Perjodohan adalah hal yang tak pernah terlintas di hidup Caca.
Caca sama sekali tidak bisa membayangkan kalau masa depannya akan seperti ini. ia sudah kehilangan cinta pertamanya sejak 2tahun lalu, sekarang ia dipaksa harus menikah dengan anak dari sahabat mamanya.
Caca hanya takut jika yang di jodohkan dengannya adalah lelaki tua dengan perut buncit, atau kakek-kakek peot. Bagaimana jika nanti suaminya akan memperlakukannya dengan kasar dan membecinya seperti yang sering ia baca di dalam novel. Tapi kekhawatirannya itu ternyata salah besar, karena tuhan telah menjodohkannya dengan tuan muda berparas rupawan dengan hati seperti malaikat yang begitu menyayanginya.
*
*
"Jangan takut Acha" ujar pria itu dengan lembut.
DEG...
Caca terpaku mendengar suara lembut serta panggilan yang baru pertama kali ia dengar untuknya.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka selanjutnya? ikuti terus kisah cerita mereka disini ya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsha_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24 Caca Sakit
Caca keluar dari kamar mandi dengan tubuh menggigil gemetar.
Mereka tadi kembali melakukan penyatuan selama satu jam dikamar mandi.
Wajah Caca benar-benar sangat tidak bersahabat sekarang bibirnya memberenggut kesal, berbeda dengan Xanders yang wajahnya sangat berseri-seri.
Setelah selesai memakai baju Caca langsung membungkus seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Hiks... Hiks..." Caca menangis terisak di dalam selimut.
Xanders yang mendengar Caca menangis dengan cepat menghampiri sang istri.
"Loh sayang kenapa nangis?" tanya Xanders sedikit panik.
Bukannya mereda, tangis Caca justru semakin kencang.
"Eh kok makin kencang nangisnya" panik Xanders.
"Sayang buka dulu selimut nya aku gak bisa liat muka kamu"
"Sayang"
"Acha buka dulu ya selimutnya" bujuk Xanders.
Akhirnya Caca membuka selimut yang membungkus tubuhnya. Terlihat wajah pucat Caca serta mata yang berlinang penuh air mata.
Xanders tertegun, rasa bersalah mulai menggerogoti hatinya.
"Sayang" panggil Xanders.
"Badan aku sakit semua tau gak, itu aku juga makin sakit gara-gara kamu"
"Semalem kamu bilang nya mau kerja tapi kamu malah gempur aku sampai pagi".
"Terus tadi kamu bilangnya cuma mau bantuin mandi tapi kamu gempur aku lagi sampai satu jam, dingin tau hiks...hiks" ujar Caca terisak-isak.
Rasanya dia sudah tak kuat untuk melakukan apa-apa badannya terasa remuk redam.
Xanders merasa bersalah sekali pada istrinya, dia menyesal karena tak bisa menahan hasratnya.
"Maaf sayang, abisan tubuh kamu candu banget bikin aku jadi khilaf terus".
"Semalam kan niatnya emang mau kerja sayang tapi kamu malah godain aku" ujar Xanders.
"APA KAMU BILANG?"
"AKU GAK GODAIN KAMU YA!" Ujar Caca tak terima, enak saja dirinya dikatai menggoda.
"Ya kan semalem kamu cium pipi-" belum selesai Xanders bicara Caca sudah menyelanya.
"Kamu juga biasanya cium-cium aku, malah kamu cium di bibir tapi aku gak perkosa kamu kok" ujar Caca sewot.
Xanders menggaruk tengkuknya, iya sih memang benar apa yang dikatakan Istrinya ini.
"Bukan perkosa sayang, kan kita suami istri memang udah wajib dong".
"Lagian semalam kamu juga bilang Faster baby, yeah terus lebih dal-"
Ucapan Xanders terputus karena mulutnya di bungkam oleh Caca.
"HUAAAAA...." Tangis Caca kembali pecah.
"Jangan di ingetin lagi dong" kata Caca, pipinya bersemu merah dia malu jika mengingat kegiatan panas mereka semalam.
Xanders terkekeh, lucu sekali istrinya ini.
"Maaf sayang udah ya jangan nangis lagi."
"Sebagai permintaan maaf aku kamu boleh minta apa aja deh".
"Kamu mau apa? Permen?" Tanya Xanders.
Apa katanya permen? Apa Xanders pikir dia ini sedang membujuk anak kecil.
"Gempur istri elit ngasih istri pelit" sindir Caca dengan julid.
"Ya ampun istriku sayang becandaaa" ia mencium gemas pipi chubby istrinya.
"Aku ada kuliah tau pagi ini terus gimana aku berangkatnya, sakit banget buat jalan" ujar Caca lesu.
"Gak usah berangkat sayang, nanti biar aku yang izinin kamu tenang aja" Xanders mengelus kepala Caca, lalu dia ikut merebahkan dirinya.
Xanders memeluk Caca dari belakang membubuhkan banyak kecupan di kepala istrinya.
"Maaf sayang".
