Sekar ayu terpaksa harus jadi pengantin menggantikan kakaknya Rara Sita yang tak bertanggung jawab.Memilih kabur karena takut hidup miskin karena menikahi lelaki bernama Bara Hadi yang hanya buruh pabrik garmen biasa.
Namun semua kenyataan merubah segalanya setelah pernikahan terjadi?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shania Nurhasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB SEMBILAN
Brankar tempat tidur bapak didorong petugas rumah sakit diikuti ibu, Sekar juga Bara menuju ruang rawat kelas 2 karena BPJS berbayar bapak hanya bisa tingkat itu, satu kamar berbagi dengan tiga pasien. Bara heran dengan apa yang dilihat sekarang mertuanya ditempatkan disana.
"Loh Sekar, kenapa bapak ditempatkan disini? gak di kamar VIP aja biar gak nyatu sama pasien lain, takut terkena virus dari yang sakit kan kalau disatuin"
"Aku udah gak punya uang lagi mas, tabunganku juga menipis untuk nutupi biaya operasi bapak. Karena cuman bisa setengah yang bisa dibayar BPJS" ungkapan Sekar membuat hati bara serasa disentil, karena dia selalu menyusahkan opa yang telah merawatnya sejak kecil. Setelah kematian orang tua nya, bukannya berbakti dia malah selalu membuat masalah dan yang sekarang sangat fatal sehingga membuat Bara diasingkan ketempat ini dijadikan pekerja di pabrik opa nya sendiri.
Memikirkan hal itu membuat ia teringat dengan opa nya sudah lama sekali tak menghubungi dirinya. Apa aku minta tolong untuk memindahkan bapak mertua ke ruang rawat VIP. Dia tak mungkin menempatkan mertuanya di ruangan yang banyak pasien apalagi habis operasi, pikirnya.
"Mas kok malah ngelamun" ucapnya sambil menggoyangkan bahu Bara.
"Hah, kamu ngomong apa Sekar?" tanyanya setelah kesadarannya kembali dari melamun.
"Aku tanya mau makan gak mas, soalnya aku mau ke kantin rumah sakit."
"Oh ayo kalau gitu, terus bapak gimana kan ibu mau pulang katanya."
"Iya juga ya, nanti aku tanya ibu sekarang orangnya dikamar mandi."
Tak lama ibu keluar dari kamar mandi lalu segera ia duduk dikursi dekat bapak dan Sekar juga bara berdiri disisi ranjang karena tak ada kursi lain lagi.
"Bu, kami mau ke kantin dulu."
"Oh, ya sudah berangkat sana."
"Ibu mau nitip sesuatu?"
"Terserah kamu saja."
"Nanti aku beli makan kan ibu belum makan."
"Iya."
"Kalau gitu kami pergi dulu."
Saat tiba di kantin, langsung saja Sekar memesan makanan untuk mereka berdua dan Bara yang duduk dikursi menunggu makanan. Teringat ia ingin menelpon opa langsung dia menekan nomernya, lama menunggu akhirnya nomer terangkat.
"Halo opa?"
"Apa anak nakal, baru ingat sekarang punya opa."
"Bukan gak inget, lupa aja opa. Sampai kapan aku dihukum gini."
"Sampai nanti kamu kapok." ucap opa disebrang sana, sedang duduk diruang kerjanya.
"Aku sudah kapok opa, pingin pulang."
"Jangan bikin opa jantungan dengar berita mu."
"Memangnya opa denger apa tentang aku?" pancingnya siapa tau ada yang melapor kepada opa situasi dialami dia.
"Gak ada."
"Oh, opa aku mau minta uang."
"Buat apa? kan kamu masih masa hukuman."
"Ada orang yang sudah nolongin aku hidup disini, sedang kesusahan jadi ingin bantu opa," ucap bara yang tak sepenuhnya berbohong, berusaha menutupi pernikahannya karena belum ingin memberitahukannya.
Lalu opa yang mendengar cerita cucunya mengambil poto yang berada diatas meja. "Jangan bilang mau kamu buat poya poya."
"Ya ampun, opa masa gak percaya cucu sendiri." ucapnya dengan raut kesal.
"Kamu dipercaya malah berkhianat bukannya belajar bisnis, malah kamu bolak balik ke klub malam," ucapnya menyindir cucunya.
Bara sungguh heran darimana Opa tahu dengan kelakuannya. Namun saat ingat siapa Opa nya dia jadi tak penasaran.
"Mas?!"
Bara yang sedang menelpon langsung terlonjak kaget, istrinya itu tiba tiba muncul dibalik tubuhnya karena ia duduk menghadap jendela.
