Di balik wanita yang selalu di bully dan di hina culun ini ternyata mempunyai kehidupan yang begitu misterius dan tidak ada yang mengetahui siapa dia yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xialin12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 06
"Eng.."
Suara rintihan yang sangat pelan membuat Leon yang tengah tertidur bangun.
Dia melihat tangan Xixi yang bergerak pelan, serta mata Xixi yang mulai mengerjap dan perlahan terbuka.
"Akhirnya kau sadar juga." Ucap Leon dengan lega.
Leon segera menekan tonbol untuk memanggil dokter agar segera datang untuk memeriksa kondisi Xixi.
Xixi menatap Leon samar, dia lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dimana dia berada.
"Dimana aku?" Tanya Xixi dengan suara lemahnya.
"Kau di rumah sakit. Apa kau ingin sesuatu?"
"Kaca mata ku?"
"Oh, sebentar."
Leon lalu mengambil kaca mata yang ada di atas meja yang ada di samping bangkar. Sementara Xixi berusaha untuk duduk.
"Ini kaca matamu."
Xixi mengambil kaca mata itu lalu memakainya "Terima kasih."
Leon menatap Xixi, pipi kiri Xixi masih terlihat lebam. Bahkan beberapa luka gores ditangannya juga belum mengering sempurna.
"Ada apa?" Tanya Xixi pelan.
"Aku minta maaf."
Xixi memiringkan kepalanya dan menatap Leon dengan heran.
Melihat Xixi yang nampak kebingungan, Leon menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.
"Apa, kenapa... kau meminta maaf?" Tanya Xixi lagi.
"Karena...."
ceklek
Belum selesai Leon berbicara, pintu ruang rawat terbuka. Dokter dan perawat datang ke ruang rawat Xixi untuk memeriksa kondisi Xixi yang baru saja sadar.
Perawat memeriksa tekanan dsrah Xixi dan suhu tubuhnya, dokter memeriksa mata dan menempelkn stetoskop pada dada Xixi.
Setelah pemeriksaan selesai, dokter melepas stetoskopnya.
"Kondisi nona Xixi sudah tidak ada masalah, dia hanya harus beristirahat dengan baik agar kesehatannya cepat pulih." Ucap dokter.
"Baik, terima kasih dokter." Ucap Leon.
Dokter mengangguk dan setelah memberikan resep vitamin yang harus di beli untuk Xixi, dokter dan perawat rumah sakit keluar.
Tepat saat dokter akan keluar, Lulu dan Joseph datang.
Lulu masuk kedalam kamar rawat Xixi setelag menyapa dokter dan perawat itu.
"Xixi! Akhirnya kau sudah sadar. Aku sangat mengkhawatirkanmu." Lulu menyerbu dan memeluk Xixi yang duduk diatas bangkar dengan terisak.
Dia adalah orang yang paling mengkhawatirkan saat melihat Xixi yang pingsan dan tidak berdaya.
Dia bahkan tidak berhenti menangis saat tim medis memberikan pertolongan langsung pada Xixi, karena mereka takut adanya hal yang tidak di inginkan setelah melihat kondisi tubuh Xixi yang penuh luka.
"Aw,shhhh." Desis Xixi saat lukanya terkena tangan Lulu secara tidak sengaja.
Mendengar Xixi mengaduh, Lulu langsung melepaskan pelukannya.
"Maafkanaku, aku lupa jika ku sedang terluka." Ucap Lulu khawatir.
"Tidak apa-apa, hanya sedikit sakit."
"Aku sangat mengkhawatirkanmu, karena sudah dua hari kau tidak sadar-sadar. Aku pikir akan terjadi sesuatu padamu."
"Dua... dua hari?" Ucap Xixi tak percaya.
Lulu mengangguk "Untung waktu diatas atap Leon datang, jika tidak. Aku tidak tahu apakah aku masih bisa melihatmu atau tidak saat ini."
Xixi melirik kearah Leon, dia lalu menundukkan kepalanya "Terima kasih atas bantuanmu." Ucap Xixi.
"Tidak apa-apa, lagipula kalian terluka juga karena aku. Kalau aku tidak memarahi Rachel waktu itu, kalian pasti tidak akan terluka seperti ini."
"Mulai sekarang, kau tidak perlu takut lagi akan di bully." Ucap Joseph yang tadi masuk bersama dengan Lulu.
"Aku..."
"Leon akan menjagamu di kampus, salahkan dia karena berani menjadikanmu barang taruhan. Aku saja ingin menendangnya sampai dia keluar dari planet ini."
"Jo." Leon menatap Joseph karena tidak terima.
"Apa? Lihat saja kalau kau berani membuat adikku dan temannya terluka lagi."
"Aku mengerti."
"Tidak, tidak. Aku tidak memerlukan dia untuk menjagaku." Ucap Xixi menolak sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali.
"Kenapa, apa kau masih takut dengannya?" Tanya Joseph.
Xixi menggelengkan kepalanya "Bukan itu, dia.. adalah idola di kampus. Jika mahasiswa di kampus tahu kalau dia menjagaku, aku pasti..."
