1. Gairah sang kakak ipar
2. Hot detective & Princess bar-bar
Cerita ini bukan buat bocil ya gaess😉
___________
"Ahhh ... Arghh ..."
"Ya di situ Garra, lebih cepat ... sshh ..."
BRAKK!
Mariam jatuh dari tempat tidur. Gadis itu membuka mata dan duduk dilantai. Ia mengucek-ucek matanya.
"Astaga Mariam, kenapa bermimpi mesum begitu sih?" kata Mariam pada dirinya sendiri. Ia berpikir sebentar lalu tertawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Siapa?" Iren keluar dari kamar mengenakan piyama Matthew. Pria itu meliriknya.
"Biasa, bocah nakal. Kau pasti kenal suaranya kan?" sahut pria itu. Iren tertawa kecil. Ia tidak mau keluar tadi karena dia tahu pasti akan malu. Baru habis begituan, di dengar sama orang dan langsung ketemu sama orangnya. Sudah begitu orang itu Mariam lagi, yang blak-blakan dan suka sekali menggoda. Jelaslah Iren lebih pilih menghindar. Lagian hobi sekali gadis itu datang di waktu yang tidak tepat begini.
"Mariam kenapa ke sini?" tanyanya.
"Cari Foster."
"Oh,"
Iren lalu berbalik ingin masuk kamar lagi, namun Matthew buru-buru menghentikannya. Memeluknya dari belakang sembari menghirup wangi tubuhnya.
"Bagaimana kalau kita menikah saja?" gumam pria itu di ceruk leher Iren. Mereka sudah lama berhubungan, makin hari hubungan mereka makin dekat. Dan bukan baru sekali Matthew meminta untuk menikahi Iren. Namun entah kenapa Iren masih takut menikah. Padahal, kehidupan mereka sudah seperti pasangan suami istri. Iren sering sekali menginap di apartemennya. Tapi ketika diminta menikah, wanita itu akan menghindari pembicaraan itu.
"Matt, kita sudah pernah membahas ini. Bisakah kau menunggu sampai aku siap?" ucap Iren. Matthew menarik napas panjang.
"Hmm ... Baiklah. Aku akan menunggumu." kata pria itu tidak memaksa. Ia takut Iren malah akan menjauhinya kalau dirinya terus memaksa. Mungkin Iren memang masih takut dengan kehidupan pernikahan, takut kalau mereka menikah, nantinya mereka akan berpisah. Matthew mencoba untuk mengerti. Untuk sekarang, tidak ap-apa seperti ini. Dia berharap Iren akan setuju menikah dengannya suatu hari nanti.
Matthew mengecup leher Iren dari belakang.
"Apa kau masih kuat? Mau main seronde lagi?" pintanya kemudian. Iren tersenyum, tangan wanita itu terangkat meraih kepala Matthew yang setia berdiri dibelakangnya, dan mengacak-acak pelan rambut pria itu.
"Satu ronde saja, jangan lebih." katanya. Matthew menyeringai, kemudian mengangkat tubuh Iren, menggendongnya ke kasur.
Iren terkesiap ketika merasakan jemari Matthew menyentuh bagian tubuhnya yang paling sensitif. Lagi dan lagi. Bagian itu telah disentuh berkali-kali, namun tetap saja Iren selalu tegang. Matthew punya banyak sekali cara yang bisa membuat merasa kalau dirinya masih seperti gadis perawan. Iren tertawa pelan. Perawan? Perawan apanya, dirinya sudah dimasuki berkali-kali oleh laki-laki. Pertama mantan pacarnya yang kasar, dan kini laki-laki yang tengah berada di atasnya ini. Laki-laki yang dia cintai.
"Matthew ..." erang Iren.
"Hmm? Apakah sentuhanku enak?" tanya Matthew parau.
Ia menyelipkan satu jari di dalam sana lalu mencumbu bagian itu. Awalnya lembut, kemudian lidahnya mulai menusuk makin dalam, dan makin liar. Menyesapnya kuat-kuat lalu melakukannya lagi. Iren terpekik dan mencengkram pundak Matthew erat-erat. Matthew berhenti sebentar dan mendongak ke Iren.
