Berkisah tentang Alzena, seorang wanita sederhana yang mendadak harus menggantikan sepupunya, Kaira, dalam sebuah pernikahan dengan CEO tampan dan kaya bernama Ferdinan. Kaira, yang seharusnya dijodohkan dengan Ferdinan, memutuskan untuk melarikan diri di hari pernikahannya karena tidak ingin terikat dalam perjodohan. Di tengah situasi yang mendesak dan untuk menjaga nama baik keluarga, Alzena akhirnya bersedia menggantikan posisi Kaira, meskipun pernikahan ini bukanlah keinginannya.
Ferdinan, yang awalnya merasa kecewa karena calon istrinya berubah, terpaksa menjalani pernikahan dengan Alzena tanpa cinta. Mereka menjalani kehidupan pernikahan yang penuh canggung dan hambar, dengan perjanjian bahwa hubungan mereka hanyalah formalitas. Seiring berjalannya waktu, situasi mulai berubah ketika Ferdinan perlahan mengenal kebaikan hati dan ketulusan Alzena. Meskipun sering terjadi konflik akibat kepribadian mereka yang bertolak belakang, percikan rasa cinta mulai tumbuh di antara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amelia's Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Aku Istrinya
Perjalanan pulang terasa canggung dan tegang. Katrine duduk di kursi depan dengan santai, mengobrol sambil sesekali menyentuh lengan Ferdinan dengan manja. "Kamu kelihatan lelah, sayang. Nanti aku pijitin, ya," ucap Katrine sambil tersenyum genit.
Ferdinan hanya menjawab seadanya, sesekali melirik ke kaca depan, di mana ia bisa melihat wajah Alzena yang diam seribu bahasa di kursi belakang. Tatapan Alzena kosong, seolah berusaha keras untuk tidak memedulikan apa yang terjadi di depannya.
"Aku minta turun di halte saja," suara Alzena terdengar datar, memecah keheningan.
Ferdinan langsung menolak. "Kita antar Katrine dulu, baru pulang ke apartemen. Aku tidak akan membiarkanmu turun di jalan."
Alzena tidak membalas, hanya mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Katrine melirik ke belakang dengan tatapan sinis. "Kamu tidak lelah, Alzena? Kalau mau turun sekarang juga nggak apa-apa, kok. Biar aku dan Ferdinan bisa punya waktu berdua," katanya dengan nada menusuk.
Ferdinan mengerutkan kening mendengar komentar Katrine, tetapi tidak menanggapi. Ketegangan itu berlangsung hingga mereka sampai di apartemen Katrine. Setelah menurunkan Katrine, suasana di dalam mobil berubah menjadi sunyi.
Ferdinan mencoba mencairkan suasana. "Duduk di depan," pintanya dengan nada lebih lembut.
Namun, Alzena tetap pada pendiriannya. "Saya nyaman di sini," jawabnya singkat.
"Keras kepala, kau dengar tidak ? ayo duduk di depan,"Ferdinan mendengus .
Hati Ferdinan semakin gelisah. Ia merasa ada jarak yang terus tumbuh antara mereka, sesuatu yang tidak pernah ia sadari sebelumnya."Apa kau marah karena tadi ada Katrine?"
"Enggak kok, udah biasa, dalam hubungan kita yang hanya formalitas ini, ada Katrine si wanita cantik dan seksi."Alzena mulai menarik sudut bibirnya.
"Huffft, lalu kenapa kau... diam saja ?"
Ketika mereka sampai di apartemen, Alzena langsung keluar dari mobil tanpa sepatah kata, berjalan mendahului Ferdinan.
Ferdinan mengunci mobil dan mengikutinya masuk, tetapi ia hanya bisa melihat punggung Alzena yang menghilang di kamar. Ia menghela napas panjang, frustasi dengan dirinya sendiri. "Kenapa aku malah merasa kehilangan sesuatu?" gumamnya lirih, menatap pintu kamar Alzena yang tertutup rapat.
Ferdinan menghela napas panjang saat mendengar bel berbunyi di tengah malam. Dengan malas, ia membuka pintu dan melihat Darren serta Farel berdiri dengan pasangan mereka, membawa beberapa botol minuman dan kantong berisi makanan.
"Bro! Lama nggak ngumpul, nih. Kita party kecil-kecilan, ya," ucap Darren sambil tertawa lepas, langsung masuk tanpa menunggu undangan. Farel mengikutinya sambil membawa kantong makanan, "Tenang, semua udah gue siapin, tinggal nikmatin aja."
Ferdinan menggaruk tengkuknya, sedikit ragu. "Gue lagi nggak mood, nih. Kerjaan banyak," ucapnya, meski dalam hati ia tahu menolak tidak akan ada gunanya.
