Tampan, kaya, pintar, karismatik mendarah daging pada diri Lumi. Kehidupan Lumi begitu sempurna yang membuat orang-orang iri pada kehidupannya.
Hingga suatu hari Lumi mengalami kecelakaan yang membuat hidupnya berada ditengah garis sial atau beruntung?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mesta Suntana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31 - Know
...Salah mu menyentuhku....
...Belaian dari tanganmu yang dingin karena rasa takut, tapi kenapa bisa rasanya begitu hangat pada kulitku. Saat itu aku kehilangan akal sehatku....
...Saat aku memelukmu dalam dekapan ku, Aku merasakan dekapan jantungmu begitu kencang,...
...begitu juga dengan ku....
...Detak jantung yang kencang terasa dalam dekapan kita, rasanya seperti detak itu bersautan begitu gila. Aku merasakan kegilaan dalam detak jantung kita. Rasanya mengelitik begitu hebat....
...Aku tidak bisa menahannya....
...Aku menghirup dan menciumi setiap leher jenjangmu seperti serigala yang kelaparan. Rasanya begitu manis dan bergairah....
...Mungkinkah manis teh masih tertinggal dalam mulutku....
...Lana...
...Aku melihat dirimu yang begitu terhentak dalam keadaan dirimu yang begitu lemah....
...Tubuh gemetar itu terhentak saat aku menyesap keras. Aku tidak bisa melihat ekspresi itu,...
...tapi aku bisa membayangkan...
...Kau ...
...Lana...
...menahan hawa gairah ini....
...Aku tidak bermaksud melakukan hal itu....
...Hanya saja ini begitu mengganggu dan sulit terkendali. Jadi aku membiarkan perasaan mengambil alih tubuhku. Akal sehatku tidak kugunakan....
...Aku kelaparan....
...Aku hanya mengikuti dan aku hanya ingin melihat akhir dari perasaan aneh yang tak terkendali ini....
...Mungkin ini akan membuatku puas dan aku akan bersikap seperti biasa....
...Ini tidak berarti bagiku....
...Kami akan kembali seperti biasa....
...Karena Lana adalah asistenku yang profesional....
...Rasa puasku akan terpuaskan dan ini tidak akan berarti bagi dirimu jugakan Lana? ...
...Ini terjadi karena Kau sangat mengganggu....
Lumi terus memutarkan dirinya diatas kursi eksekutif miliknya. Langit - langit kantor kini menyapa Lumi ketika kepala itu menengadah. Lumi merasa lelah dalam pikirannya. Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Tapi Dia ingin segera pulang. Lumi cukup merasa senang. Lana bekerja seperti biasa. Seperti dugaannya Lana memang pekerja profesional.
" Dia melakukan itu hanya karena pekerjaan."
" Haruskah ku beri uang bonus."
Tok tok tok
Suara ketukan pintu terdengar memancing Lumi untuk meliriknya. Pintu terbuka. Pria dengan perawakan tinggi dengan kulit yang eksotis menghampiri Lumi. Asisten Sean memberi salam pada Lumi.
" Apa kau mendapatkannya? "
Sean mengangguk pelan, lalu melampirkan dokumen yang terbungkus map biru. Map biru berkilau itu kini berada di genggaman Lumi. Lumi mulai membuka lembaran dokumen itu. Sembari mencermati, Sean memberikan informasi yang menjelaskan isi dokumen tersebut.
" Dokumen itu berisi bahwa Pak Heru akan melakukan pemasokan bahan yang kita butuhkan di Shanghai. Bahan yang kita butuhkan sebenarnya sudah tersedia. "
Lembaran demi lembaran Lumi cermati dan memang benar bahan yang harusnya kita butuhkan sudah tersedia dan siap untuk dikirim. Tapi kini Pak Heru membuat surat kesepakatan kerja sama dengan perusahaan di Shanghai.
" Dan saat saya pergi ke pabrik mereka, barang yang kita butuhkan masih di simpan di gudang. Sepertinya Pak Heru ingin membuat perjanjian dengan mereka, mungkin syaratnya bahan itu kuantitasnya sama dengan yang kita butuhkan. " Lanjut Sean.
" Tapi sepertinya itu tidak masuk akal dan saya menemukan ini. " Sean merogoh sebuah benda kecil berwarna hitam dari sakunya.
Itu Flashdisk. Sean menghampiri Lumi dan mulai menancapkan flashdisk itu pada laptop yang ada di depan Lumi. Tangan Sean dengan cekatan memperlihatkan suatu rekaman CCTV pada layar itu. Terlihat wanita paruh baya yang elegan sedang bersama Pak Heru. Mata Lumi mulai tercekat, Dia tahu siluet wanita itu.
" Seperti yang Tuan duga, Itu Nyonya Leta Tuan. " Imbuh Sean. Dia kembali mundur dari meja Lumi.
Lumi sudah mengira ini pasti ulahnya. Lumi juga mengetahui saat melakukan kerja sama dengan Pak Heru, Dia tahu bahwa Pak Heru salah satu dari remahan kaki tangan Leta dan Dia berhasil masuk lingkupku. Pak Heru masih bisa Lumi tangani, karena sejatinya Dia orang yang baik. Hanya saja keadaan yang mengekang Dia. Jadi Lumi membiarkan Dia tetap disampingnya.
" Itu mudah, kita pergi ke Shanghai sekarang. " Lumi mulai bangkit dari duduknya sambil tersenyum sinis.
" Baik Tuan, saya akan mengemasi dokumen yang Tuan perlukan di sana. " Ungkap Sean langsung pergi meninggalkan Lumi.
" Saya lupa Tuan, haruskah aku menelpon Asisten Lana untuk mengemasi pakaian Anda. " Tanya Sean dari ambang pintu.
Saat nama Lana terpanggil, mata Lumi sedikit tersentak. Dia berpikir sejenak sambil membenahi jasnya.
" Tidak usah biar aku saja. "
" Baiklah. " Sean menutup pintu itu.
Lumi melihat jam di tangannya. " Sepertinya Dia masih ada kelas hari ini. "
Lumi mulai merogoh sakunya, ponsel itu mulai tergenggam. Jari tangan Lumi mengusap layar ponsel, Jari itu mencoba mencari sesuatu. Kontak terbuka Dia mulai mencari nama Bu Sri. Menghubungkan mulai terlihat di layar.
" Hallo! "
" Hallo Bu, bisakah ibu siapkan pakaian yang aku butuhkan untuk perjalananku satu minggu di Shanghai. Nanti hantarkan langsung ke bandara."
" Tentu saja Tuan. "
" Terima kasih. "
" Tidak masalah Tuan "
Panggilan berakhir Lumi, segera pergi bergegas ke bandara.