Tring
" Melalui pesan ini aku talak kamu. Mulai hari ini kita bukan lagi suami istri."
Dunia wanita 35 tahun itu seakan runtuh. Dia baru saja selesai melakukan operasi sulit pagi ini. Dan pesan yang berisi talak dari suaminya membuat wanita itu terhuyung.
" Kenapa, kenapa kamu ngelakuin ini ke aku."
Dia tentu bingung, selama 3 tahun menjalin pernikahan mereka terlihat baik-baik saja. Tidak pernah sekalipun berseteru.
Jadi, apa penyebab pesan talak itu sampai terjadi?
Apakah pernikahan wanita itu akan benar-benar hancur? Atau dia akan berusaha untuk mempertahankannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TSMSC Chapter 6
" Dimitri brengsek! Kenapa, dia nggak dateng sih, arghhh. Sialan emang."
Di dalam rumahnya, Nilam marah-marah tidak karuan. Dia bahkan melempari barang yang ada di meja. Ia sungguh kesal, sudah jam 10 malam tapi orang yang dia tunggu tidak kunjung datang.
" Dia berubah, nggak nggak boleh. Dia nggak boleh berubah. Dia cinta sama aku dan selamanya harus cinta sama aku. Satu tahun, aku udah nunggu satu tahun, jadi aku nggak boleh nyerah. Dan aku nggak mau nunggu lama lagi."
Nilam tersenyum sembari mengibaskan rambutnya. Ia lalu berteriak memanggil asisten rumah tangganya untuk membersihkan kekacauan.
" Sukiyah, bereskan. Jangan sampai ada yang ketinggalan. Kalau ada beling sekecil debu, gaji mu akan ku potong bulan depan."
" Siap Mbak Nilam, tentu saya akan melakukan yang terbaik."
Sukiyah, wanita yang usianya tidak terlalu jauh dibawah Nilam itu sudah bekerja selama 2 tahun di rumah itu. Sukiyah jadi paham betul bagaimana perangai majikannya. Jadi dia tidak terkejut. Awal-awalnya sih iya dia terkejut, tapi sekarang tentu itu sudah jadi makanan setiap hari.
" Pasti lagi sensi, biasanya sih kalau kayak gini gara-gara Pak Dimitri. Kayaknya udah lumayan lama Pak Dimi nggak dateng. Gila sih, dia berani banget jadi simpenan. Aneh banget, padahal Mbak Nilam tuh loh cantik, karir juga bagus. Kok ya mau-maunya jadi pacar pria yang udah beristri. Dunia wes nggak baik-baik aja. Sekarepe lah, bukan urusanku juga."
Sukiyah berbicara sendiri. Hubungan Nilam dan Dimitri jelas ia tahu betul. Jika boleh dibilang, Sukiyah ini adalah saksi hidup. Dia saksi hidup atas hubungan gelap majikannya dan pria yang berstatus suami orang. Dimana hubungan itu sudah sangat jauh.
Awalnya Sukiyah tidak tahu kalau Dimitri adalah pria beristri, tapi ketika dua orang yang dimabuk asmara itu membicarakan wanita lain yang berna Neha, di situlah Sukiyah tahu status Dimitri.
Hal yang paling mengejutkan adalah penemuan Sukiyah di kamar majikannya itu. Alat kontrasepsi berupa kondomm dan Pil KB selalu tersedia di sana.
Sukiyah hanya bisa membatin, dia tidak berani berkomentar karena statusnya hanyalah pembantu. Namun rasa jijik dan enggan mulai menelusup dalam diri Sukiyah setiap kedatangan Dimitri, karena bisa dipastikan mereka akan melakukan pergulatan panas.
" Mbak, kalau sudah nggak ada yang dibutuhin Suki pamit tidur ya."
" Hmm, ya sana."
Nilam, saat ini berada di kamarnya. Ia kembali melihat ponsel dan berharap akan ada telepon atau pesan dari Dimitri, tapi ternyata tidak satu pun.
" Kenapa sih sama nih orang hah, sialan bener," gerutunya.
Akhirnya malam itu Nilam tidur tanpa mendapat kabar apapun dari Dimitri.
Pagi hari di kediaman Dimitri dan Neha, Neha sudah pulang dari subuh tadi. Dia memakai jasa asisten rumah tangga, tapi bukan yang menetap. Hanya datang melakukan pekerjaan dan pulang setelah selesai. Maka dari itu Neha memutuskan untuk memasak pagi untuk sarapan.
" Lho sayang, kapan kamu pulang? Udah istirahat aja, aku bisa makan roti kok."
" Nggak apa-apa Mas, belum lama juga aku pulang. Dan ini sarapan yang simple juga. Buruan mandi gih, nanti kita sarapan bareng."
