Fakultas peternakan x Fakultas Hukum
Nyambung nggak jelas ngak Nyambung bangetkan, bau sapi sama tumpukan undang-undang, jelas tidak memiliki kesamaan sama sekali. Tapi bagaimana jika terjalin asmara di dalam perbedaan besar itu, seperti Calista Almaira dan Evan Galenio.
Si pawang sapi dan Arjuna hukum yang menjalin hubungan dengan dasar rasa tanggung jawab karena Evan adalah pelaku tabrak lari kucing kesayangan Calista.
Kamu sudah melakukan tindak kejahatan dan masih bertanya kenapa?" Calista sedikit memiringkan kepala menatap Evan dengan tidak percaya, laki-laki yang memakai kaos putih itu pun semakin bingung.
"Nggak usah ngomong macen-macem cuma buat narik perhatian gue, basi tau nggak!" Hardik Evan emosi.
"Buat apa narik perhatian pembunuhan kayak kamu!"
Beneran kamu bakal ngelakuin apapun?" Tanya Calista yang gamang dan ragu dengan ucapan Evan.
Evan mengangguk pasti.
"Hidupin joni lagi bisa?"
"Jangan gila Lu, gue bukan Tuhan!" sarkas Evan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ceramah brokoli
Parkiran Kampus Nolite University, sore hari yang masih sangat cerah meski mulai memasuki musim hujan.
Evan baru selesai kelas, pria yang memakai kemeja navy dengan celana bahan itu berjalan ke mobilnya sambil membawa tas dan bekal yang sudah kosong... eh, hampir kosong. Di depan mobilnya, Calista sudah berdiri dengan senyum lebar, menunggu dia Evan lima belas menit yang lalu, karena dia sudah selesai kelas lebih dulu. Tentu saja dia membersihkan diri setelah berjibaku di kandang Elisabeth siang tadi, Calista selalu pulang dalam keadaan bersih dan wangi vanila, khas dirinya, manis.
“Emm, kamu udah makan bekalnya kan? Gimana rasanya? Enak, kan?” cerca Calista saat Evan sudah mengentikan langkahnya di depan gadis itu.
Evan melirik wadah bekal di tangannya, ragu sejenak, sebelum akhirnya menyerah tas bekal dengan motif kucing hitam pada Calista.
“Hmm... daging sama ikannya oke. Tapi lain kali sayur.”Calista menyipitkan matanya curiga mendengar kata sayur yang sengaja Evan tekankan.
“Jangan bilang...”
Evan dengan santai mengeluarkan wadah bekal dari dalam tas lalu membukanya. Mata Calista melebar saat Evan menunjukkan brokoli yang masih utuh, bahkan tidak tersentuh sedikit pun. Melihat wajah pacar sementaranya yang terkejut dan menatapnya Evan hanya menaik turunkan alis.
“Epan! Kenapa nggak makan sayur?! Ini brokoli, loh. Sayur mahal, kaya vitamin dan serat. Kamu tau nggak manfaat serat buat pencernaan?”
Evan menghela napas panjang, tak menghiraukan Calista. Dia berjalan ke samping mobil membuka pintu mobil untuk calista dan mengisyaratkan wanita itu untuk masuk dengan dagunya. Calista pun terpaksa masuk, tapi sebelum itu dia mengambil wadah bekal dari tangan Evan lalu memasukkan wadah bekal ke dalam tasnya dengan sedikit kasar. Evan acuh saja dengan apa yang Calista lakukan, ia segera menutup pintu mobil berlari memutar untuk sampai di sisi lain mobil, ia pun masuk dan duduk di kursi kemudi.
“Calista, gue nggak daftar jadi mahasiswa hukum untuk diceramahin soal pencernaan," ujar Evan setelah melirik Calista yang sudah mau membuka mulutnya.
“Ya terus? Kamu maunya sakit magh atau sembelit, gitu? Udah lah, mulai sekarang aku bakal bikin kamu makan sayur. Mau kamu suka atau nggak!”
“Kalau lu suka nyusahin diri sendiri, ya, silakan. Tapi gue nggak akan makan itu.” Evan memasukan kunci mobil dan mulai menyalakan mesin mobil hitamnya.
“Epan, denger ya. Aku ini pacar kamu, ya walaupun cuma sementara, tapi aku mau menjalankan tugasku sebagai pacar dengan baik. Aku mau kamu sehat. Jadi kalau aku masak sayur, kamu makan! Titik! Lagian mubazir tau buang-buang makanan!"
Evan melirik Calista yang duduk di sebelahnya sambil menyilangkan tangan di dada dengan bibir yang mengerucut. Si bawel merajuk rupanya, apa punya pacar memang seribet ini. Semua mau diatur udah kayak istri, ini salah satu alasan kenapa Evan tidak ingin pacaran tapi lucu juga melihat wajah Calista yang manyun seperti itu, cukup menghibur. Walau terlihat acuh tapi ada senyum kecil di sudut bibir Evan.
“Dasar bawel. Kalau nggak mau dibuang ya tinggal masak yang gue mau makan, simple nggak usah di ributin kayak gini. RIbet!" tukas Evan.
"Nggak boleh-nggak boleh Epan harus belajar makan sayur, dan aku bakalan buatin bekal sayur buat Epan!" kekeh Calista.
Lagi-lagi Evan hanya bisa mendesah dalam.
