Hidup bergelimang harta, mempunyai istri yang cantik dan seorang putri yang manis tak membuat seorang Demian merasakan kebahagiaan hidupnya.
Rasa bersalahnya pada seorang wanita 8 tahun yang lalu selalu menghantui hidupnya. Wanita itu sudah berhasil mengubah hatinya yang hangat menjadi sedingin es, beku dan keras.
"Ariana, di mana kamu? aku merindukanmu sayang."
Disisi lain jauh dari ibu kota Ariana sedang bekerja keras seorang diri untuk menghidupi anaknya.
Anak yang tidak pernah mengetahui di mana sang ayah, karena 8 tahun yang lalu Ariana meninggalkan laki-laki yang sudah menyakitinya bersama janin yang tak pernah terucap.
Akan kah keduanya akan bertemu dan kembali bersama meski keadaan tidak seperti dulu lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part~23
"Demian ?"
Ariana nampak terkejut ketika melihat Demian sudah berdiri tak jauh darinya dan sang putra.
Lantas Ariana langsung berdiri. "Sedang apa anda, di sini tuan ?" tanyanya.
"Tentu saja untuk melihat anakku....." Demian belum menyelesaikan perkataannya tapi Ariana sudah menarik tangannya menjauh dari ranjang Ricko.
"Kamu jangan sembarangan bicara di depan Ricko." tegur Ariana setelah mereka berada di luar ruangan tersebut.
"Katakan yang sebenarnya, Ricko itu anakku kan ?" desak Demian.
"Bukan."
"Kamu bohong, aku sudah tahu semuanya. Kamu dan Herman tidak ada hubungan apa-apa, bahkan selama ini kamu tidak pernah menikah kan ?" cecar Demian dengan tegas.
Deg!!
"Bagaimana ini, bagaimana Demian bisa tahu secepatnya ini. Tidak, aku tidak mau kehilangan Ricko."
"Dia putraku dengan laki-laki lain." dusta Ariana kemudian.
"Bohong, kamu pasti bohongkan ?" Demian nampak memepet Ariana di dinding, tidak mungkin Ariana melakukan itu dengan laki-laki lain dalam waktu yang bersamaan dengannya.
"Aku tidak bohong Dem, lagipula kamu sudah mempunyai anak dan istri kan. Untuk apalagi kamu mengganggu hidupku lagi? ku mohon pergilah dari sini dan lupakan kalau kamu pernah mengenalku. Anggap saja hubungan kita di masa lalu hanya sebuah kesalahan." mohon Ariana.
"Mudah sekali kamu mengatakan itu. Asal kamu tahu, selama 8 tahun ini aku mencari mu kemana-mana seperti orang gila."
"Untuk apa mencariku, bukannya kamu sudah mempunyai wanita lain." cibir Ariana, mengingat bagaimana waktu itu Demian tengah asyik bermesraan dengan wanita yang saat ini sudah menjadi istrinya.
"Karena aku mencintaimu Ariana, aku sangat menyesal karena melakukannya waktu itu dan aku ingin mempertanggung jawabkan perbuatanku." sahut Demian.
"Omong kosong, kalau kamu mencintai ku. Kamu tidak akan pernah menikah dengan wanita lain hingga mempunyai seorang putri." cibir Ariana dengan tersenyum sinis.
"Ini semua tidak seperti dugaanmu, sayang. sebenarnya Olive...." Demian menghentikan ucapannya ketika seorang perawat menghampiri mereka.
"Maaf bu Ariana, Ricko mencari anda." ujar perawat tersebut.
"Baik sus, terima kasih." sahut Ariana.
"Pergilah dan jangan ganggu hidupku lagi." tegas Ariana pada Demian, kemudian ia segera melangkahkan kakinya pergi.
Tak mendapatkan jawaban yang memuaskan bahkan penolakan dari Ariana, Demian nampak meradang. Tanpa berpikir panjang ia langsung menghantamkan tangannya di tembok depannya.
"Aku harus segera melakukan tes DNA, aku yakin Ricko adalah putraku."
Kemudian ia segera menghubungi asistennya.
"Hallo Vic, saya mau kamu segera melakukan tes DNA pada Ricko." perintahnya pada Victor.
"Nyonya Ariana pasti menolak, tuan." sahut Victor dari ujung telepon.
"Saya tidak mau tahu, kalau kamu masih mau menjadi asistenku cepat lakukan perintahku." tegas Demian, kemudian ia langsung menutup panggilannya sebelum Victor bersuara lagi.
Victor yang berada di ruang kerjanya nampak menghela napasnya.
"Meski tanpa tes DNA pun, saya tahu kalau Ricko adalah putra anda tuan. Tapi jika ini semua terungkap dan kedua orangtua anda tahu, ini pasti akan membahayakan nyonya Ariana dan putra anda sendiri."
"Kecuali......"
Victor nampak enggan melanjutkan gumamannya, kemudian ia langsung menghubungi seseorang untuk menjalankan perintah tuannya tersebut.
"Buk, kenapa Ayahnya Olive tadi ke sini ?" tanya Ricko penasaran.
"Nggak apa-apa, sayang. Ayo makan biar ibuk suapin." bujuk Ariana.
Sembari menyuapi Ricko, Ariana nampak melamun. Haruskah dia membawa Ricko secepatnya pergi dari rumah sakit ini.
