Kinara yang menjadikan Geffie sang suami sebagai panutan lantas harus di hadapkan dengan kenyataan terpahit yang menuntun dirinya membuka tabir kepalsuan yang di sembunyikan oleh suaminya selama ini.
Hati perempuan mana yang tak runtuh ketika melihat suami yang begitu penyayang dan penuh kehangatan, ternyata berselingkuh dengan sahabat dekatnya sendiri tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Ketika rasa terjatuh karena perselingkuhan suaminya semakin menusuk hatinya, Kinara dipertemukan dengan seseorang yang mempunyai luka yang sama dengannya.
Mampukah seorang Kinara memperbaiki segalanya? akankah segala hal yang mereka lalui berakhir dengan kandas? atau malah berlabuh ke lain hati?
Ikuti terus kisahnya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja liana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apakah kata maaf terlalu mudah?
Sementara itu di mansion kediaman Kafeel.
Nabila memasuki mansion dengan langkah pelan, berharap Kafeel tidak mengetahui kedatangannya kali ini, ia menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada Kafeel di sana.
"Lampunya mati, sepertinya aku aman." ucap Nabila yang melihat lampu di dalam mansion sudah gelap.
Namun sayangnya tepat setelah Nabila mengatakan hal itu dalam sekejap seluruh lampu ruangan menyala seketika, membuat Nabila langsung menelan salivanya secara kasar karena ia tahu siapa di balik menyalanya lampu ruangan tersebut.
"Dari mana saja kamu?" tanya Kafeel dari arah ruang tamu.
"..."
"Kenapa diam?" tanya Kafeel lagi sambil bangkit berdiri dan melangkah mendekat ke arah Nabila berada. "Jangan karena aku diam kamu bisa seenaknya ya Bi!" imbuhnya namun kali ini dengan nada yang sedikit meninggi membuat Nabila lantas tersentak kaget kala mendengarnya.
Bukan tanpa alasan karena ini adalah pertama kalinya Kafeel membentaknya selama satu tahun pernikahan mereka.
"Apa kamu marah Kaf, aku minta maaf ya." ucap Nabila dengan nada lirih ia tahu bahwa Kafeel tengah marah saat ini.
"Selalu saja kata maaf yang menjadi senjata andalan mu, apakah kata maaf ku menurutmu terlalu mudah di gapai sehingga kau selalu saja meremehkannya?"
"Bu... bukan begitu Kaf, aku mengakui kesalahanku dan aku juga meminta maaf, apa aku salah?" ucap Nabila tak mau kalah.
"Terserah padamu ya Bi aku benar benar sudah muak dengan semua ini!" ucap Kafeel hendak melangkah pergi namun langsung di tahan oleh Nabila dengan memeluknya dari belakang.
"Jangan pergi Kaf kumohon." ucap Nabila dengan nada setengah terisak.
Kafeel yang semula marah mendengar Nabila memohon lantas membuat hatinya melunak.
Kafeel kemudian lantas menggenggam tangan Nabila yang tengah memeluknya dengan erat.
"Jangan menangis, aku harap ini yang terakhir Bi, masuklah ke dalam aku tidak akan ke mana mana." ucap Kafeel kemudian.
"Kenapa kita tidak masuk bersama?" tanya Nabila.
"Sepertinya malam ini aku akan tidur di ruang kerja, aku harap kamu merenungi kesalahanmu." ucap Kafeel sambil mengusap air mata Nabila kemudian melenggang pergi.
"Aku tahu kamu akan luluh dengan air mataku, maafkan aku Kaf tapi aku sungguh tidak bisa melepaskannya." ucap Nabila dalam hati setelah kepergiaan Kafeel dari sana.
**
Setelah urusannya dengan Kafeel selesai Nabila merebahkan dirinya di ranjang miliknya, ditatapnya langit langit kamarnya pikirannya kali ini melayang jauh membayangkan Geffie, Nabila tersenyum kala mengingat adegan panas yang mereka lalui bersama ia kemudian mengambil ponselnya dan mendial nomor Geffie di sana.
"Halo" ucap Nabila setelah panggilannya terhubung.
"Ada apa?"
"Apa kamu sudah tidur?"
"Belum, bagaimana dengan Kafeel?" tanya Geffie kala mengingat bahwa Nabila juga terlambat pulang.
"Tentu saja Kafeel marah tapi aku sudah berhasil meredamnya, lalu bagaimana dengan Kinara?" tanya Nabila meskipun ia sudah menebak kalau Kinara pasti juga akan marah.
"Kamu pasti sudah tahu jawabannya, aku akan berusaha meluluhkannya, tak perlu terlalu khawatir." ucap Geffie menenangkan.
