Di tolak tunangan, dengan alasan tidak layak. Amelia kembali untuk balas dendam setelah delapan tahun menghilang. Kali ini, dia akan buat si tunangan yang sudah menolaknya sengsara. Mungkin juga akan mempermainkan hatinya karena sudah menyakiti hati dia dulu. Karena Amelia pernah berharap, tapi malah dikecewakan. Kali ini, gantian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*1 Mulai
"Nona muda."
"Tuan muda Ricky sudah menunggu di lantai atas."
"Baik, terima kasih. Saya ke sana sekarang juga."
Amelia melangkah menaiki anak tangga menuju lantai dua. Gadis muda belia nan cantik itu terlihat sangat anggun ketika melangkah menaiki satu persatu dari anak tangga yang tersusun dengan rapi. Wajah cantik milik si gadis masih terlihat tenang. Meski sebenarnya, jantung dari si gadis sedang tidak baik-baik saja.
Beberapa tahun yang lalu, dia ditunangkan dengan tuan muda dari keluarga Amerta. Ricky Dirgantara Amerta. Tuan muda yang tampan rupawan. Punya kedudukan tinggi, anak satu-satunya dari keluarga terkemuka nan berkuasa. Keluarga Amerta yang terkenal dan sangat terpandang.
Sementara itu, Amelia Racham adalah anak pertama di keluarga Racham. Putri sah yang tidak memiliki kasih sayang yang lengkap. Karena di usia yang sangat muda, dia telah kehilangan mama yang sangat dia sayangi. Lalu tak lama berselang setelah kehilangan sang mama, papanya malah membawa istri baru lengkap dengan anak har*am nya sekalian. Adik perempuan yang umurnya hanya berselisih setengah tahun dengan Amelia.
Sungguh luar biasa ulah papanya ini. Bukannya setia, tapi malah menampakkan belangnya secara langsung setelah kepergian istri sah. Sungguh menyakitkan bagi Amelia. Orang tua yang dia harapkan bisa menjaga dirinya, kini malah membagi kasih dengan orang lain. Membuat dirinya seolah terbuang karena tidak terlalu diperhatikan.
Namun, di tengah kemarau, akhirnya hujan turun. Berkat kakek neneknya yang begitu akrab dengan keluarga Amerta yang sangat dihormati, dia pun dijodohkan dengan putra tunggal pewaris dari keluarga tersebut.
Perjodohan itu sudah direncanakan sejak Amelia masih berada dalam kandungan sang mama. Jika yang lahir adalah anak perempuan, maka akan dinikahkan dengan pewaris dari keluarga Amerta yang sudah berusia lima tahun saat itu.
Dan, rencana itu akhirnya berlanjut. Yang lahir adalah anak perempuan. Kedua keluarga pun sepakat menjodohkan anak tersebut. Pertunangan akhirnya di lakukan beberapa tahun yang lalu. Tepatnya, saat Amelia berusia dua belas tahun.
Pertunangan yang membuat kesal mama dan adik tirinya. Jika saja bisa diubah, tentu saja mereka akan menggantikan Amelia dengan Citra. Anak tidak sah yang papa Amelia bawa pulang di saat usia Amelia baru menginjak sepuluh tahun.
Saat ini, usia Amel baru memasuki lima belas tahun. Tunangan yang sudah berusia dua puluh tahun itu tidak pernah dia temui secara langsung. Karena, si tunangan tidak ada di tanah air selama ini. Dia yang akan menjadi kepala keluarga dari keluarga ternama tentu harus mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin. Dia harus matang dari segala aspek. Karenanya, dia pun terpaksa menjalani hidup diluar negeri agar pendidikannya bisa melebihi orang lain.
Tapi, beberapa hari yang lalu, si tunangan pulang. Entah karena pendidikannya sudah selesai, atau karena ada alasan lain. Yang jelas, pria terkenal yang selalu jadi pokok pembicaraan itu sudah ada di kediaman Amerta sekarang.
Amel sebagai tunangan pun tiba-tiba menerima panggilan dari pengurus rumah keluarga Amerta, yang mengatakan kalau tuan muda mereka ingin bertemu. Sungguh, Amel tidak habis pikir. Tunangannya ini pria seperti apa sebenarnya? Masa yang datang menyapa bukan si laki-lakinya? Malahan dia selaku perempuan yang datang untuk melihat prianya.
