NovelToon NovelToon
HIDDEN LOVE FOR MY MAID

HIDDEN LOVE FOR MY MAID

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: marriove

Cassandra Magnolia Payton, seorang putri dari kerajaan Payton. Kerajaan di bagian utara atau di negeri Willems yang dikenal dengan kesuburan tanahnya dan kehebatan penyihirnya.

Cassandra, gadis berumur 16 tahun berparas cantik dengan rambut pirangnya yang diturunkan oleh sang ayahanda dan mata sapphiernya yang sejernih lautan. Gadis polos nan keras kepala dengan sejuta misteri.

Dimana kala itu, Cassandra hendak dijodohkan dengan putra mahkota dari kerajaan bagian Timur dan ditolak mentah-mentah olehnya karena ia ingin menikah dengan orang yang dicintainya dan memilih kabur dari penjagaan ketat kerajaan nya dengan menyamar menggunakan penampilan yang berbeda, lalu pergi ke kekerajaan seberang, untuk mencari pekerjaan dan bertemulah dengan Duke tampan yang dingin dan kejam.

Bagaimana perjalanan yang akan Cassandra lalui? Apakah ia akan terjebak selamanya dengan Duke tampan itu atau akan kembali ke kerajaan nya sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon marriove, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB XII. Alaric vs Sihir Hitam

Siang itu, langit cerah membentang di atas lapangan luas di depan kastil. Para bangsawan telah berkumpul, memamerkan busana mewah mereka yang serba gemerlap. Kuda-kuda berbaris rapi, dengan pelatih yang sibuk memastikan semuanya siap untuk pesta berburu. Di tengah keramaian, Alaric, Duke yang dikenal dengan kekejamannya, berdiri di depan kudanya. Sosoknya yang tegap dan berwibawa segera menarik perhatian para wanita bangsawan yang tak henti-hentinya berteriak histeris, walau mereka tahu bahwa mendekati Duke akan sulit.

Cassa berdiri agak jauh, memegang keranjang kecil yang ditugaskan padanya. Ia menatap ke arah Alaric dengan sedikit kesal, meski tak bisa mengabaikan kehebohan para wanita di sekelilingnya. Dalam hati, ia berbicara dengan dirinya sendiri, “Ternyata Duke menyebalkan itu memiliki banyak penggemar. Ya, meskipun dia memang... tampan,” Wajahnya memerah seketika, dan ia segera menggelengkan kepala, berusaha menghapus pikiran anehnya.

Tepat saat suasana mulai mereda dan pesta berburu hampir dimulai, Alaric, dengan langkah tenang dan penuh percaya diri, meninggalkan kudanya dan berjalan ke arah Cassa. Para bangsawan wanita sontak membungkam, tatapan mereka penuh harap, kemudian menjadi terkejut ketika melihat siapa yang menjadi tujuan sang Duke.

Alaric berhenti tepat di depan Cassa, menundukkan sedikit kepalanya untuk berbicara dengan suara pelan namun jelas, hanya cukup untuk didengar oleh mereka, “Ada pameran di tengah kota, biasanya pengumuman pemenang pesta berburu akan diberitahukan di pameran tersebut. Kau harus pergi ke sana bersamaku nanti!, ” katanya, dengan nada santai yang seakan-akan hal itu bukan sesuatu yang besar.

Cassa, terkejut sekaligus bingung, memandang Alaric sejenak. Wajahnya mencoba tetap tenang meskipun pikirannya bergejolak. “Baik, Duke. Kalau itu yang Anda inginkan, ” jawabnya singkat, sambil memutar mata untuk menutupi rasa gugupnya karena terlalu dekat.

Alaric tersenyum kecil, sangat kecil. Lalu kembali berjalan menuju kudanya tanpa menoleh lagi. Gerakannya yang penuh gaya dan percaya diri memancing lebih banyak desahan dari para wanita yang melihatnya, tetapi kali ini, bisik-bisik kecemburuan mulai terdengar.

“Mengapa Duke Alari berbicara dengan pelayan begitu?”

“Dia bahkan tidak memandang kita!”

Cassa, yang mendengar bisikan-bisikan itu, hanya menarik napas panjang dan menunduk, mencoba tidak memperlihatkan kekesalannya.

Alaric menarik napas dalam-dalam, matanya memandang ke depan, menyusuri barisan kuda yang siap untuk berburu. Setelah sekian lama terjebak dalam keramaian bangsawan yang terus memandangnya dengan tatapan penuh puja, kini saatnya ia melakukan apa yang sebenarnya ia tunggu² sekian lamanya.