"Ah itu, kalau begitu..."
"Tenang saja, mereka tidak akan berani mengganggu mu lagi. Aku bisa menjaminnya." Ucap Leon memotong ucapan Joseph.
"Xixi, kau tidak perlu takut lagi. Aku juga akan melindungimu." Ucap Lulu.
Xixi menatap Lulu yang menatapnya penuh harap agar dirinya tidak akan menolak perlindungan dari Lulu dan Leon.
"Hmm, baiklah kalau begitu."
Leon, Lulu dan Joseph tersenyum puas mendengar keputusan Xixi.
"Baiklah, semua sudah beres. Aku harus kembali ke perusahaan."Ucap Joseph.
"Iya, kak." Ucap Lulu sambil mengangguk.
"Kau, apa kau sudah tidak peduli dengan perusahaan ayahmu lagi? Dia sudah sadar, dan ada tuan putri yang menjaganya. Kembalilah ke tempatmu." Joseph menunjuk Leon.
Leon yang ketahuan selama dua hari ini terus menjaga Xixi di rumah sakit jadi salah tingkah, dan tersenyum canggung pada Xixi juga Lulu.
"Ya.. Aku juga harus kembali. Kau... cepat sembuh." Leon menatap Xixi dengan canggung.
Xixi mengangguk "Terima kasih."
Leon mengangguk, dia lalu keluar dari ruang rawat untuk menyusul Joseph yang sudah keluar lebih dulu.
Setelah dua orang itu pergi, Xixi menatap Lulu yang duduk disampingnya.
"Lulu, sebenarnya apa yang sudah terjadi?" Tanya Xixi.
Lulu menatap Xixi dan meraih tangannya.
"Waktu Rachel menyuruh dua temannya untuk memukulimu, dan ketika kamu sudah pingsan tiba-tiba pintu atap terbuka dengan keras. Dan itu ternyata Leon yang menendang pintu atap dengan keras. Kau tahu, dia menampar pipi Rachel dengan sangat keras, dan dia juga yang menggendongmu kerumah sakit."
"Me.. menampar Rachel?"
"Iya, dia juga yang melapor pada dosen atas perbuatan Rachel dan teman-temannya itu."
"Bagaimana.. bagaimana dia tahu kalau kita ada diatas atap?"
"Leon bilang, kalau dia mendengar dari mahasiswa jika Rachel mencarimu dan menuju ke atap kampus dengan beberapa orang temannya. Setelah tahu dan merasa akan terjadi hal yang tidak baik, Leon pun langsung pergi ke atap. Dan ya... dia melihatmu sudah tidak sadar oleh kedua teman Rachel saat dia sampai diatas atap."
"Lalu bagaimana dengan Rachel?"
"Bagaimana apanya, dia dan teman-temannya di skors selama 2 bulan."
"2 bulan?"
Lulu mengangguk, mengiyakan.
"Tapi bukankah 3 minggu lagi akan ada ujian, dan setelahnya akan ada acara camping untuk tugas kuliah?"
"Iya, tapi itu salah mereka yang sudah melukai mu, bahkan sampai kamu tidak sadarkan diri selama 2 hari. Mereka layak mendapatkan hukuman itu."
Xixi mengangguk pelan.
"Kenapa, apa kau merasa kasihan pada mereka?"
"Aku tahu masuk ke universitas itu tidak mudah, jadi rasanya aku sedikit bersalah pada mereka."
"Lupakan itu, kau tidak tahu bagaimana mudahnya mereka masuk ke kampus kita dengan uang keluarga mereka." Ucap Lulu.
Xixi membulatkan kedua matanya tidak percaya.
"Mereka yang kemarin bersama dengan Rachel bukanlah anak dari keluarga sembarangan. Setidaknya mereka anak orang kaya pemilik beberapa perusahaan di kota ini. Jadi masuk ke kampus yang mereka inginkan sangatlah mudah." Lanjut Lulu.
Xixi mengangguk pelan.
"Jadi kalian masuk dengan cara kotor. Baik, kita akan lihat apakah kalian masih bisa sombong dengan kekayaan keluarga kalian itu."
Dalam hidup, Xixi tidak pernah menyukai orang yang berbuat curang. Jadi dia akan memberikan sedikit pelajaran pada keluarga mereka, agar mereka tidak terlalu sombong dalam menjalani hidup.
"Xixi, apa kau masih merasa sakit atau pusing?" Tanya Lulu.
Xixi menggelengkan kepalanya "Tidak, aku ingin segera pulang."
"Tapi kau baru saja sadar."
"Aku tidak apa-apa, dokter juga berkata kalau aku tidak mempunyai masalah apa-apa lagi."
"Baiklah, sore nanti aku akan mengantarmu pulang."
Xixi mengangguk "Iya."
Xixi tentu harus segera kembali ke rumah. Jika tidak, dia tidak bisa memberi pelajaran pada mereka yang sudah melukainya dan membuatnya terbaring lemah selama dua hari.