"Papa sudah menjodohkanmu dengan Arion, putra dari sahabat Papa!"
Jedar, bak tersambar petir disiang bolong saat mendengar ucapan dari sang Papa. Seketika tubuh Zeva langsung menegang dengan mulut terbuka.
"tidak, ini tidak boleh terjadi!"
Niat hati ingin meminta restu untuk hubungannya dengan sang kekasih, malah berakhir dengan perjodohan yang dilakukan oleh kedua orangtuanya.
Bak buah simalakama, itulah ungkapan yang tepat untuk apa yang Zeva rasakan saat ini. Dia tidak bisa berpisah dengan laki-laki yang sangat dia cintai, tapi tidak juga bisa melawan kehendak kedua orangtuanya.
Apakah yang akan terjadi pada Zeva selanjutnya?
Bisakah dia membina rumah tangga sesuai dengan keinginan kedua orangtuanya?
Yuk, ikuti kisah mereka yang penuh dengan kegaduhan dan kejutan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 6. Pemandangan Indah.
Keesokan paginya, Arion bangun lebih dulu saat matanya terkena sinar matahari. Dia mulai merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku, dengan disusul kedua mata yang mulai terbuka.
Dia lalu beranjak bangun dan memiringkan tubuhnya ke kanan dan kiri, sungguh tulang-tulangnya terasa remuk karna tidur di atas sofa.
Arion melirik ke arah ranjang yang menampakkan seorang wanita masih tertidur lelap, sepertinya Zeva benar-benar lelah atau malah pingsan karna tidak juga membuka mata.
Tanpa menunggu lama lagi, Arion segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Ini pertama kalinya dia bangun jam 9, biasanya dia akan bangun jam 6 atau 7 pagi.
Tidak berselang lama, dia keluar dari kamar mandi dengan wajah segar. Rambutnya yang masih basah sedang diusap-usap dengan handuk, membuat air yang masih menetes membasahi wajahnya.
Zeva yang merasa silau dengan sinar matahari mulai mengerjapkan kedua matanya, dan hal pertama yang dia lihat adalah perut kotak-kotak yang terbentuk sempurna milik Arion.
Glek. Zeva menelan salivenya dengan kasar, matanya semakin membulat saat melihat tubuh indah yang ada di depan matanya.
"Tuhan, pemandangan yang Kau suguhkan sungguh indah! Aku ingin setiap hari melihatnya, setiap aku membuka mata!"
Arion yang mendengar ocehan Zeva beralih melihat gadis itu, tanpa sadar dia mendekati Zeva yang tercengang melihat perutnya.
"apa kau menyukainya?"
"Ya!" Tangan Zeva terulur hendak menyentuh tubuh sempurna itu.
Arion terdiam, kini dia tau kalau istrinya menyukai perutnya. Akan tetapi, dia merasa bingung. Kenapa Zeva suka dengan perutnya? Ada apa dengan perut?
Tubuhnya tersentak saat tangan Zeva benar-benar mendarat tepat diperutnya, wanita itu bahkan meremmas-remmasnya membuat dia menahan napas.
Zeva yang berpikir kalau semua ini mimpi langsung diam, otak kecilnya sedang berpikir keras saat ini. "Tunggu, kenapa ini terasa nyata sekali? Keras, tapi lembut, dan sangat berotot!" Dia terus meraba-rabanya sampai sesuatu yang ada di bawah sana terbangun.
Arion yang sudah merasa tegangan tinggi langsung memegang tangan Zeva membuat wanita itu mendongakkan kepalanya, 1 detik, 2 detik dan di detik kelima ...
"Aaaah!"
Zeva berteriak dengan sangat kencang sambil melompat turun dari ranjang, teriakannya itu membuat tubuh Arion mundur beberapa langkah ke belakang.
"A-apa, apa yang mau kau lakukan?"
Zeva tampak histeris, tetapi sepertinya dia tidak sadar kalau saat ini gaunnya hampir merosot dari tubuhnya.
"pakai bajumu!"
"Hah?" Zeva tidak paham dengan apa yang Arion ucapkan.
"Bajumu terbuka!"
Sontak Zeva langsung melihat ke arah tubuhnya, dan betapa terkejutnya dia saat gaun yang dia pakai sudah compang-camping memperlihatkan lekuk tubuhnya.
Mata Zeva memerah, dia langsung menaikkan gaunnya dan kembali menarik resleting yang ada dipunggung.
Tiba-tiba hening tercipta di tempat itu, tidak ada di antara mereka berdua yang bersuara karna sama-sama sedang berpikir.