Seorang pria berdiri di depan, memegang pedang panjang yang kini diangkat tinggi. “Satu, dua, tiga—acara berburu dimulai!” teriaknya, suaranya menggema di udara.

Alaric segera memegang kendali kudanya, memacu hewan itu ke arah hutan belakang istana, melintasi rerumputan yang basah. Pesta berburu selalu dipenuhi kegembiraan dan ketegangan, dan kali ini ia sudah siap menghadapi tantangan yang ada. Meskipun acara ini lebih untuk kesenangan sosial, bagi Alaric, berburu itu kegiatan untuk meningkatkan kekuatan, dan ia tak akan membiarkan dirinya tertinggal atau gagal sekalipun.

Kuda itu berlari kencang, dan Alaric merasakan adrenalin mengalir. Saat mereka memasuki hutan lebat, ia mulai mendengar suara gemerisik di semak-semak. Ada sesuatu yang bergerak cepat di dalamnya. Itu adalah rusa besar, namun Alaric tahu, ini bukan sekadar berburu biasa. Ada lebih dari itu.

Tiba-tiba, dari balik pohon, muncul sebuah monster berbulu hitam, besar, dengan mata menyala merah yang tajam menatap Alaric. Monster ini adalah predator langka yang hanya muncul saat berburu semacam ini—sangat berbahaya. Dengan sigap, Alaric menyiapkan busur yang selalu dibawanya saat berburu, menggantungkan anak panah dengan lembut, dan menarik tali busur.

Dalam sekejap, anak panah meluncur dari busurnya, dengan kecepatan yang memukau, tepat menuju mata monster tersebut. Namun, monster itu cepat, lebih cepat dari yang ia kira. Dengan gerakan gesit, monster itu melompat ke samping, menghindari anak panah, dan mendekat dengan kecepatan luar biasa.

Alaric menarik pedangnya, siap bertarung. Kuda yang ia tunggangi melompat mundur, memberi ruang untuk gerakannya. Monster itu melompat tinggi, mengayunkan cakar tajamnya. Alaric menghindar dengan cekatan, pedangnya menyambar udara, hampir menyentuh tubuh monster itu. "Tunggu, " pikir Alaric, “Aku tidak akan memberi ampun kali ini.”

Sambil mengatur napas, Alaric menunggu waktu yang tepat. Dengan sebuah lompatan terarah, monster itu mendekat, namun kali ini, Alaric sudah siap. Ia bergerak cepat, menebas pedangnya ke tubuh monster, dan sebuah teriakan keras terdengar saat pedang itu berhasil menembus kulit monster yang tebal. Monster itu jatuh, terguling ke tanah, dan Alaric dengan sigap mengakhirinya dengan satu tebasan terakhir.

Hutan seketika menjadi tenang, hanya suara napas kuda dan angin yang terdengar. Alaric berdiri, menyeka keringat dari dahinya, dan memandang monster yang sudah tak bernyawa. " Pesta berburu memang selalu penuh kejutan," gumamnya pelan, nadanya begitu datar menatap monster yang sudah mati karenanya. Meski sukses, ia tahu, ini baru permulaan. Banyak lagi yang menantinya di dalam hutan ini—monster lain, bahaya yang lebih besar. Namun, Alaric siap menghadapi semuanya untuk menjadi pemenang.

Alaric kembali melangkah, kendali kudanya terasa stabil di tangannya. Pesta berburu ini memang sudah dimulai sejak tadi, namun ada sesuatu yang lebih besar di dalam hutan ini. Bukan hanya hewan buruan biasa, tetapi musuh yang lebih berbahaya. Ini bukan hanya soal berburu untuk kesenangan, tapi soal bertahan hidup. Mata Alaric tetap tajam, mengamati setiap gerakan di hutan lebat.

Namun, suasana damai itu segera terganggu. Dari arah belakang, terdengar suara langkah kaki yang berat dan kasar. Alaric menoleh, dan di sana berdiri seseorang yang sudah lama tak ingin ia temui—Edgar, seorang bangsawan yang merupakan rival akademinya dengannya sejak dulu. Edgar adalah tipe orang yang selalu mengandalkan tipu daya dan licik untuk mendapatkan keinginannya, dan Alaric sudah cukup muak dengan cara-cara kotor yang selalu dipakainya.