Tak ada jawaban dari Caca, namun terdengar suara dengkuran halus ternyata Caca sudah tertidur dalam pelukan hangat Xanders.
"Capek banget ya istri aku ini" Xanders terkekeh melihat Caca yang sangat pulas sekali tidurnya.
Kemudian Xanders bangkit secara perlahan takut jika pergerakannya bisa membangunkan istri cantiknya.
Xanders berjalan menuju dapur, dia akan memasak untuk sarapan mereka nanti.
Sesampainya di dapur dia langsung menyiapkan semua bahan masakan yang di perlukan.
Setelah berkutat cukup lama di dapur akhirnya masakan nya pun selesai. Xanders langsung membawanya ke meja makan menata nya dengan sangat rapih.
"Udah selesai, sekarang tinggal bangunin Acha" gumam Xanders.
Sebelum membangunkan Caca dia lebih dulu membersihkan dirinya.
Setelah selesai Xanders menghampiri Caca. Dia terlihat gelisah dalam tidurnya, Caca bergumam meracau tak jelas.
"Acha sayang bangun" panggil Xanders.
Caca tak merespon sama sekali, Xanders menempelkan punggung tangan nya pada kening Caca.
Seketika dia panik saat tubuh istrinya panas sekali.
Dia langsung menghubungi Dokter John untuk datang kerumahnya.
"Ya tuhan kamu demam sayang, badan kamu panas banget".
Xander langsung berlari menuju dapur mengambil kompresan untuk sang istri.
"Acha sayang, sayang bangun."
"Kamu jangan bikin aku khawatir kayak gini".
Mata yang semula terpejam kini terbuka secara perlahan.
"Xanders pusing" ujar Caca lirih.
"Iya sayang sebentar ya, aku udah telvon Dokter John tadi".
"Aku kompres ya biar demamnya turun".
Xanders mulai menempelkan kain pada kening sang istri.
"Selimutnya dibuka aja ya biar panasnya keluar"
"Gak mau dingin".
"Tapi badan kamu panasnya tinggi sayang" Xanders berusaha membujuk Caca.
Namun Caca menggeleng tanda tak mau, akhirnya Xanders pun mengalah.
Handphone yang berada di saku celana Xanders bergetar, ternyata itu pesan dari Dokter John yang mengatakan bahwa dia sudah sampai di depan.
"Sayang aku turun dulu ya, Dokter Johh udah di depan".
Caca mengangguk masih dengan mata terpejam.
Tak lama kemudian Xanders kembali ke kamar bersama Dokter John di belakangnya.
Dokter John langsung memeriksa keadaan Caca.
"Nona Muda kelelahan dan kurang istirahat tuan" ujar Dokter John.
Bagaimana Caca tidak kelelahan kalau Xanders saja menggempurnya tanpa henti.
"Nona muda butuh istirahat yang cukup, ini saya sudah resepkan obatnya, tuan bisa menebusnya di apotik".
"Tidak ada yang bahaya?" tanya Xanders.
"Tidak Tuan Muda".
"Baiklah"
Setelah kepergian Dokter John Xanders menelvon mang ujang memintanya untuk menebus obat ke apotik.
"Sayang makan dulu ya".
"Gak mau Xanders pahit mulutnya".
"Kamu belum sarapan sayang, nanti juga mau minum obat kan".
Caca menggeleng "Gak mau makan".
"Sedikit aja sayang buat isi perut kamu biar gak kosong" Xanders membujuk Caca.
Akhirnya Caca pun mengangguk.
"Ya udah bentar aku ambilin dulu" Xanders turun ke dapur untuk mengambil makanan yang sudah dia siapkan tadi.
...****************...
"Aku minta maaf sayang, gara-gara aku kamu jadi sakit kayak gini" ujar Xanders merasa bersalah.
"Iya gapapa".
"Tapi besok kamu gak usah minta kayak gitu lagi".
Xanders memasang wajah memelasnya.
"Sayang Jangan gitu dong" bujuk Xanders.
"Terserah pokoknya aku gak mau lagi, kamu kalo udah gempur aku gak bisa udah" ketus Caca.
"kamu liat sendiri kan sekarang aku jadi sakit gini".
"Besok gak bakal lama deh" ujar Xanders berusaha meyakinkan Caca.
"Tapi gak janji" Lanjutnya dalam hati.
"Aku gak percaya sama kamu, tadi aja bilangnya cuma mau bantuin mandi tapi kamu ngajak lagi" sinis Caca.
Xanders hanya cengengesan mendengar ucapan Caca.
Tiba-tiba....
"XANDERS JULIANO SMITH KELUAR KAMU"
Teriakan menggelegar terdengar dari lantai bawah.
Pemilik suara itu sudah pasti Rere Latusia Smith sang Mommy tercinta.
"Mampus apalagi ini" gumam Xanders.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung.....
udah kepo banget nih sama ceritanya
Nanti author kasi link
lanjut Thor jangann kasih kendor
dari kemarin ada niatan mau bikin tapi masih maju mundur😓😓
lanjutt lgi thorr
fiks orang-orang harus baca sih gila banget nih author nya bikin cerita sebagus itu