"Jawab aku sayang, apakah itu tadi enak? Kau menyukainya?"
"Mm." Iren mengangguk. Lalu Matthew kembali beraksi. Mendapatkan titik paling sensitif Iren, mempermainkan kli toris wanita itu dengan membabi buta.
"Ohh ... Ahhh ..." Iren tak tahan lagi. Ia men desah kuat. Tidak mampu menahan serangan luar biasa yang membuat seluruh tubuhnya bergetar hebat. Mulutnya terbuka, rangsangan Matthew membuatnya serasa terbang melayang.
"Ahh ... Matt ... Matt ... Sshh ..." Iren mendesis kuat. Matthew membawanya merasakan pelepasan yang luar biasa, selalu begitu. Matthew selalu berhasil membuatnya melayang.
Belum benar-benar menikmati pelepasan yang begitu luar biasa itu, junior Matthew sudah mendesak masuk ke dalamnya, membuat Iren merasa penuh dan sesak. Dan ketika pinggul pria itu mulai bergerak, memompanya, keluar masuk dengan tidak sabaran, Iren mau gila rasanya. Oh, ya ampun. Kenapa Matthew seenak ini? Ia tidak berhenti-berhenti mende sah. Membuat Matthew makin tertantang untuk bergerak lebih dalam. Membawa mereka pada orgasme yang begitu luar biasa.
"Ahh .... Yes ..." keduanya mende sah bersama saat puncaknya datang. Matthew mengecup bibir Iren sekilas, membiarkan miliknya berada dalam lubang wanita itu sebentar, lalu mengeluarkannya dan berbaring disamping Iren.
"Kau tahu, tubuhnya selalu menjadi canduku." gumam Matthew ditelinga Iren. Wanita itu tersenyum.
"Ceritakan pengalaman se ks pertamamu." kata Iren. Ia ingin tahu. Mereka sama-sama sudah dewasa. Dan saat berhubungan, keduanya memang tidak perawan dan perjaka lagi. Jadi menanyakan hal itu adalah hal yang biasa bagi Iren.
Matthew menatap Iren.
"Kau yakin ingin dengar?"
"Ya."
Matthew menghadap wanita itu lalu mulai bercerita.
"Waktu itu aku ke club bersama salah satu temanku. Bukan Foster. Kami minum-minum sampai mabuk berat. Lalu seorang perempuan panggilan yang bekerja di club tersebut tiba-tiba naik ke pangkuanku. Mulai mencumbuku. Kami menyewa ruangan VIP jadi di dalam ruangan itu hanya ada aku, temanku, dan dua wanita panggilan yang bertugas melayani kami." kata Matthew panjang lebar.
"Jangan bilang kalian berempat melakukan bersama di dalam?"
"Seperti itulah kejadiannya. Tapi kau tahu, siapa yang aku bayangkan?"
"Apakah itu aku?" tebak Iren dengan percaya diri. Matthew tertawa.
"Mm, wajahmu sangat jelas dalam bayanganku. Bahkan tiap kali berhubungan dengan para wanita itu, aku selalu membayangkan wajahmu. Katakan, apa kau marah? Aku memang sangat gila waktu itu."
"Bagaimana dengan sekarang? Apa kau masih tertarik menyentuh perempuan lain?" Iren menatap Matthew serius. Lelaki itu menggeleng.
"Tidak. Tidak akan lagi. Aku berjanji padamu. Waktu kau pacaran dengan laki-laki lain, dan bilang kau sangat mencintainya, aku pikir itu adalah akhir dari cinta diam-diamku padamu. Aku tidak menyangka akhirnya kita akan bersama. Aku bisa mendapatkanmu setelah bertahun-tahun, aku mencintaimu, dan tidak mau kehilanganmu. " ucap Matthew jujur. Iren terharu. Ia mengecup lembut bibir Matthew.
"Aku juga mencintaimu. Aku akan memikirkan lagi tentang pernikahan kita." mendengar itu Matthew tersenyum bahagia. Ia berharap Iren akan setuju, dan mereka bisa segera menikah.
hati zoey pasti berdebar-debar terpaku