"Ah, Alaric. Maaf maaf, Duke, " suara Edgar terdengar, penuh dengan sindiran. " Tentu saja, Duke terkenal dengan kegagahanmu, tapi aku rasa kali ini ada yang sedikit lebih besar daripada sekedar berburu rusa, bukan?" Edgar tersenyum dengan penuh arti, matanya menyiratkan sesuatu yang lebih gelap.

Alaric menatapnya dengan tatapan tajam, " Apa yang kau inginkan, Edgar?, " suaranya rendah, seolah menahan amarah yang sudah sangat jelas terasa di dadanya.

Edgar melangkah lebih dekat, matanya penuh perhitungan, " Oh, hanya ingin membantu, " katanya dengan nada tidak tulus. " Kau tahu, terkadang dalam berburu, kita perlu lebih dari sekadar keterampilan. Ada kekuatan yang lebih besar di sini, lebih dari sekadar monster biasa, " Edgar melemparkan pandangan kepada Alaric, seolah menginginkan reaksi. "Apa kau tidak tertarik untuk sedikit lebih... cerdik dalam berburu kali ini? Mungkin bisa membantu jika kau ingin menghindari 'kejutan' yang ada di depan."

Alaric mendengus, menatap Edgar dengan curiga. Tentu saja, Edgar berusaha menawarkan solusi yang hanya akan menjerumuskan dirinya. " Kau mencoba mengajak aku untuk ikut permainan kotormu, Edgar?, " jawab Alaric dengan suara yang lebih berat, menahan ketegangan di antara mereka. " Aku tidak tertarik dengan cara-cara licikmu. Kau tahu bukan, aku adalah Duke dengan gelar Raja Perang?" Alaric tersenyum licik, mengatasi kelicikan perlu dibalas dengan kelicikan.

Namun Edgar tak menyerah. Dengan senyum tipis, ia melangkah lebih dekat, menurunkan suaranya menjadi lebih bisik. " Ada makhluk lain di hutan ini yang lebih berbahaya dari yang kau kira. Makhluk yang akan memaksa kita bertindak dengan cara yang tak biasa. Aku bisa memberitahumu cara mengalahkan mereka... jika kau mau bekerja sama."

Alaric menatap Edgar lama, otaknya berpikir keras. Ia tahu persis siapa yang dimaksud Edgar—sebuah makhluk legendaris yang lebih kuat dari apapun yang pernah ia hadapi, yang hanya muncul di tengah hutan ini. Monster itu lebih dari sekadar ancaman.

Tapi Alaric tidak bisa begitu saja jatuh ke dalam perangkap Edgar, "Aku tidak membutuhkan bantuan dari orang sepertimu," jawabnya dengan tenang, tapi ciri khas Alaric - seringainya tidak akan tertinggal, "Aku akan menghadapinya dengan cara ku sendiri."

Edgar menyeringai, tidak terkejut dengan penolakan itu, justru semakin memperlihatkan niat liciknya. "Oh, aku rasa kau akan menyesal nanti, Duke. Tapi tidak apa-apa. Kita lihat siapa yang bertahan lebih lama."

Alaric memutar kudanya, siap melanjutkan berburu, tapi ketegangan di udara tetap terasa.

...****************...

Alaric melanjutkan perjalanan melalui hutan. Hutan ini bukan tempat biasa—di sini ada makhluk legendaris yang telah lama menjadi cerita menakutkan di kalangan para pemburu. Dan Alaric tak pernah merasa takut akan monster-monster seperti itu. Sejak kecil, ia sudah terlatih untuk menghadapi segala hal yang mengancam.

Namun, tak lama setelah ia melewati semak-semak lebat, sesuatu yang aneh terjadi. Angin yang tadinya sejuk mendadak berubah menjadi berat, membawa aroma amis yang tak wajar. Kuda yang ditungganginya menahan langkahnya, matanya menyiratkan ketakutan. Alaric berhenti dan menatap ke depan. Sesuatu sedang mendekat, sesuatu yang jauh lebih besar dan lebih gelap dari yang ia bayangkan.

Para laki-laki bangsawan lainnya sudah tidak bisa berkonsentrasi lagi, aura menyeramkan ini telah menyelimuti semua area hutan. Mereka waspada, tanda tanda bahwa akan ada monster yang tidak biasa.

Tiba-tiba, suara gemuruh terdengar, dan dari balik pepohonan yang rimbun, muncul sosok raksasa. Matanya bersinar merah, tubuhnya dipenuhi sisik hitam yang tampak seperti pelindung alami. Gigi-gigi tajamnya menjulang tinggi, dan cakar besar yang menonjol dari tangannya siap untuk mengoyak apapun di depannya. Monster itu bukan hanya sekadar legenda. Ia begitu nyata, dan ia semakin mendekat dengan setiap langkah besar yang mengguncang tanah.

