bisa menggigit bibirnya, menahan rasa takut yang terus menghantuinya sejak tadi. Apa yang harus dirinya katakan pada suaminya nanti? masih bisakah dirinya melakukan pembelaan?
Anisa takut dipenjara! Anis juga takut diceraikan!!
Drrt drtt drrtt
Ponsel yang digenggam Anisa bergetar. Sang empu terlonjak kaget, hampir saja dirinya membanting ponselnya sendiri.
Melihat nama siapa yang tertera di layar telepon, Anisa buru-buru mengangkat panggilan itu.
"Ya hallo,"
"Udah kayak presiden aja Lo susah banget di hubungi," gerutu orang di seberang sana.
Anisa berdecak tak suka. "Saya memang sibuk, untuk sekedar mengangkat telepon dari kamu saja saya tidak bisa. Jadi ada apa? Apa ada hal yang mendesak hingga membuat kamu berulang kali menelepon saya."
"Iya iya gue tau. Ini sangat penting, nanti jam sepuluh kurirnya akan datang lagi. Lo bisa langsung ambil tuh barang."
Mendengar itu, kedua sudut Anisa langsung tertarik ke atas menciptakan sebuah senyuman lebar. "Tapi yang ini beneran mirip kan? Saya tidak mau kalau sampai dicurigai. Sudah beberapa hari ini mertua saya minum obat yang beneran dari dokter, jadi sudah agak banyak banyak perubahan. Kamu sih lama banget nyari obatnya," gerutu Anisa kesal. Memang obat yang biasa Anisa kasih untuk ummi Zulfa sudah habis beberapa hari yang lalu. Alhasil ummi Zulfa meminum obat yang diresepkan dari dokter pilihan Arzan.
"Kerjaan gue juga banyak Anisa. Lo juga gimana sih, udah beberapa hari ini gue telepon kenapa Lo nggak jawab panggilan dari gue? Itu juga kesalahan Lo yang ngangkat telepon, padahal obatnya udah ready dari tiga hari yang lalu." omel pria di seberang.
"Kan sudah saya bilang saya sibuk. Saya tidak bisa mengangkat telepon dari sembarang orang,"
"Iya terus saja seperti itu. Kalau tiba-tiba kurir datang terus yang ngambil bukan lo gimana? Mau Lo ketahuan?"
Anisa mendengus. "Ya jangan sampai dong. Kalau sampai ketahuan bisa hancur hidup saya. Sudahlah sekarang kamu mau berapa?"
Diseberang sana pria itu terkekeh. "Enggak banyak, cuma delapan puluh juta aja. Gue juga mau gunain uang itu buat ganti uang gue yang ke pake beli obat yang Lo mau."
Mata Anisa mendelik. "Gila aja!! Itu uang banyak gak sedikit. Mana ada saya uang segitu,"
"Lo pikir obatnya murah? Gue belinya juga pake uang yang gak sedikit. Ditambah harus pake kepintaran juga beli obat kayak begitu. Lo pikir gampang? otak Lo tuh yang gampang, bodoh!" Balas pria di seberang sana kesal.
Mata Anisa terbelalak, tak terima dirinya dikatain bodoh. "Kamu-"
"Udahlah cepetan kirim duitnya! Kalau enggak video yang kemarin gue kirim ke nomor laki Lo. Ck gue gak tahu bakal kayak gimana respon laki lo. Tapi yang pasti sih Lo bakal di c.e.r.a.i! Secara kelakuan Lo udah kelewatan banget," ancam pria di seberang dengan menekankan kata cerai agar membuat Anisa ketakutan. Memang dirinya tahu bagaimana takutnya Anisa jika Arzan menceraikan Anisa.
Nafas Anisa memburu, kepalanya langsung menggeleng kencang. Dirinya tidak mau kalau sampai video itu tersebar. Apalagi jika sang suami sampai melihatnya, pasti kemungkinan terburuk akan segera dia rasakan. Tidak akan ada lagi tolerir dari suaminya, rumah tangganya akan hancur tak bisa diselamatkan.
Tidak! Tidak bisa!! Anisa terlalu cinta dengan suaminya. Dia tidak mau kalau Arzan sampai menceraikan dirinya. Dia juga tidak mau kehilangan harta sang suami yang sudah membuatnya hidup enak seperti sekarang.
"Satu hari. Gue kasih waktu Lo satu hari buat kumpulin duitnya dan Lo harus segera transfer, kalau enggak gue bakal langsung kirim video itu ke suami Lo saat waktu yang gue kasih habis. Inget, gue gak pernah main-main sama ucapan gue Anisa!"
"Ta-tapi saya tidak bercanda, saya benar-benar sedang tidak punya uang sekarang. Saya hanya ada tiga puluh juta, nanti saya kirim lagi kalau sudah ada tapi kasih saya tempo seminggu ya." Ucap Anisa bermaksud bernegosiasi.
Diseberang sana pria itu terkekeh. Lalu tanpa mengatakan apapun, pria itu langsung mematikan sambungan telepon sepihak.
"Halo,"
"Halo!"
Anisa panik bukan main, takut pria itu merealisasikan ucapannya. Sedikit banyak Anisa juga paham bagaimana sifat pria yang baru saja telepon.
Berulang kali Anisa mendial nomor handphone milik pria tadi, tapi sayang nomor teleponnya sudah tidak aktif lagi.
"Argggh sialan!" Pekik Anisa frustasi.
Ting
Tak lama kemudian ponselnya berdenting kembali. Anisa buru-buru melihat pesan yang baru saja masuk dari nomor tidak dikenal.
0859xxx
"Gue kasih waktu satu hari dan Lo harus transfer duitnya. Gue gak mau tahu gimana caranya Lo bisa dapetin tuh duit, yang gue butuhin cuma hasilnya bukan caranya. Itu bukan urusan gue! Dan inget gue gak pernah main-main sama ucapan gue, Lo tau sendiri gue orangnya gimana."
Tubuh Anisa langsung limbung setelah membaca pesan itu. Tidak perlu dipertanyakan lagi dari mana pesan tersebut berasal. Dilihat dari isi pesannya saja sudah sangat kelihatan bahwa pesan itu dikirim oleh orang yang baru saja dirinya ingin hubungi. Tapi salah dia sendiri karena sudah berurusan dengan pria gila seperti itu.
***
"Jadi Abang beneran sudah menikah dengan mbak Sheyza?" Nabila syok begitu mendengar pengakuan yang keluar dari mulut abangnya. Kabar yang diberikan oleh sang Abang nyaris membuat jantungnya merosot ke bawah.
Arzan mengangguk membenarkan. Kalau sudah begini, mau bagaimana lagi. Nasi sudah menjadi bubur, sudah tidak mungkin juga dirinya merahasiakan hal ini lagi. Dan mungkin setelah ini sang Abah yang akan menginterogasi nya, melihat bagaimana tadi dirinya kabur dari rapat tanpa ada sepatah kata pun.
"Abang sudah menikah dua bulan lebih dan saat ini Sheyza sedang mengandung anak abang. Kalau tanya kenapa bisa menikah, maaf Abang belum bisa jelasin karena ceritanya panjang banget," ucap Arzan. Sebenarnya sudah sangat lama dia ingin jujur perihal Sheyza, tapi dirinya takut membuat keluarganya kecewa, terlebih sang Abah yang memang berharap banyak dengan pernikahan dirinya dengan Anisa.