"Siapa itu? kayak suara perempuan?" tanya opa penasaran.
"Bukan siapa siapa opa, kalau gitu nanti kita bicara lagi sekarang aku tutup dulu telponnya," lalu tak lama ponsel langsung ia matikan.
"Willy semoga anakmu bisa berubah jadi lebih baik lagi sekarang," ucap Opa sambil meneteskan air matanya.
Ketika bara mengatakan "bukan siapa siapa", entah kenapa terasa mak jleb dihatinya. Apa Bara malu mengakui ia istrinya jadi berniat menyembunyikan dari semua orang seperti di novel novel online yang selalu dibacanya. Hah dasar korban fiksi ini dunia nyata Sekar bukan dunia tulisan, ucap Sekar dalam hati.
"Kenapa malah melamun," tanya Bara saat Sekar malah memandang kosong dirinya bukan karena terpesonakan.
"Hah! oh biar mirip mas kan tadi melamun juga," ucapnya berbohong dengan senyum paksa.
"Emang kembaran harus sama?"
"Berarti mas mau punya anak kembar, tenang nanti request nya di kabulin."
"Memang kamu mau saya buat hamil?"
Uhukk
Sekar yang sedang menyeruput minumannya langsung tersedak, mendengar perkataan yang membuat ia ikut membayangkan Bara yang gagah pakai baju bakalan seperti apa jiga tidak memakainya. Astaghfirullah Sekar sadar kamu itu udah jadi istri apalagi masih perawan ting ting gak boleh membayangkan tapi halal melakukan karena kan dah nikah hehe.
Lalu segera bara langsung menyodorkan minumannya ke depan mulut Sekar, yang langsung diseruput olehnya hingga habis setengah, setelah sadar langsung Sekar melotot kepada Bara.
"Mas!" jeritnya membuat orang orang yang berada dikantin langsung menoleh kepadanya segera ia meminta maaf sudah membuat kegaduhan.
"Kamu kenapa malah teriak," ucapnya dengan berbisik.
"Mas Bara kenapa kasih minumannya sama aku? jadi aku minumkan."
"Ya gak papa kan suami istri." Tak tahu saja Bara ucapannya itu mampu membuat hati kecil Sekar bermekaran kayak jatuh cinta apalagi pipinya memerah tiba tiba.
"Mas Bara mah gitu ngomongnya enteng banget," ucapnya dengan bibir mengerucut.
"Kan memang gampang cuman ngomong doang,"
Tak lama, ponsel di tas Sekar berbunyi tertera nama (ibu) disana segera ia angkat.
"Halo, Bu?"
"Kamu kemana? kok lama ke kantin padahal gak harus naek angkot kan."
"Lupa, Bu. Gara-gara asik makan."
"Cepetan kesini, ibu mau pulang udah mau malam ambil pakaian ganti."
"Sekarang aku kesana Bu"
"Kalau gitu, ibu tutup dulu telponnya," ucap ibu langsung menutup telponnya dan Sekar langsung menyimpan kembali ponsel didalam tas.
"Siapa?"
"Ibu, katanya suruh kesana mau pulang ambil baju."
"Ayo kalau gitu, kamu sudah makannya?"
"Sudah mas," lalu Sekar segera membereskan barang barangnya, setelah itu mereka segera beranjak pergi.
Ketika membuka pintu, terlihat banyak orang dari pasien lain yang datang menjenguk. Membuat suasana ruangan penuh riuh apalagi dengan suara keras tamu yang sedang bercerita membuat bara yang mendengar risih seketika.
"Astaga! kayak di pasar aja, gak tau apa ini rumah sakit butuh ketenangan pasien. Kok jadi pengen nonjok orang gara gara tamu gak berada," gumamnya dalam hati
"Mas Bara kenapa mukanya kaya kesel gitu?" tanya Sekar melihat Bara mukanya masam.
"Memang kalau ditempat yang disatuin pasien? tamunya suka berisik gini."
"Ya gimana, namanya juga bukan VIP jadi kalau terganggu gak bisa protes. Soalnya bukan ruangan sendiri lagi pula sudah biasa kali mas."
"Tapi saya gak biasa, apa gak bisa dipindahin aja ruangannya? berisik soalnya."
"Gak bisa mas uangnya darimana?"
"Nanti saya bilang sama kakek."
"Ih, jangan mas. Nanti ngerepotin nanti disangka perempuan matre lagi."
"Kamu istri aku kalau kamu lupa."
paksa hancurkan pernikahan anaknya..