"Tidak ada yang memberitahuku tentang ini. Pihak Kerajaan apakah sudah mengetahui tentang ini?, " gumam Alaric, matanya tajam memandang musuh yang datang. Namun, meskipun rasa terkejut sempat menguasainya, ia segera mengendalikan diri. Ini bukan pertama kalinya ia berhadapan dengan makhluk seperti ini, dan ia tahu betul cara untuk mengalahkannya.

Alaric menarik pedangnya, siap untuk bertarung. Kuda yang ia tunggangi bergerak mundur perlahan, memberi ruang untuk gerakan yang lebih leluasa. Monster itu menggeram, melompat ke arah Alaric dengan kecepatan yang tidak bisa dianggap enteng.

Namun, ketika Alaric mengangkat pedangnya untuk menyerang, sebuah cahaya hitam menyilaukan tiba-tiba muncul di depan monster tersebut. Alaric terhenti sejenak, bingung. Sebuah lingkaran sihir hitam terbentuk di udara, dan dari dalamnya muncul bayangan seorang penyihir. Penyihir itu tertawa pelan, suaranya serak dan penuh dengan kekuatan gelap.

"Jangan terburu-buru, Duke Alaric, " kata penyihir itu dengan suara yang tajam, seolah sudah mengetahui setiap gerakan Alaric. "Monster ini bukan sekadar makhluk biasa. Aku lah yang mengendalikannya."

Alaric menatap penyihir itu dengan penuh curiga. Ia tahu, ada sesuatu yang tidak beres. Monster ini tidak mungkin muncul begitu saja tanpa alasan. "Kau bekerja sama dengan Edgar?, " tanya Alaric, suaranya penuh dengan kebencian.

Penyihir itu tersenyum gelap, menatap Alaric dengan tatapan yang penuh kemenangan. "Hm, kau bisa menebak sesukamu, tapi jangan harap aku memberi tahu semuanya, " jawabnya dengan ketenangan yang mengerikan.

"Aku di sini untuk memastikan kau tersingkir dari permainan ini. Edgar mungkin ingin melihat kau kalah dalam perburuan ini, tetapi aku ingin memastikan bahwa kau tak akan kembali lagi, karena kau adalah musuh dari Raja Kegelapan! Dan aku pastikan kau belum bangkit dengan kekuatanmu itu!, " remeh penyihir jelek tersebut. Alaric yang mendengar ejekan penyihir didepannya hanya bisa tertawa renyah.

Dengan sebuah gerakan tangan, penyihir itu memanggil lebih banyak energi gelap, mengubah udara di sekitar mereka menjadi penuh dengan tekanan. Alaric merasakan kekuatan yang mengerikan itu mulai mengelilinginya, mencoba untuk mengikatnya dalam jebakan sihir yang tidak terlihat. Tapi Alaric tidak terkejut. Dengan kecepatan luar biasa, ia melompat ke samping, menghindari serangan sihir yang meluncur ke arahnya.

"Sihir gelap tidak akan menakutiku, camkan itu Penyihir jelek!, " kata Alaric tegas, pedangnya berkilau di bawah sinar matahari yang mulai redup. Pergelangan tangannya mengeluarkan sinar begitu menyilaukan, tidak bisa menguasainya? Haha, hanya bisa tertawa saja.

Alaric segera bergerak cepat, mengejar monster yang sudah disihir oleh penyihir itu. Monster itu, meskipun dikendalikan, masih memiliki kekuatan fisik yang luar biasa. Namun, Alaric sudah menyiapkan rencananya. Dengan satu lompatan besar, ia menebas pedangnya dengan gerakan yang luar biasa tajam, menembus tubuh monster itu. Pedang Alaric berkilau saat memotong daging monster, dan meskipun monster itu mencoba untuk menyerang balik, Alaric sudah berada di posisinya yang sempurna.

Sebelum monster itu bisa melakukan gerakan lebih jauh, Alaric mengayunkan pedangnya sekali lagi, kali ini tepat di bagian jantung makhluk itu. Monster itu mengeluarkan teriakan keras, sebelum akhirnya jatuh tergeletak.

