***++ Harus bijak memilih bacaan ya guys...
Malam panas satu malam ku dengan lelaki asing membuatku tidak bisa lepas dari lelaki itu. Belakang aku tahu ia adalah Dokter spesialis penyakit dalam di Rumah sakit Mamaku dan kebetulan lelaki itu adalah Dokter yang merawat mamaku. Ia srorang duda yang haus akan hubungan panas di atas ranjang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qolbie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 TERNYATA KAU MASIH PERAWAN.
Hemmmz..." selimut tebal halus yang nyaman aku rasakan menggesek permukaan kulitku tanpa penghalang tanda jika saat itu aku tidak mengenakan pakaian sama sekali.
"Akh... sakit," aku merasakan saat itu nyeri menyelimuti seluruh tubuhku di mana aku seolah tidak memiliki tenaga sama sekali untuk bergerak dari tempatku berada terutama tepat di bagian bawah pusarku atau di bagian inti milikku aku merasa disana seolah tengah membengkak dan begitu perih aku rasakan tapi aku mengabaikannya begitu saja aku tidak menghiraukannya.
Pagi itu aku terbangun begitu saja ketika aku merasa silau cahaya matahari mulai menerpa wajahku menusuk kedua mataku meskipun saat itu aku masih memejamkan kedua mata dan perlahan aku mengusapnya beberapa kali usapan hingga aku bisa membuka kedua mataku dengan sempurna namun saat aku membukanya, aku melihat punggung datar terbuka tubuh lelaki yang datar dan postur tubuh begitu sempurna meskipun dari belakang.
"Hemz..." aku merasa jika saat itu aku masih bermimpi dan aku masih betah berada di alam mimpiku tersebut dan jika aku sadar aku tengah bermimpi Aku benar-benar tidak ingin bangun apalagi membuka mata.
"Deg," tiba-tiba jantungku seolah berhenti berdetak ketika aku melihat lelaki itu menolehkan wajahnya ke belakang menghadap ke arahku yang saat itu masih terbaring di atas pembaringan.
"Oh Tuhan kenapa lelaki yang aku lihat itu begitu tampan? Apakah dia seorang malaikat yang engkau turunkan untukku? Oh sepertinya aku salah, sepertinya aku masih berada di alam mimpi dan aku harus menikmatinya," gerutuku dalam hati ketika aku melihat sosok lelaki yang saat itu tengah sepenuhnya membalikkan tubuhnya menghadap ke arahku lalu jantungku kian berdegup kencang dan nafasku mulai memburu ketika aku melihat lelaki itu mulai melangkahkan kakinya mendekat menuju ke arahku.
Aku melihatnya duduk di sampingku tepat di tepian ranjang yang aku tempati cukup dekat dengan tubuhku bahkan seolah tidak berjarak tubuh kami berdua. Aku masih mengerjapkan mataku beberapa kali seolah Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat saat itu. Sedangkan lelaki itu malah menatapku dengan penuh kehangatan dan menyunggingkan senyuman di bibirnya ia tampak tidak mengedipkan mata menatapku, pancaran hangat itu bisa aku rasakan meskipun wajahnya terkesan dingin.
"Kau tidak apa-apa? kau baik-baik saja?" pertanyaan lelaki itu yang ia lontarkan untuk pertama kalinya yang aku dengarkan setelah aku membuka mata lebar-lebar dan menyadari jika memang saat itu bukanlah sedang berhalusinasi ataupun bermimpi.
"Akh... emb... aku baik-baik saja, apa yang terjadi kemarin malam?" aku bertanya seolah aku tidak mengingat apapun setelah melewati malam panas kami berdua.
"Emb... perlukah aku mengingatkannya? akh... aku tahu! pasti aku kurang memuaskanmu ya? sampai-sampai kau melupakan apa yang terjadi antara kita kemarin," lelaki itu tampak menundukkan wajahnya sembari menampakkan ekspresi sedihnya di sana bahkan beberapa kali ia menggelengkan kepalanya aku bisa melihat ekspresi yang ia perlihatkan padaku.
"Hemz..." aku masih menghela nafasku aku selalu tidak percaya dengan apa yang aku lihat dan aku alami. Bahkan tatapan mataku masih mengedarkan pandangan melihat area sekitar ruang kamar tersebut yang ternyata memang tidak familiar. Aku dikejutkan oleh suara serak lelaki itu lagi yang begitu berat dan datar.