Darren terkekeh, "Kerjaan lo nggak akan kabur, Din. Sekarang waktunya lo santai, apalagi tempat lo ini keren banget buat party."
Pasangan mereka langsung berjalan ke area balkon yang menghadap kolam renang, memuji pemandangan kota yang spektakuler dari penthouse Ferdinan. Suasana malam yang tenang mulai diwarnai dengan suara musik yang mereka putar dari speaker.
"Wow honey, penthouse temanmu sangat keren,"ucap Lisa kekasih Darren.
"Iya Honey, tentu saja, kita bisa nikmati malam panjang ini."Mereka saling memagut tanpa rasa malu.
Sementara itu, Alzena yang sudah tidur di kamarnya mulai terusik dengan suara musik yang tiba-tiba terdengar. Ia keluar dengan wajah bingung, mengenakan piyama sederhana, dan melihat beberapa orang yang tidak dikenalnya di ruang tamu.
"Apa ini, mereka tak tahu malu."batin Alzena.
Ferdinan menoleh dan melihat Alzena. Ada rasa tidak nyaman di hatinya, terutama karena ia tahu Alzena tidak suka dengan hal-hal semacam ini. Sebelum Alzena sempat bertanya, Darren menyadari kehadirannya.
"Oh, ini siapa? Penghuni lain di sini?" tanya Darren sambil tersenyum penuh rasa ingin tahu.
Ferdinan terdiam sejenak, lalu menjawab singkat, "Dia tinggal di sini."
Farel mengangkat alisnya, tersenyum menggoda. "Oh, jadi ini 'penghuni spesial' lo, Fer? Wah, cantik juga, ya."
"Jangan macam-macam lo, awas aja kalo berani."Ferdinan mengacungkan kepalan tangannya.
Alzena tidak menjawab, hanya menatap Ferdinan dengan tatapan kecewa. Ia kemudian berbalik menuju kamarnya tanpa sepatah kata. Ferdinan merasa terganggu oleh komentar Farel, tetapi tidak mengatakan apa-apa.
Malam itu, meskipun ada pesta kecil di penthouse-nya, Ferdinan merasa hampa. Matanya beberapa kali melirik ke arah pintu kamar Alzena, tetapi ia menahan diri untuk tidak mengganggunya. Di tengah keramaian, ia justru merasa semakin jauh dari dirinya sendiri.
Ferdinan mengetuk kamar Alzena "Maaf ya kamu jadi terganggu. "Mereka berdua terpaksa mengobrol.berdua di kamar.
"Gak apa-apa lagian besok libur, cuma aku enggak terbiasa sama kelakuan teman kamu yang enggak malu dan terlalu mengumbar kemesraan. "Alzena mengangkat bahunya.
"Begitulah "Ferdinan mengangkat kedua bahunya.
"Kamu mau aku buatin minuman? duduk sini ya aku ambilin."Ferdinan dengan manin menawarkan Alzena minuman.
"Tidak, aku mau tidur saja, kamu pergi sana sama teman-teman kamu."
"Baiklah, aku keluar dulu ya."
Ferdinan terlihat keluar dan ternyata Katrine datang. Dia langsung memeluk dan mencium Ferdinan namun Ferdinan menolak sentuhan dari katrine yang tak biasa.
"Sayang kamu kenapa ? Kok gak biasanya begini."Katrine mendengus kecil.
"Jangan begini Katrine, aku malu."
"Ayo gaess kita nikmati malam ini."Darren mengangkat gelas ditangannya.
"Kau takkan bisa lagi menolakku kali ini Ferdinan. "Katrine memegang sebuah gelas berisi minuman beralkohol dia berharap Ferdinan meminumnya. Mereka memang sering melakukannya namun sekarang sangat sulit.
Saat beberapa teman Ferdinan berdatangan malam semakin ramai ada 5 pasangan. Mereka melakukan aktivitas panas di setiap sudut ruangan rumah Ferdinan. Dengan itu Ferdinan masuk ke kamar Alzena.
" Dia sudah tidur ya."Ferdinan menatap wajah cantik Alzena dan saat melihat bibir Alzena Ferdinan langsung berdegup kencang. Dia pertama kali merasakan hal ini. Biasanya dengan mudah dia mendapatkan wanita. dan langsung bercinta. Namun kali ini berbeda.
Perlahan dia mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Alzena. Yang sedang terlelap.
"Dimana Ferdinan. "gumam Katrine. Dia mencari ke kamar Ferdinan namun tidak ada. Saat Katrine di kamar Ferdinan dengan gaya sempoyongan karena mabuk Teman Ferdinan bernama David langsung meraih pinggang Katrine.