Keesokan harinya.....
"Dok, bagaimana keadaan anak saya dan sampai kapan akan di rawat di sini ?" tanya Ariana ketika dokter baru saja memeriksa Ricko.
"Sekitar 1 mingguan ya Bu, kami akan terus melakukan terapi agar Ricko bisa segera berjalan." sahut Dokter tersebut.
"Lalu bagaimana biayanya dok, apa uang yang waktu itu saya kasih masih kurang ?" tanya Ariana memastikan.
"Sudah lebih dari cukup bu, itu termasuk perawatan Ricko sampai sembuh dan mulai hari ini Ricko pindah kamar ya Bu." sahut Dokter tersebut ramah.
"Pin-pindah kamar? tapi kenapa Dok ?" Ariana nampak terkejut, ruangan ini saja sudah terasa sesak lalu mau di pindahkan kemana lagi.
"Lebih baik anda bersiap-siap, Bu. Perawat kami akan segera menunjukkan ruangannya." ujar Dokter tersebut, kemudian ia segera pamit untuk memeriksa pasien lainnya.
Beberapa saat kemudian nampak beberapa perawat datang, kemudian mereka membawa Ricko menuju lantai paling atas di mana ruangan vvip berada di sana.
"Ini kita tidak salah kamar kan sus ?" tanya Ariana sembari mengedarkan pandangannya pada sebuah ruangan yang lumayan luas dengan fasilitas lengkap bak layaknya sebuah hotel.
"Tidak, Bu. Ini kamar vvip yang sudah di pesan oleh tuan Demian Anggoro untuk merawat Ricko sampai sembuh. Ibu juga tidak perlu meninggalkan Ricko sendiri untuk mencari makan, karena di sini selain pasien makanan untuk ibu juga sudah di sediakan." perawat tersebut memberikan penjelasan.
"Tapi sus...." Ariana ingin menolak bantuan Demian, namun sebuah suara bariton langsung mencelanya.
"Saya tidak suka penolakan." sela Demian yang tiba-tiba sudah berdiri di ambang pintu.
Deg!!
"Demian ?"
Ariana langsung mendengus kesal, bukannya dia sudah mengusir laki-laki itu agar jangan mengganggunya lagi.
"Hai Ricko, bagaimana keadaanmu? apa sudah lebih baik ?" tak mempedulikan sungutan Ariana, Demian langsung saja melewati wanita itu lalu berjalan mendekati Ricko yang nampak bersandar di ranjangnya.
"Baik Om." sahut Ricko yang juga nampak terkejut dengan kedatangan ayah dari temannya tersebut.
"Coba lihat, Om bawakan apa ini." Demian nampak mengeluarkan beberapa mainan dari bungkusan besar yang ia bawa tadi.
"Transformers ?" Ricko langsung berteriak gembira ketika melihat mobil-mobilan yang bisa berubah menjadi robot dengan bantuan remot kontrol tersebut.
Selama ini bocah kecil itu hanya bisa melihatnya di televisi, namun sekarang ia bisa memilikinya.
"Ini buat Ricko, Om ?" tanya Ricko senang.
"Tentu saja buat kamu, Nak." sahut Demian sembari mengusap lembut kepala Ricko.
"Ibuk, apa boleh ?" tanya Ricko pada Ariana yang nampak masih berdiri di tempatnya semula.
Kebiasaan Ricko adalah ia tidak akan menerima barang atau makanan apapun dari orang lain tanpa persetujuan dari ibunya.
Sedangkan Ariana yang melihat kebahagiaan Ricko, sungguh tidak tega kalau harus membuat putranya itu bersedih.
Pada akhirnya ia hanya menganggukkan kepalanya dan itu membuat Demian langsung mengangkat sudut bibirnya.
Hingga siang hari Demian nampak masih menemani Ricko bermain, banyak hal yang dia ketahui dari cerita Ricko dan setiap apapun yang Ricko ceritakan semakin membuatnya di lingkupi rasa bersalah.
Ternyata selama ini hidup Ariana dan putranya itu sungguh memprihatinkan, tapi sedikitpun tak ada kesedihan di mata Ricko. Karena bocah kecil itu mengatakan kebahagiannya adalah selalu berada di sisi ibunya.
Hingga Ricko tertidur, Demian baru beranjak dari sisi putranya tersebut.
"Kamu tidak perlu melakukan ini semua, Dem. Kami sudah biasa hidup kekurangan jadi lebih baik mulai saat ini jangan pernah mengganggu hidup kami lagi." ucap Ariana pelan agar tidak mengganggu tidur putranya tersebut.
"Aku akan terus melakukannya sampai dia terbukti putraku."
"Dia bukan putramu, jadi lebih baik jangan memberikannya harapan palsu." sanggah Ariana.
"Yakin sekali kamu mengatakan dia bukan putraku, apa waktu itu kamu juga tidur dengan laki-laki lain selain dengan diriku. Hmm ?" gertak Demian sembari melangkah mendekati Ariana.
Ariana nampak terpojok, ingin sekali ia mengatakan kebenarannya tapi bagaimana kalau nanti Demian beserta keluarganya mengambil Ricko darinya.
"I-itu....hmmpptt." Ariana tak dapat melanjutkan perkataannya karena Demian langsung menarik pinggangnya lalu membungkam bibirnya dengan bibir laki-laki itu.