"Sial!" ternyata dari tadi lelaki itu tengah mengamatiku dan dia tahu jika saat itu aku sedang mengedarkan pandangan mataku untuk melihat area sekitar.
"Kau tidak tahu hotel ini?"
Aku hanya menggelengkan kepala ketika dia bertanya padaku karena memang aku tidak tahu hotel tersebut.
"Kau yang memilih hotel ini semalam, kau melupakannya?" ucap lelaki itu dengan tangan yang mulai memainkan jemarinya sendiri.
Aku tidak menjawabnya tapi aku sedang berperang dengan pikiranku sendiri, aku mencoba mengingat kembali apa yang terjadi padaku semalam dan kedua mataku langsung membelalak begitu saja ketika aku menyadari bahwa aku semalam harusnya telah bekerja paruh waktu di salah satu tempat hiburan malam dan aku bertemu dengan teman kuliah ku yang tengah mengadakan pesta di sana kemudian ia memberiku segepok uang melemparkannya ke arahku lalu aku menangkapnya. Tapi syaratnya aku harus meminum minuman yang ada di gelasnya, lalu aku mengiyakan syarat itu karena memang aku membutuhkan banyak uang. Tapi aku tidak tahu kenapa aku berakhir di kamar hotel ini bersama seorang lelaki. Aku tidak tahu.
"Akh!" aku tersentak karena mendengar rintihanku sendiri dimana aku merasa jika area inti kewanitaanku benar-benar begitu perih bahkan aku tidak tahu kenapa aku bisa memekik.
"Hemz..." aku melihat lelaki yang masih duduk di sampingku itu mendengus beberapa kali.
"Istirahatlah. Kau pasti masih kelelahan, semalam staminamu begitu kuat aku harusnya tahu jika itu adalah pengaruh minuman yang kamu teguk sebelumnya tapi ya sudahlah semua sudah terlanjur. Aku merasa puas karena kau begitu jujur mengatakannya,"
Aku masih berusaha untuk mencerna kata-kata yang lelaki itu ucapkan seolah aku telah berpikir Apa maksud dari perkataan yang lelaki itu katakan barusan. Namun belum sempat aku bertanya lelaki itu sudah beranjak dari tempatnya kemudian berjalan menuju ke arah kamar mandi.
Aku mulai membenahi selimut yang menutupi tubuhku aku menariknya hingga menutupi sebatas ketiakku. "Akh!" barulah aku menyadari jika saat itu aku tidak mengenakan pakaian.
"Apakah kami semalam berhubungan seks?" aku masih bertanya dalam hati tapi pertanyaan itu langsung bisa aku jawab sendiri karena memang kenyataannya perut bagian bawah milikku rasanya benar-benar terasa mengganjal tidak karuan dan tidak nyaman serta area kewanitaanku yang terasa perih serta panas saat itu sudah menjadi bukti bahwa aku semalam telah melakukan hubungan panas di atas ranjang bersama dengan lelaki itu.
Aku langsung mengedarkan pandangan mataku mencari pakaian yang semalam aku kenakan dan setelah aku menemukannya aku lalu menyibakkan selimut yang menutupi tubuhku. kedua mataku langsung membelah lalap begitu saja ketika aku melihat bercak kemerahan yang seolah seperti tetesan di atas sprei putih yang aku tempati. Mulutku menganga karena aku tahu itu tandanya aku sudah tidak suci lagi.
Lalu aku mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka tanda lelaki yang tadi ada di sana keluar dari dalam kamar mandi. Buru-buru aku menutupi tubuhku lagi dengan selimut tersebut seolah aku juga berusaha untuk menutupi bercak ceceran darah yang ada di bawah tubuhku tersebut.
"Kau tidak perlu menutupinya aku sudah tahu," ucap lelaki itu yang langsung melemaskan tubuhku begitu saja saat aku mendengarnya dimana aku berusaha bersusah payah menutupinya tetapi ternyata lelaki itu sudah melihatnya.
"Aku sudah melihat setiap inci kulit tubuhmu lalu apalagi yang kamu harus tutupi dariku," ucap lelaki itu lagi yang membuatku langsung merasa begitu lega di mana aku mengira jika lelaki itu tidak mengetahui jika saat itu adalah kali pertamanya aku melakukan hubungan seks dengan seorang lelaki. Aku terlalu malu ketika diusia ku yang harusnya sudah beberapa kali putus dengan beberapa orang lelaki itu nyatanya belum pernah sekalipun berkencan.
"Kau masih perawan." ucapnya lagi.