"Jadi, yang aku pegang-pegang tadi itu perutnya?" Zeva yang tidak sengaja melihat tubuh Arion baru sadar dengan apa yang dia pegang-pegang tadi.
Sementara itu, Arion juga sedang menahan hasrat dan juga kebingungannya. Apalagi saat mendengar teriakan Zeva, ingin sekali dia menyumpal mulut wanita itu.
"Ki-kita, kita tidak melakukan apapun kan, tadi malam?"
Zeva bertanya dengan takut-takut, dia mengalihkan pandangannya ke arah samping karna tidak tahan melihat keindahan tubuh laki-laki itu.
Arion menggelangkan kepalanya. "Tidak, apa kau mau melakukannya sekarang?"
"Apa?" Sontak Zeva langsung mengangkat kepalanya dan menatap Arion dengan tajam. "Kau, kau sudah gila?" Ingin sekali dia memukul mulut Arion yang asal bicara itu.
"Gila? Kau bilang aku gila?"
Rahang Arion mengeras, untuk pertama kalinya dalam hidup ada seseorang yang berani mengatakan dia gila.
Glek. Zeva menelan salivenya dengan kasar, mendadak dia jadi takut karna saat ini Arion tampak sangat menyeramkan.
"Po-pokoknya jangan berkata seperti itu lagi, dan aku tidak ingin melakukan itu denganmu!"
Zeva langsung berlari ke kamar mandi dan menutup pintunya dengan kasar, dia lalu bersandar dibalik pintu dengan jantung berdebar keras.
"Gila, dia menyeramkan sekali!" Zeva merasa merinding.
Setelah kepergian Zeva, Arion mematung di tempatnya berdiri. Kata-kata wanita itu terus terngiang-ngiang dalam pikirannya, membuat dia merasa sesak.
Tring!
Suara dering ponsel menghentikan lamunan Arion, dia segera mengangkat panggilan dari sekretarisnya.
"maaf mengganggu anda, Tuan!"
"Ya, katakan!" Arion meletakkan ponselnya di atas meja, dia lalu membuka lemari dan mengambil 1 set pakaian untuk dipakai.
"ada beberapa berkas yang harus anda tanda tangani, Tuan! Bisakah saya menemui anda?"
"Tidak perlu, aku akan datang ke kantor!" Arion sudah selesai bersiap, dia lalu menyambar kunci mobil yang ada di atas meja.
"Tuan, bukannya anda masih menikmati masa-masa pengantin baru?"
Arion terdiam, sekilas dia melirik ke arah kamar mandi lalu menghela napas kasar. "Tutup mulutmu, aku akan sampai setengah jam lagi!" Dia langsung mematikan panggilan telpon itu dan beranjak keluar dari sana.
Zeva yang baru saja selesai mandi mengeluarkan kepalanya dari kamar mandi, dia lupa membawa pakaian ganti, itu sebabnya dia memeriksa apakah Arion ada di sana atau tidak.
"Huh, aman!"
Zeva segera keluar dari sana dan memakai pakaiannya, setelah itu dia keluar dari kamar karna perutnya sudah keroncongan.
"Sayang, kenapa kau sendiran?"
Zeva terpaksa menghentikan kakinya saat melihat sang Mama. "Terus aku harus bersama siapa, Ma?"
"Tentu saja suamimu, di mana dia?"
Zeva berdecak kesal mendengar pertanyaan Mama Zara. "Aku tidak tau!" Dia lalu kembali melangkahkan kakinya untuk mengambil makanan.
Mama Zara menghela napas kasar, dia lalu mengikuti Zeva yang sedang duduk sambil menikmati sarapan.
"mama tau kalau kau belum bisa menerima pernikahan ini, tapi setidaknya perlakukan suamimu dengan baik!"
"Cukup, Ma! Aku sudah mengikuti keinginan kalian untuk menikah, jadi jangan paksa aku untuk memperlakukan dia seperti seorang istri!"
Deg, Mama Audy yang baru sampai di tempat itu merasa kaget dengan apa yang menantunya katakan. "Kau terpaksa menikah dengan putraku, Zeva?"
•
•
•
Tbc.
Sayang belum banyak peminat (diliht dr jumlah likers nya lo yaaa..)
Walau tokoh perempuannya di awal bikin Mak gereget, jengkel, dan kesel dg tingkahnya
Terimakasih atas karyamu yg menghibur ya Thor
Semoga makin bamyak yg minat utk baca karya2mu thor
Dan sukses selalu ya
Disatu sisi kasian, di sisi lain kamu bebal Ze..