"Nggak usah maksain gue makan sayur, gue nggak suka Ca, Masak aja daging sama ikan kayak tadi. Enak, gue mau itu lagi."
“Beneran?!” Seketika Calista menoleh dengan mata berbinar terang seterang senter dikegelapan mendengar pujian Evan.
“Jangan GR. Gue cuma jujur.”
Calista tersenyum lebar lagi, langsung lupa soal brokoli, tapi dalam hati sudah merencanakan untuk mencampur sayuran lain di bekal berikutnya.
“Tapi aku yakin lama-lama kamu bakal suka makan sayur gara-gara aku! Brokoli itu makanan super, tau nggak? Dia kaya vitamin C, bagus buat daya tahan tubuh kamu, biar nggak gampang sakit. Terus ada kalsium juga, penting buat tulang kamu. Bukan hanya brokoli, sayur lain juga baik dan banyak manfaatnya, pokonya Epan harus belajar makan sayur.
Evan mengerutkan dahi, sekarang Calista ngomel cosplay jadi ahli gizi.
“Ca, gue nggak butuh brokoli atau sayur lain buat bertahan hidup. Udah dari kecil juga gue nggak makan sayur, buktinya sehat-sehat aja. Lu nggak perlu repot-repot deh. Udah," Evan menyetir dengan satu tangan sementara satu tangan lain menopang di jedela mobil.
Calista berdeck kesal, susah sekali membujuk si kepala beton ini untuk makan sayur. Calista merasa sedang membujuk anak TK tapi versi dewasa, susah sekali.
“Sehat dari mana?! Coba bayangin, kalau kamu makan junk food terus tanpa sayur, itu namanya ngundang penyakit. Kamu mau, nanti umur 30-an udah asam urat? Belum lagi kolesterol, diabetes, atau yang paling parah, kamu nggak bisa jadi kepala keluarga yang kuat karena tubuh kamu melemah gara-gara kurang sayur," lanjut calista berceramah.
“Kenapa sampai kepala keluarga segala sih? Nggak relevan,” sahut Evan heran, pembahasan Calista sudah sangat jauh dari sepotong brokoli yang tidak ia makan.
“Relevan dong! Aku ini visioner, Epan. Aku mikirin masa depan kamu. Kamu nggak sadar, ya, ini tandanya aku perduli sam Epan?”
“Perduli kok maksa?”
“Bukan maksa, ini namanya membimbing. Kamu tuh nggak sadar aja kalau aku ngajarin kamu jadi orang lebih baik. Dan kalau kamu mikir makan sayur itu nyusahin, coba pikir gini: lebih susah mana, makan sayur sekarang atau bayar rumah sakit nanti?”
Evan cuma menggeleng sambil mengemudi, tapi matanya sesekali melirik Calista yang masih bawel soal manfaat brokoli. Entah kenapa, dia nggak merasa terganggu sama sekali.
“Lebih susah denger lu ngomel, sih," sindir Evan yang membuat Calista mendelik tajam, pipi gadis itui mengembung lucu sambil berkacak pingang.
“Kalau Epan terus-terusan ngeyel gini, aku bakal kasih kamu bekal full sayur sampai kamu nyerah. Aku bisa masak sop bayam, capcay, bahkan salad, pokoknya sampai kamu doyan!”
Mata Evan melebar, melirik sekilas pada Calista dengan sorot mata tak percaya. Dia mau perduli atau mau menyiksanya. Fix pacaran memang seribet ini, kalau udah pas dua bulan dan perjanjian mereka selesai. Evan kapok buat pacaran lagi, setidaknya sampai mentalnya lebih kuat untuk menghadapi ribetnya perempuan.
“Jangan-jangan besok lu kasih aku brokoli aja tanpa lauk.” Evan melirik Calista penuh selidik.
“Itu ide bagus juga! Tapi tenang, aku nggak sejahat itu. Aku bakal campur daging, biar kamu tetap makan," jawabnya dengan senyum tengil.
"Lu ini... bener-bener nggak ada capeknya ya?” Evan menggeleng dengan helaan nafas pasrah.
“Capek itu nggak seberapa dibanding ngeliat kamu sehat, Evan. Jadi mulai sekarang, jangan harap kamu bisa kabur dari sayuran. Aku ini pacar kamu, bos besar soal makananmu!”
“Bos besar yang cerewet banget," celetuk Evan dengan senyum kecil
“Cerewet demi kebaikan itu nggak apa-apa!” Calista membuka wadah makan siang milik Evan tadi lalu mulai memakan brokoli yang tersisa di sana tanpa rasa risih kalau itu sisa makanan orang lain.
Sepanjang jalan, Calista tetap melanjutkan ceramahnya soal manfaat brokoli sambil menyisipkan berbagai ancaman soal menu sayuran lain. Evan cuma bisa pasrah, tapi diam-diam, dia menikmati cara Calista peduli padanya.
cukup dengan memberi makan kucing saja Caca udah bahagia banget
semoga kebahagiaan cepat menghampiri kamu
kalau pas lagi bawel saja bilang cerewet lah, berisik lah.
coba nanti kalau si caca diem. pasti kelimpungan tuh si evan
Caca tuh cerewet karena peduli sama kamu Evan . Ada ada Evan masa dari dulu belum pernah makan sayuran . Sayuran sehat tauuu
tp keknya evan udh cinta ke caca tp gk sadar deh
.ciyeee Evan ciyeee🥰🥰🥰