"Apa kamu yakin? aku bisa membantu mu jika kamu mau."
"Tidak perlu, sekarang lebih baik kamu istirahat ini sudah larut." ucap Geffie mengalihkan pembicaraan.
"Kamu juga"
"Miss you"
"Miss you too." ucap Nabila kemudian tak lama terdengar sambungan telepon terputus.
Sementara itu dari luar kamar Kafeel meremas daun pintu dengan kasar, niat hati ingin memperbaiki segalanya seakan lenyap ketika Kafeel tak sengaja mendengar obrolan Nabila di telepon.
"Kau tidak pernah berubah Bi, dan bodohnya aku selalu percaya dengan air matamu itu, Kinara... aku akan mencari tahu tentang mu." ucap Kafeel kemudian berlalu pergi meninggalkan kamarnya.
****
Keesokan paginya.
Dengan perlahan Kinara mulai membuka pintu kamarnya, di sisirnya setiap sudut ruangan mencari keberadaan sang suami. Pertengkarannya semalam membuat Kinara tidak bisa tidur, jika ditanya marah? tentu saja dia marah, hanya saja lagi lagi Delisha lah yang menjadi alasan terkuatnya untuk kembali mengalah dan mempertahankan keutuhan rumah tangga ini, sebenarnya anak adalah alasan klise yang selalu di gunakan orang tua untuk mempertahankan sebuah hubungan, padahal nyatanya hati yang belum merelakan adalah alasan terkuat hubungan itu tetap ada dan berjalan meskipun sudah tidak selaras.
"Jadi mas Geffie benar benar lebih memilih perempuan itu?" tanya Kinara dalam hati ketika tidak melihat Geffie di manapun.
Bau masakan tiba tiba saja tercium dan menyeruak memenuhi indra penciumannya. Kinara yang memang tidak pernah memperkerjakan pembantu untuk memasak, lantas mengerutkan keningnya dengan bingung sekaligus menerka nerka siapa yang sedang memasak di dapur.
Kinara yang penasaran lantas melangkahkan kakinya menuju dapur hendak melihat siapa yang memasak.
"Selamat pagi bunda." ucap gadis kecil itu dengan tersenyum cerah menatap kedatangan Kinara. "Sini bunda, duduk sini." imbuhnya lagi.
Kinara mengikuti arah tunjuk Delisha kemudian mengambil duduk di sebelahnya, dari arah dapur Geffie keluar dengan membawa sebuah nampan berisi spaghetti dan juga jus buah naga kesukaan Kinara. Kinara menatap dengan penuh tanda tanya ke arah Geffie sedangkan Geffie yang di tatap hanya tersenyum sambil meletakkan nampan berisi masakannya itu.
Setelah meletakkan makanan tersebut Geffie memasang raut wajah yang serius kemudian mulai berdehem.
"Maaf, aku mengerti aku salah dan telah menyakiti hatimu, aku janji aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama, aku benar benar menyesal." ucap Geffie dengan nada yang terdengar tulus.
"Bun maafin ayah ya bun..." ucap Delisha dengan nada yang memohon.
"Mas kita bahas ini nanti ya, jangan sekarang." ucap Kinara yang tidak enak karena ada Delisha.
"Oke kita bahas nanti, tapi untuk permintaan maaf ini aku membutuhkan jawabannya sekarang." ucap Geffie tidak ingin di bantah.
"Tapi mas..."
"Dimaafin ya bun, plis...." ulang Delisha lagi disertai dengan senyum yang lebar.
"Andaikan Delisha mengetahui permintaan maaf apa yang di minta ayahnya kali ini, apakah Delisha tetap akan mendukung ayahnya?" ucap Kinara dalam hati sambil menatap ke arah Delisha.
"Ku mohon Ra..." ulang Geffie yang kemudian di balas anggukan oleh Kinara.
"Yei!" teriak Geffie dan juga Delisha bersama sama seakan gembira melihat jawaban dari Kinara
Pada akhirnya Kinara terpaksa menerima permintaan maaf dari Geffie dan alasannya lagi lagi karena Delisha, sudah terlalu sering Geffie melibatkan Delisha dalam urusan ini, seakan Geffie tahu letak kelemahan Kinara adalah Delisha, bukankah semua manusia itu egois? mereka selalu saja mementingkan diri mereka sendiri tanpa memperdulikan orang lain, dan yang lebih parah lagi mereka selalu saja lempar batu sembunyi tangan. Apakah membangun sebuah rumah tangga yang dilandasi kejujuran merupakan sesuatu yang sulit? lalu mengapa berpaling lebih mudah dari pada mempererat suatu hubungan?
Bersambung