Ini kisah cinta Sinaga, pria beristri yang jatuh cinta pada wanita yang mengandung anaknya. Mereka bukan kekasih, bukan musuh. Mereka hanya orang asing yang terjebak oleh keadaan. Karena satu malam, Moza hamil. Bagaimana Moza menjalani hidupnya? Apa Naga tahu, bahwa wanita asing itu mengandung benih yang tak sengaja ia tanam.
Follow akun Instagram Sept
Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berdarah Darah
Naga terhenyak, tiba-tiba saja ada seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kantornya dan marah-marah. Tapi tunggu dulu, pria itu mengamati Madam Antony dengan saksama, Naga nampak tak asing dengan sosok wanita yang tengah marah kepadanya saat ini.
"Maaf, apa yang anda katakan?"
"Jangan basa-basi, katakan di mana anak saya Moza!" bentak Madam Antony tanpa rasa takut.
Untuk sekilas wajah Sinaga nampak serius, seolah ikut berpikir. Ke mana wanita asing itu?
"Maaf, anda salah alamat," ucap Naga. Pria itu kembali teringat, kejadian di sebuah rumah sakit beberapa hari lalu.
Naga juga tahu, pekerjaan Moza itu apa. Bila wanita di depannya adalah ibu kandung Moza, jelas ia tak percaya. Sikap kasar saat di taman rumah sakit tempo hari, seolah membuat Naga berspekulasi bahwa Madam Antony pasti bukan ibu Moza.
"Eleh ...! Tidak usah mengelak! Terakhir kali Moza pergi bersamamu. Tolong kembalikan putri Saya!" Madam Antony terus mendesak Sinaga. Ia yakin, pria itu sudah menyembunyikan tambang emasnya.
"Nyonya, hentikan! Bila Nyonya terus melakukan keributan, maka saya tak segan-segan memanggil petugas keamanan!"
"Cih!" Mata Madam Antony melotot, seakan ingin keluar. Ia sangat marah, karena berani-beraninya Naga mengusir pakai mengancam dengan mendatangkan petugas keamanan. Karena ini bukan area kekuasaannya. Madam pun angkat kaki dengan kesal yang memenuhi hatinya.
"Tunggu saja! Kita lihat nanti!" batin Madam sembari berbalik dan meninggalkan ruangan Sinaga.
Ternyata, Madam menepati ucapannya. Ia sedang menunggu di depan perusahaan Sanrio Group bersama beberapa orang-orang yang berbadan sangar.
Mereka semua sedang membuntuti Naga. Sebab Madam Antony yakin, Moza pasti disembunyikan oleh pria itu.
Ketika langit semakin gelap, saat jalan mulai sepi. Mendadak mobil madam menghentikan laju kendaraan Naga.
Kontrak pria itu menginjak pedal rem dengan mendadak. Hampir saja mobil mereka bertabrakan.
Marah, Naga pun keluar dari mobilnya. Ia mengetuk kaca mobil yang menghalanginya itu dengan kencang.
"Keluar!" teriak Naga yang emosi. Ia hampir saja celaka kalau tidak mengerem tepat waktu.
Tok tok tok
Naga terus mengedor kaca mobil itu, hingga semua pintu pun perlahan terbuka dari dalam.
Empat orang pria berbadan sangar bak algojo keluar dari masing-masing pintu yang berbeda. Dua orang membawa tongkat besar, satu dengan tangan kosong namun sudah mengepal, satunya lagi memegang sebuah senjata yang sudah terarah kepada dirinya.
Kontan Naga mundur, lawan tak imbang. Bila Naga nekat melawan, sama artinya ia mati konyol.
Saat memutuskan untuk berbalik, tiba-tiba ...
BUGH
Tongkat balok yang keras itu sudah meluncur ke punggung Naga, membuat pria itu langsung jatuh di aspal hitam.
Dari dalam mobil, sebuah kaki keluar secara perlahan.
Dengan mata yang berkunang-kunang, karena kepalanya sempat membentur aspal. Naga menatap siapa yang berjalan ke arahnya.
Ia menatap dengan samar, dari ujung kaki sampai kepala.
"Ish!" Pria itu mendesis. Wanita yang sama, yang mencari gara-gara padanya tadi siang.