Penyihir itu terkejut, matanya membesar saat melihat monster yang telah dikendalikan itu tumbang begitu cepat. Apalagi saat melihat Alaric juga sudah bisa mengendalikannya. “Tidak mungkin... bagaimana kau bisa...?”

"Bukannya kekuatan itu akan pertama kali berfungsi saat dia sudah dekat dengan pasangannya?! Jangan-jangan.. Aku harus menunggu Raja Kegelapan bangkit dan memberitahukan nya secepat mungkin!, " pikir penyihir itu. Menatap Alaric dengan tatapan tajam, dalam hati dia juga cukup merasa takut. Dia bisa saja langsung dimusnahkan kali ini juga.

“Seperti yang kubilang,” kata Alaric dengan senyum sinis. “Sihir gelapmu tidak akan berhasil menahanku.” Alaric mengangkat pedangnya, darah monster masih menetes di ujungnya.

Penyihir itu mundur, jelas kecewa dengan kegagalannya. "Kau memang tidak mudah dikalahkan, Duke," katanya, sebelum menghilang dalam kilatan cahaya gelap yang membawa dirinya pergi.

Alaric berdiri di atas tubuh monster yang telah mati, matanya memandang ke hutan yang kembali tenang. Satu musuh telah dikalahkan, namun ia tahu bahwa Edgar masih ada di luar sana, siap dengan jebakan lain. Tetapi Alaric tidak takut. Apa pun yang datang, ia akan siap untuk menghadapinya.

"Memang benar itu kamu, Lavie. Pasangan yang jelas jelas ditakdirkan untukku, " teguh Alaric, menerawang Cassa dipikirannya. Tersenyum sendiri saat mengingat gadisnya yang begitu menggemaskan. Eh, gadisnya?

...****************...

Cassa duduk manis di sudut yang agak jauh, jauh dari keramaian para bangsawan. Bangsawan wanita lainnya yang tidak ikut berburu, duduk berkelompok di bawah naungan pohon, berbincang dengan suara riuh. Cassa tahu posisinya sebagai pelayan, jadi ia memilih untuk berada di tempat yang lebih rendah, lebih jauh dari perhatian, meskipun ia tidak bisa mengabaikan firasat buruk yang mulai menghantuinya.

Ada perasaan tak enak yang terus menggantung di hatinya, seolah-olah sesuatu yang tak terlihat sedang mengintai. Dia juga ikutan melihat cahaya hitam di daerah hutan.

"Eh, lihat. Ada cahaya hitam di daerah hutan, " para bangsawan wanita pun berbincang-bincang melihat keadaan itu, dan para prajurit yang ditugaskan untuk menjaga keamanan segera bergegas melihat cahaya hitam tersebut lebih dekat.

Cassa mencoba untuk mengalihkan pikirannya, namun tidak bisa mengusir perasaan cemas yang datang begitu saja. Entah mengapa, hatinya semakin tak tenang. Mungkin ini hanya perasaan biasa, pikirnya. Tapi tetap saja, sepertinya ada sesuatu yang akan terjadi.

Tiba-tiba, sekelompok wanita bangsawan mendekatinya. Salah satu dari mereka melangkah dengan percaya diri, menatap Cassa dari atas ke bawah dengan pandangan yang jelas meremehkan. " Oh, jadi ini pelayan yang selalu mengikutinya. Tadi saja dia begitu dekat dengan Duke Alaric!, " ujarnya dengan nada sarkastik. "Cantik sih, tapi tidak bisa memungkiri dia hanyalah pelayan rendahan, " wanita itu berbisik pelan di telinga temannya, cukup keras agar Cassa bisa mendengarnya.

Mereka semua tertawa mengejek, seperti merasa lebih tinggi hanya karena status mereka sebagai bangsawan. Cassa bisa merasakan panasnya di wajah, amarah yang hampir membuatnya ingin melawan. Tapi ia tahu benar, melawan mereka hanya akan membuatnya lebih dipermalukan. Cassa menundukkan kepala, berusaha tetap tenang meski hatinya hampir meledak.

"Sialan, awas saja kalau kalian tahu kalau aku adalah Tuan Putri yang terhormat, " Cassa berbicara dengan dirinya sendiri.

"Hei, kau jelek!, " panggil salah satu wanita bangsawan ke Cassa.