Kesal sebenarnya. Tapi Amel tidak ingin terlalu berburuk sangka. Dia yang dipanggil harus datang. Karena mungkin, si tunangan punya alasan yang lebih kuat untuk tidak memperlihatkan wajahnya di keluarga Racham.
Berjalan beberapa saat, akhirnya, Amelia tiba juga ke tempat yang ingin dia tuju. Tempat yang dikatakan kepala pelayan tadi. Tidak sulit bagi Amel untuk menemukan kamar belajar Ricky. Karena sebelumnya, Amel sudah pernah di ajak ke kediaman Amerta oleh kepala pelayan tersebut untuk memperkenalkan setiap sudut dari kediaman Amerta yang nantinya akan menjadi tempat tinggal Amel.
Jantung Amel semakin berdetak kencang ketika langkah kakinya sampai ke depan pintu dari ruangan yang ingin ia tuju. Sungguh, perasaan gugup semakin menguasai hati. Maklum, melihat secara langsung tentu sangat amat jauh berbeda dengan melihat orang lewat foto saja bukan?
Ah, iya. Tentu saja mereka tidak pernah bicara secara langsung. Entah apa alasannya, mereka berdua selalu saja tidak punya kesempatan untuk bicara lewat udara. Padahal, ini jaman sudah canggih. Bukan jaman yang tidak punya alat komunikasi lagi.
'Ayolah, Mel. Jangan gugup.' Amel bicara dalam hati untuk menguatkan diri.
Tangannya pun langsung mengetuk pintu yang masih tertutup rapat. Dua kali ketukan, suara bariton yang ada di dalam sana langsung terdengar.
"Masuk."
Berat tangan Amel untuk membuka pintu. Tapi, tetap saja dia harus melakukannya. Pintu Amel dorong secara perlahan, hingga pada akhirnya, si penghuni yang ada di dalam sana langsung terlihat.
Deg. Mata Amel menatap lekat wajah rupawan yang ada di dalam kamar tersebut. Pria muda yang sangat tampan penuh dengan kharisma dan wibawa sedang duduk di kursi belakang meja. Awalnya, pria itu sibuk dengan laptop yang sedang ada di depan mata. Namun, saat melihat Amel, pria itu langsung mengalihkan pandangannya dari apa yang sebelumnya dia lihat.
Tak hanya itu saja, pria itu juga langsung bangun dari duduknya. Tatapan mata tajam menusuk, setajam mata elang yang sedang melihat mangsa. Garis wajah yang terbentuk dengan sangat indah, rambut lurus yang jatuh di sebagian dahi. Pria muda yang sangat sempurna. Meski baru berusia muda, kharisma kepemimpinan sudah sangat terlihat darinya.
"Nona muda."
"Siapa namamu?"
Satu pertanyaan yang Ricky lontarkan. Yang langsung membuat Amel merasa tidak nyaman. Mereka adalah pasangan yang sudah ditunangkan. Tapi mengapa Ricky tidak tahu namanya.
"Nama ku-- "
"Ah. Tidak penting siapa nama kamu. Karena hadirmu di sini sekarang adalah karena aku ingin bicara hal yang penting padamu," ucap Ricky memotong dengan cepat.
"Nona muda. Kamu tidak layak jadi tunagan ku."
Deg. Kata-kata yang bagai petir di siang hari. Kata-kata yang langsung membuat mata Amel membelalak sempurna. Bagaimana bisa? Bagaimana mungkin, pria yang dia anggap akan memberikan ia kasih sayang, yang akan menjadi suaminya di masa depan, malah mengatakan hal yang tidak ingin dia dengar.
Memang, perjodohan ini adalah kehendak orang tua. Para tetua yang sudah tiada yang mengaturnya dulu. Tapi, bukan berarti Amel tidak mengharapkannya. Dia yang tidak dihargai di keluarga Racham, sangat berharap bisa menikah dengan Ricky yang sejujurnya sudah mencuri hati saat pandangan pertama lewat selembar foto.
Dan lagi, dia bertahan di keluarganya juga karena perjodohan itu. Jika bukan karena permintaan nenek dan kakeknya, lalu diperkuat dengan permintaan sang mama yang sangat berharap dia bisa menjadi bagian dari keluarga Amerta yang terkemuka, mungkin, dia sudah lama meninggalkan rumah yang tidak lagi seperti rumah baginya sejak lima tahun terakhir. Tepatnya, sejak sang papa membawa pulang anak tidak sah beserta wanita selingkuhan si papa selang beberapa bulan dari kepergian mamanya.
🌹 dulu... nanti lanjut lagi