Dimitri terbangun ketika mendengar suara di dapur. Ternyata itu adalah Neha. Semalam Neha menelponnya bahwa dia akan pulang pagi, tapi Dimitri tidak menyangka bahwa Neha pulang saat subuh dan langsung memasak.
Sebenarnya jika ada waktu Neha selalu melakukan tugasnya sebagai istri dengan baik. Namun profesinya sebagai dokter membuat wanita itu sewaktu-waktu meninggalkan rumah jika ada kondisi darurat.
Hal tersebut tentu sudah diketahui oleh Dimitri bahkan semasa mereka masih pacaran dulu. Ya, Dimitri dan Neha pacaran selama 1 tahun lalu akhirnya memutuskan untuk menikah.
Neha selalu menekankan kepada Dimitri tentang profesinya, dan Dimi tidak mempermasalahkan itu.
" Aku nggak masalah sayang, aku bakalan tetep cinta sama kamu. Lagian kan aku udah tahu gimana sibuknya kamu. Aku bakalan terima konsekuensinya."
Seperti itulah kata-kata Dimitri yang berhasil meyakinkan Neha. Sehingga Neha memantapkan dirinya untuk menerima pinangan dari pria yang jadi suaminya sekarang.
Namun seiring berjalannya waktu, ucapan itu pun semakin pudar. Dimitri yang merasa haus belaian malah mencoba bermain api di luar. Dan Nilam menjadi air yang jadi pemuas dahaganya. Apa benar air, atau malah racun, hanya perlu melihat kedepannya nanti.
" Sudah selesai mandinya? Makan yuk."
" Makasih ya sayang."
Cup
Dimitri mencium pucuk kepala Neha, ia lalu menarik kursi dan duduk di sana. Saat Neha ingin mengambilkan nasi, Dimitri kembali bangkit dari duduknya. Ia mengambil alih tugas Neha tersebut.
" Kamu udah masak, jadi biar aku ambil sendiri. Siniin piring kamu, biar aku yang ambilin sekalian."
Neha mengembangkan senyum, rasanya sungguh bahagia. Sikap manis Dimitri yang seperti saat ini lah yang semakin membuat Neha jatuh cinta.
3 tahun pernikahan dan belum dikaruniai momongan tidak membuat cinta mereka luntur. Setidaknya itu lah yang dirasakan oleh Neha.
Suaminya begitu mencintainya. Bukannya Neha acuh terhadap momongan, tapi dia juga sudah melakukan usaha namun mungkin rejeki itu belum diberikan.
Wajah Neha seketika pun menjadi murung ketika mengingat perihal itu.
" Mas, apa kamu kecewa sama aku?" ucapnya tiba-tiba.
Suasana yang indah pagi itu seketika berubah. Dimitri masih belum tahu arah pembicaraan istrinya. Namun ia berusaha untuk tidak ikut larut dalam suasana tersebut.
" Kamu ini kenapa, apa yang harus aku kecewain dari kamu. Kamu sempurna sayang," sahut Dimi.
" Aku belum bisa kasih kamu anak Mas."
" Owalah itu, nggak usah dipikirin ya. Dulu-dulu memang iya kepikiran, dan kamu pun sama. Tapi sekarang aku udah santai kok, hidup seperti ini juga bukan hal yang buruk ya kan?"
Dimitri tersenyum, ia lalu meraih tangan Neha dan mencium punggung tangan itu. Neha tidak bisa bereaksi apa-apa.
Jika biasanya dia langsung tenang setiap Dimitri mengatakan hal serupa, tapi entah mengapa sekarang tidak. Entah mengapa ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya.
" Terimakasih ya Mas, kamu sangat pengertian. Mas, apa aku perlu ngajuin cuti?"
" Ya Apa? Eiiii nggak usah kali sayang. Kalau kamu cuti, Papa bisa kerepotan sendiri. Papa udah nggak muda lagi. Katanya di departemen bedah anak hanya ada kamu dan Papa."
Dimitri menyahut cepat. Jujur dia sangat terkejut dengan ucapan Neha yang tiba-tiba itu. Cuti, sungguh sesuatu yang tidak bisa Dimitri bayangkan sebelumnya.
Jika Neha cuti, maka pergerakannya akan sangat terbatas. Hal tersebut sudah Dimitri buktikan kemarin ketika Neha mengambil cuti. Dia tidak bisa bergerak sedikitpun. Janjinya untuk bertemu Nilam saat malam pun tidak bisa dilakukan karena Neha selalu tidur larut malam dan bangun saat jam 3 pagi.
" Sayang, seperti ini sudah sangat nyaman kok. Kamu nggak perlu cuti, jika rejeki itu sudah diberikan kepada kita, mau seperti apapun kondisinya pasti kita akan mendapatkannya."
" Ya Mas, kamu bener."
TBC