Cassa ingin sekali membalas perkataan wanita yang kurang ajar didepannya. Namun, tanpa peringatan, langkah kaki kuda terdengar di kejauhan. Alaric muncul kembali lebih cepat dari yang Cassa perkirakan. Ia sudah kembali dari berburu, dan yang mengejutkan, ia menjadi peserta pertama yang kembali—dengan membawa banyak hasil buruan. Ada beruang liar, rusa, kelinci, ada juga beberapa hewan besar yang ia bawa, seperti monster tidak dikenal. Meskipun ada darah tampak menetes di beberapa tempat, memberi kesan bahwa perburuan kali ini tidak mudah. Wajah Alaric terlihat serius, namun tidak ada tanda kelelahan yang tampak jelas.

Alaric melangkahkan kakinya ke arah pelayan pribadinya, matanya menatap para bangsawan wanita itu sejenak dengan tatapan tajam, seolah sudah tahu apa yang terjadi. Dengan langkah pasti, ia mendekati Cassa, tampaknya tidak terpengaruh dengan kerumunan yang ada, "Lavie, mari kita pergi," katanya dengan suara datar, namun dalam matanya ada kilatan melindungi yang jelas.

"Jangan usik pelayan pribadiku, jika mengusiknya satu jengkal pun. Kalian dipastikan tidak akan bisa lagi melihat dunia ini!, " peringat Alaric sebelum meninggalkan kumpulan wanita bangsawan yang tadinya merundung Cassa.

...— Bersambung —...

1
okiikk_art
done ya kakk, makasih
okiikk_art
malu gak sih?
rosemarie: wkwk jelas sih
total 1 replies
okiikk_art
kasihan..
okiikk_art
apa ni udah berantem aja/Sob/
Yandj
Bagus ceritanya, q suka. Cassaric harus berlayar trs, gak sabar kelanjutannya q
rudohere
semangat terus kak🤗🤗
rosemarie: thank youu kaaa/Hey/ uda up nii hehe!
total 1 replies
rudohere
semangat nulisnya kaka😆 aku baca tulisann kaka nggak bisa berhenti nyengir, alaric ama cassa lucu banget 😁😁
rosemarie: hehehe, makasii banyak cantikk/Awkward/ ya kan ya kann, cassaric lucu banget sampe gregetan/Scowl/
total 1 replies
Aleana~✯
hai kak aku mampir,ayok mampir juga di novel ku jika berkenan 😊😊
rosemarie: makasii kak/Rose/ okaii, aku mampir!
total 1 replies
chipsz🌙
hai kak, aku dah mampir 🥰✨ temenan yukkk
chipsz🌙: hayukkk kakk🥰🥰🥰
rosemarie: wiihh, makasi suda mampir kaa/Drool/ bolee bolee, saling follow gituu kan?? nnti ngobrol bareng? /Doge/
total 2 replies
Sety_Sweet
mampir, salken ya ka
Kang cilok: Mampir juga kak ke “KAU DAN AKU, BERSAMA”😄
rosemarie: okaii ka sky, makasii suda mampir. nice to meet you too!! /Smirk//Heart/
total 2 replies
Atik Laros
udah mampir nih Thor... semangat terus ya
rosemarie: wiihh okeii kaa, makasi suda mampir loh ya/Smile//Rose/ happy holiday!
total 1 replies
yanah~
semangat kak 🤗💪
rosemarie: ih makasi banyak kak huhuhu/Sob//Heart//Heart/
total 1 replies
yanah~
ditunggu lanjutannya kak 🤗💪
rosemarie: siapp, ditunggu ya ka/Determined/
total 1 replies
¶•~″♪♪♪″~•¶
aku sudah mampir yaa/Applaud//Applaud/
¶•~″♪♪♪″~•¶: ya sama2 juga kk/Smile/
rosemarie: wii, makasi banya kaka/Hey//Heart/
total 2 replies
💫0m@~ga0eL🔱
mampir berkunjung 🙏
💫0m@~ga0eL🔱: iya, sama-sama ❤️
rosemarie: tengkyuu uda mampir looh, kakk /Hunger//Heart/
total 2 replies
rosemarie
ayo ayo tinggalkan jejak kalian disinii, jangan lupa buat beri dukungan ke aku ya!! /Bye-Bye/ terima kasi banya! /Kiss//Rose/
michiie
aku sudaa mampir yaa/Kiss/
rosemarie: duu duu, okei ka/Slight/ makasi banya loh yaa mwah /Kiss//Kiss/
total 1 replies
Dian
Lanjut thor semangat 💪🏻💕 yuk saling suport mampir jg ke karya aku “two times one love”❤️
rosemarie: wiih siapp ka, siap ka/Angry/ terima kasi banyaa loh yaa! /Hey//Heart/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!