Madam Antony berjalan mendekati Naga, kemudian berjongkok.
Ia berbisik pada pria yang sudah hampir pingsan itu.
"Di mana Moza?"
Naga malah tersenyum getir, mengapa menanayakan gadis itu padanya? Apa hubungan mereka? Sebuah takdir buruk yang harus segera diputus.
Melihat Naga tersenyum, emosi Madam kembali tersulut.
"Hajar dia, sampai ia mengaku. Di mana ia menyembunyikan Moza!" titah Madam pada anak buahnya.
Malang bagi Naga, pria yang tak tahu apa-apa itu. Harus menerima pukulan demi pukulan. Mereka tak sebanding, Naga hanya seorang diri.
Malam ini, pria itu harus pasrah. Mendapat banyak luka lebam di tubuhnya.
Beberapa saat kemudian.
Naga sudah hilang kesadarannya, Madam meletakkan pria itu begitu saja di tepi jalan.
"Bagaimana, Madam? Sepertinya dia benar-benar tidak tahu. Hinga babak belur ia tidak mau mengaku!" ucap seorang pria sembari memegang tongkat balok yang sudah berlumur darah.
Madam terlihat sinis, seperti macan lapar. Ia ingin menerkam siapa saja yang dilihatnya.
"Cepat tinggalkan tempat ini, sebelum polisi datang! Jangan lupa ... hancurkan semua bukti-bukti yang ada!" titah Madam Antony pada seluruh anak buahnya.
"Baik Madam!"
Salah satu orang Madam, menyiram bensin ke mobil Naga. Menyeret Naga yang sudah babak belur ke semak-semak. Dan begitu mobil Madam melaju meninggalkan lokasi kejadian. Terdengar dentuman suara yang keras.
BOOMMM
Mobil Naga meledak, membakar semua yang ada di dalamnya. Tak hanya itu, rekaman CCTV di sepanjang jalan itu juga mereka hancurkan.
Madam benar-benar penjahat original, bukan penjahat biasa. Bukan pula penjahat kaleng-kaleng. Wanita itu adalah ibu dari penjahat di lingkungan gelap. Madam Antony, siapa yang berani mengusiknya, artinya mati.
Beberapa hari kemudian.
Di sebuah rumah sakit, Naga setengah terbaring dengan luka perban di kepala, punggung dan lengan. Dan sebuah goresan di punggungnya, sampai sekarang ia masih merasakan perihnya.
"Siapa yang melakukannya? Mengapa tak melapor polisi?" Sierra merasa kesal, marah dan benci. Ia sebal, karena suaminya tak mau mengusut penyerangan ini.
Meski hanya suami di atas kertas, tidak ada perasaan di antara mereka. Tetap saja, Naga sudah menjadi suaminya setahun ini. Ia merasa tidak terima, Naga diserang begitu saja. Harus segera diusut tuntas.
"Sudahlah!" ucap Naga dengan dingin. Ia malah kepikiran dengan nasib Moza, wanita asing yang pernah terlibat satu kesalahan dengannya.
Naga masih tak menyangka, mengalami penyerangan di malam itu. Ia yakin, wanita itu bukan sembarang orang.
"Mas!"
Naga menoleh. "Aku bilang akan aku urus sendiri!"
Kesal, Sierra memilih pergi meninggalkan ruang rawat suaminya.
"Kenapa dia dihajar sampai begitu? Apa yang kamu lakukan Mas?" batin Sierra sembari menyandarkan kepalanya pada tembok yang dingin, sedingin sikap Naga pada dirinya.
Enam tahun kemudian.
"Sendy!"
Moza melotot pada anak kecil yang terus berlari ke sana ke mari di sebuah mini market yang ada di sebuah kota kecil.
"Ayo Ma ... kejar Sendy!" gadis enam tahun dengan kuncir dua itu malah meledek sang Mama yang sudah kelelahan mengejar Sendy.
"Awas ya, kalau kena!" ancam Moza dengan gerakan seakan ingin menerkam.
Takut, gadis kecil berambut panjang di kepang dua itu pun lari amat kencang.
BUGH
Karena lari terburu-buru, Sendy tak sengaja menabrak seorang pria berpakaian rapi. Setelan jas navi dengan dasi polkadot, pria yang tampan. Bersambung.