"Kau mencari siapa cantik?"
"David?"
"Ya ..ini aku,"David meraup bibir Katrine hingga hampir kehabisan napas. Namun Katrine sempat menolak namun David langsung menyentuh titik kelemahan Katrine dan langsung lunglai dihadapan David.
"David jangan lakukan ini, nanti Ferdinan lihat."
"Dia lagi sama istrinya di dalem."David dengan suara parau. David membawa Katrine ke ranjang milik Ferdinan. Dan tanpa Ferdinan tahu ranjangnya dijadikan aksi terlarang David dan Katrine kekasihnya. Darren melihat aksi mereka berdua tidak menyangka Katrine kekasih Ferdinan melakukan nya dengan sahabat Ferdinan.
"Dasar bajin*** David pacar temen di hajar juga."Batin Darren sambil menggeleng kepalanya.
Malam semakin larut dan hampir pagi. Katrine yang memang sedang haus sentuhan itu dibuat tak berdaya oleh David. Mereka baru saja selesai melakukan aktivitas panas mereka dan buru-buru keluar karena takut Ferdinan tahu. Katrine memastikan tak ada jejak.
Saat malam semakin larut, pesta di ruang tengah dan balkon masih berlangsung. Namun Ferdinan merasa lelah dengan keramaian itu. Ia meninggalkan tamu-tamunya dan tidur di kamar Alzena. Dengan hati yang gelisah, ia membuka pintu dan melihat Alzena sudah terlelap. Tanpa berpikir panjang, Ferdinan memutuskan untuk tidur di sebelahnya.
Ia merasa nyaman berada di dekat Alzena, meski tak tahu alasan pasti di balik perasaannya. Tanpa sadar, saat tidur, Ferdinan memeluk tubuh mungil Alzena.
Pukul 2 pagi, Alzena terbangun karena merasa ada sesuatu yang hangat melingkupinya. Saat membuka matanya, ia terkejut melihat Ferdinan sedang memeluknya erat. Refleks, Alzena memekik pelan, membuat Ferdinan ikut terbangun.
"Apa yang kamu lakukan di sini, Ferdinan?!" suara Alzena terdengar panik namun masih terkendali.
Ferdinan yang masih setengah sadar mengusap wajahnya. "Aku… aku nggak tahu. Aku cuma capek dan—" Ia terdiam, bingung mencari alasan.
Alzena menatapnya tajam, tetapi dengan cepat ia menyadari bahwa tangannya juga berada di tubuh Ferdinan, memeluknya tanpa sadar saat tidur. Raut wajahnya memerah karena malu.
"Kamu nggak seharusnya ada di sini," ucap Alzena sambil berusaha tenang.
Ferdinan bangkit perlahan, duduk di tepi ranjang. "Aku cuma... nggak tahu harus ke mana. Mereka masih ribut di luar. Aku janji nggak akan ganggu kamu lagi."
Suasana hening sejenak. Alzena menarik napas panjang, berusaha memahami situasi. "Kalau kamu mau tidur, setidaknya tidur di sofa, bukan di sini."
Ferdinan menatapnya dalam. Ada sesuatu di matanya yang membuat Alzena merasa aneh, tetapi ia mengabaikannya. Ferdinan akhirnya berdiri, mengangguk pelan, dan keluar dari kamar tanpa berkata apa-apa lagi.
Di luar kamar, pesta masih berlangsung. Ferdinan berjalan melewati tamu-tamunya tanpa bicara, membiarkan mereka bersenang-senang sendiri. Namun pikirannya terus melayang pada Alzena. Ada sesuatu tentang dirinya yang membuat Ferdinan merasa nyaman, tetapi juga bingung.
Alzena merasa haus."Aku haus banget."Alzena keluar dari kamar nya.
"Astagfirullah, apa-apaan kalian, memangnya ini diskotik atau klub malam, kalian bisa melakukan hal itu disini."Alzena berteriak dia terkejut saat teman Ferdinan sedang bermesraan di sofa. Bahkan sangat intim.
"Keluar kalian semua, rumah ini rumahku juga, aku ... istri Ferdinan Klein,tidak mau rumahku dijadikan tempat mesum."Alzena dengan tegas. Katrine menarik sudut bibirnya. "Lihat gayanya seolah sudah menjadi Nyonya. "Katrine dengan sinis.
"Sayang. kau katakan pada temanmu bahwa gadis kampungan ini bukan istri sahmu."Katrine menatap sendu wajah Ferdinan.
"Fer, ini ... beneran?"
bersambung