Valerie terpaksa menikah dengan Davin karena permintaan terakhir papanya sebelum meninggal. Awalnya, Valerie tidak tahu-menahu tentang rencana pernikahan tersebut. Namun, ia akhirnya menerima perjodohan itu setelah mengetahui bahwa laki laki yang akan dijodohkan dengannya adalah kakak dari Jean, pria yang diam-diam ia kagumi sejak SMA dulu, meskipun Jean pernah menolaknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Alkohol
Valerie menuangkan alkohol ke dalam gelas ketujuh milik suaminya.
"Lo sayang gak sama gue?" tanya Valerie, menatap suaminya dengan serius.
"Seberapa besar rasa sayang lo sama gue?"
"Kalau gue punya cowok lain selain lo, kira-kira lo bakalan marah atau enggak?"
"Emang dari sikap saya kelihatan banget ya kalau saya gak sayang sama kamu?" tanya Davin, dengan nada yang mulai terdengar cemas.
"Saya sudah gak punya siapa-siapa lagi, Agata. Saya cuma punya kamu sama Jean."
"Kalaupun Jean besok sudah menikah, saya cuma punya kamu. Gak mungkin kalau saya gak sayang sama istri saya."
"Tapi kan lo tahu kalau gue gak sayang sama lo."
"Rasa sayang sama seseorang gak bisa dipaksa, tapi saya masih berusaha biar kamu bisa sayang sama saya."
"Terus, kalau gue deket sama cowok lain, kira-kira lo marah gak?"
"Kamu lebih sayang sama Jean, saya cemburu. Apalagi kalau kamu sama laki-laki lain."
"Saya jadi pengen tahu, Jean ngasih apa ke kamu sampai kamu bisa sejatuh cinta itu sama dia?" tanya Davin sambil menatap istrinya serius.
"Lo udah mabok ya?" tanya Valerie, menatap mata suaminya yang terlihat sayu.
"Jawab dulu pertanyaan saya."
"Gak tahu, gue sayang aja sama dia. Gue udah sayang sama dia sejak SMA dulu."
"Emangnya lo gak pernah ngerasain jatuh cinta sama orang?"
"Jatuh cinta sama istri saya sendiri."
"Vin..."
"Lo kayaknya udah mabok banget deh. Gue bantu balik ke kamar lo aja ya?" tanya Valerie, panik.
"Kamu mau ngejebak saya pakai minuman ini kan?"
"Saya gak selemah itu. Kalaupun kamu nyuruh saya minum 20 gelas, juga saya masih kuat."
"Lo bohong, Vin. Mata lo udah sayu banget."
"Gue takut lo sakit."
"Kenapa? Harusnya kamu senang kan kalau saya sakit?"
"Biar bisa cerai tanpa persetujuan saya."
"Ya, gue suka. Tapi lo jangan mati."
"Gue gak suka lihat lo mati. Siapa yang mau ngurusin perusahaan segede itu kalau lo mati?"
"Nanti yang ada teman-teman lo nuduh gue yang nggak-nggak. Mereka pasti ngira kalau gue ngeracunin lo."
"Gue gak mau ya."
"Gue gak mau masuk penjara."
••••••••
"Pak Davin hari ini kenapa?" Semua karyawan menatap ekspresi wajah Davin yang benar-benar berbeda dari biasanya.
"Sumringah banget."
"Jadi takut gue kalau Pak Davin sebahagia itu."
"Apa jangan-jangan dia udah punya cewek?"
"Pak Davin jatuh cinta?"
"Temen saya habis kamu kasih apa?" tanya Dilan sambil melirik ke arah Valerie.
Valerie memutar bola matanya. Sejak kapan laki-laki itu ada di sampingnya?
"Gak dikasih apa-apa." jawab valerie
"Gak mungkin."
"Gak mungkin Davin jadi sebahagia ini tanpa hal yang jelas." sahut dilan.
"Udah dikasih jatah ya suaminya Bu?" tebak dilam.
"Pak... ini lagi di kantor.....jangan bahas hal itu, " Valerie menatap laki-laki di sampingnya itu sinis.
"Siapa yang bilang kalau ini lagi di pasar?"
"Jujur aja..."
"Saya malah seneng banget kalau denger temen saya udah dapat jatah dari istrinya yang super ngeselin ini," ucap Dilan meledek Valerie.
"Siapa yang bapak maksud ngeselin?" valerie menatap dilan sinis.
"Masih gak nyadar."
"Nggak, soalnya aku gak ngeselin. Makanya aku gak nyadar."
"Pantas aja. Ternyata gak sadar diri."
"Bapak juga ngeselin, ngaca dong, Pak!" celetuk valerie.
"Val, Pak Davin manggil kamu," kata Shena.
"Sekarang?"
Shena mengangguk. "Kamu buat kesalahan lagi ya?"
"Gak."
"Ya sudah, kesana aja dulu. Siapa tahu Pak Davin butuh bantuan kamu," kata Shena, yang diangguki oleh Valerie.
"Kayaknya minta ronde dua di kantor," bisik Dilan, membuat wanita itu membulatkan matanya.
Valerie memutar bola matanya malas. Wanita itu segera keluar dari ruangan divisi keuangan dan pergi ke ruangan pimpinan perusahaan.
"Kenapa manggil terus? Kalau ada yang curiga gimana?" ucap valerie kesal.
"Gak akan ada yang curiga."
"Duduk sini," Davin menarik tangan istrinya, membawa wanita itu ke dalam dekapannya.
"Mau apa? Cepetan bilang."
"Peluk."
"Davin, lo gila ya?"
"Pindah ke kamar. Mau ya?" tanya Davin.
"Kepala saya masih pusing. Ini semua gara-gara kamu."
"Kalau saya ngecek dokumen, gak fokus terus salah semua. Kamu mau saya salahkan?"
"Lo bener-bener ya, tadi katanya udah sembuh."
"Salah siapa maksa saya buat minum alkohol sebanyak itu?"
"Gue kan cuma ngecek seberapa kuat lo minum alkohol."
Davin menarik tangan istrinya, membawa wanita itu masuk ke dalam kamar yang ada di dalam ruangan miliknya. Laki-laki itu merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
Sorot mata wanita itu berkeliling menatap ruangan tersembunyi yang ada di dalam ruangan laki-laki itu.
"Gue baru tahu kalau ada kamar sebesar ini di ruangan lo." ucap valerie heran.
"Ruangan ini udah lama."
"Tidur disini." Davin menarik tubuh wanita itu, membawa wanita itu untuk tiduran di sampingnya.
"Ceza pernah masuk kesini? Gak mungkin kan kalau dia gak tahu ruangan ini."
"Ceza Gak tahu keberadaan ruangan ini." jawab davin.
"Gak mungkin. Dia kan asisten lo dari lama, gak mungkin kalau dia gak tahu ada ruangan sebesar ini di dalam ruangan lo."
"Cuma Regan, Dilan, yang tahu ruangan ini."
"Terus?"
"Apanya?"
"Terus siapa lagi orang yang pernah masuk kesini?"
"Kamu."
"Yang bener lo?"
"Yakali lo gak pernah ngajak perempuan sama sekali buat masuk kesini."
"Memangnya kamu bukan perempuan?"
"Maksudnya perempuan lain selain gue." sahut valerie kesal.
"Gak pernah."
"Buat apa saya bawa perempuan lain selain kamu ke ruangan ini?"
"Ini ruangan privasi saya."
"Cuma orang-orang yang saya percaya yang bisa masuk kesini."
"Lo percaya sama gue?"
"Saya berani nikahin kamu. Berarti saya percaya sama kamu."