Zahwa adalah seorang gadis soleha yang cantik dan juga baik hati, rela menerima perjodohan yang dilakukan oleh ayahnya kepada anak temannya pak Gunawan Wijaya demi membalas budi kepada temannya itu, karna dulu disaat mereka kesusahan ekonomi pak Gunawan lah yang telah bembatu memberikan modal kepada ayahnya.
Anton Wijaya adalah pria yang memiliki wajah tampan dengan tubuh yang perfek, ditambah lagi dengan kekayaan keluarganya yang sudah pasti jatuh kepadanya sebagai anak laki laki membuat setiap wanita terpesona dan ingin menjadi kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Zamartha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Hari yang di tunggu tunggu pun akhirnya tiba.
Di sebuah gedung besar, sedang berlangsung acara pesta pernikaha yang sangat mewah tentu saja setelah selesai melakukan ijab kabul.
Pak Gunawan nampak begitu senang dan pak Rahmat juga tampak begitu bahagia akhirnya dia bisa memenuhi permintaan sahabatnya pak Gunawa dengan menikahkan anak anak mereka. Tamu undangan yang hadir pun terlihat begitu ramai dan semua dari kalangan atas, karna pak Gunawan memang terkenal dermawan dan tidak sombong meskipun dia seorang yang kaya raya, jadi tidak heran banyak pengusaha senang berkerja sama dengan perusahaannya. Begitupun dengan sahabat sahabat Anton mereka semua tampak hadir di acara tersebut.
Berbeda terbalik dengan sepasang pengantin yang sangat tampan dan cantik itu, Anton nampak sama sekali tidak menikmati pestanya dia begitu dingin dan sama sekali tidak pernah mengajak Zahwa untuk berbicara, Acara pun berlangsung sampai malam hari.
Setelah acara selesai mereka semua kembali ke rumah pak Gunawan, dan karna tidak memungkinkan kembali ke kampung malam hari, akhirnya orang tua Zahwa menginap juga di rumah pak Gunawan yang kini menjadi besannya. Di kamar Anton masih nampak dingin dia sama sekali tidak pernah berbicara kepada istrinya, setelah bersih bersih Anton berbaring dikasurnya dan Zahwa memutuskan untuk tidur di sofa setelah ia bersih bersih. Dari raut wajah Anton, Zahwa sangat mengerti bahwa suaminya itu sama sekali tidak senang dengan pernikahan itu.
Tidak seperti pasangan pengantin pada umumnya yang melakukan malam pertama, dikamar Zahwa sama sekali tidak bisa tidur nyenyak karna ini untuk pertama kalinya dia tidur di sofa. Setelah mendengar suara Azan Zahwa langsung bangun mandi dan sholat subuh, setelah sholat dia ingin membangunkan suaminya untuk melakukan sholat juga namun ada rasa takut di hatinya, karna takut waktu subuh habis di memberanikan diri untuk membangunkan suaminya.
"Mas.." suara Zahwa terdengar begitu lembut dan pelan membangunkan suaminya.
"Ada apa" jawab Anton ketus sambil menggosok gosok matanya.
"Sudah subuh mas, nanti waktu sholat subuhnya habis" jelas Zahwa sambil tertunduk dia tidak berani menatap wajah suaminya.
Anton langsung bangun menuju kamar mandi dan setelah itu dia sholat subuh. Zahwa lebih memilih keluar dan turun dari kamarnya yang berada dilantai atas, dia menuju dapur dan membantu pekerjaan pembantu yang sedang menyiapkan sarapan.
"Ada yang bisa saya bantu bi?" tanya Zahwa pada pembantu yang nampak jauh lebih tua darinya.
Semua pembantu nampak kaget melihat dan mendengar pertanyaan Zahwa, mana mungkin nona muda istri dari majikan mereka melakukan pekerjaan rumah apa lagi setelah malam pertama ,pikir mereka yang sama sekali tidak mengetahui bagaimana keadaan yang sebenarnya.
"Tidak perlu nona, kami bisa melakukanya, nona silahkan beristirahat saja" jawab bibi yang langsung mengedarkan pandangannya untuk menunjukan pembantu lain yang membantunya kepada Zahwa.
"Tidak apa apa bi, saya biasa melakukan pekerjaan rumah, dan saya cuma ingin belajar menyiapkan sarapan untuk suami." sahut Zahwa.
"Baiklah silahkan membantu sebisa nona saja." ucap bibik dengan tersenyum.
Semuanya berkumpul untuk sarapan termasuk orang tua Zahwa yang menginap dirumah pak Gunawan, dan setelah sarapan pak Rahmat dan istri berpamintan hendak pulang. Sebelum pulang pak Rahmat berpesan kepada anaknya.
"Nak, sekarang kamu sudah menikah, patuhilah segala ucapan suamimu dan hindari semua yang tidak iya sukai, jadilah istri yang soleha buatlah dia merasa senang memilikimu." nasehat pak Rahmat.
"Kalau suamimu mengizinkan, rumah ibu selalu terbuka nak untuk menyambut kedatangan kalian." buk Ningsih berkata sambil meneteskan air mata, berat rasanya untuk berpisah dengan putrinya, entah mengapa nalurinya sebagai ibu seperti bisa merasakan kegundahan dalam diri putrinya.
Zahwa hanya mengangguk mendengan ucapan kedua orang tuanya, dengan air mata berlinang dia memeluk ibunya, hatinya begitu berat melepas kepulangan orang tuanya, padahal ini bukan pertama kali dia berpisah dengan orang tuanya.
"Ibu dan pak Rahmat jangan khawatir Zahwa akan baik baik saja bersama kami." Ucap bu Melinda meyakinkan besanya, sambil tersenyum dan merangkul bahu Zahwa.
