Ainun mengorek sampah karena itu memang pekerjaan nya setiap hari sebagai pemulung, namun pagi ini dia merasa seperti ketiban rezeki yang sangat besar karena menemukan koper bagus.
"MAYAAAAAT....
koper tersebut berisi potongan mayat seorang gadis, lebih parah nya lagi gadis itu berasal dari desa Bakti Reso, desa mereka sendiri dan dia adalah anak Tuan tanah di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. tidak tau pembunuh nya
Andai saja Ainun tau bahwa akan ada penampakan nya Sukma di dekat dapur, maka sudah pasti dia tadi memilih untuk ikut Mah Rati saja agar tidak di hantui oleh arwah nya Sukma. sudah berulang kali mata ini di usap untuk melihat lebih jelas apa memang ini nyata, pada akhir nya Sukma menghilang dari pandangan.
Ainun lemas terdiam tidak berani bergerak atau menimbulkan suara sedikit pun karena ketakutan, nanti yang ada malah masuk kedalam dapur ini. mana dapur rumah ini pun tidak rapat, memang rumah Ainun bukan rumah mewah yang bisa tertutup rapat, banyak dinding bolong sehingga setan bisa masuk kapan saja.
"Semoga tidak masuk, ku mohon jangan masuk!" Ainun takut sekali.
Namun harapan Ainun pupus sudah karena di hadapan nya kini berdiri sosok yang sangat menyeramkan sekali, dia adalah Sukma yang bentuk nya tidak karuan. hantu Sukma sama seperti keadaan tubuh nya saat di temukan oleh Ainun, namun kali ini lebih menyeramkan rasa nya.
Bila yang di dalam koper hanya diam saja sama sekali tidak bergerak, yang ini bisa menyeringai seram sehingga Ainun tidak bisa mau bergerak walau sedikit pun. hanya diam pasrah mau di apa kan, bukan nya pasrah sebenar keadaan Ainun sekarang, dia lebih ketakutan sehingga tubuh menolak saat mau di ajak bergerak.
"Aiiiii....aku sakit, Ai." suara Sukma terdengar sumbang.
"Hiks, hiks! kata nya kau teman ku, Ai. tapi kenapa kau tidak ikut aku juga, mari bersama ku." ajak Sukma.
"PERGI...pergi dari hadapan ku!" pekik Ainun sangat ketakutan.
"Kau tega padaku, Ai! tubuh ku sakit sekali, siapa yang sudah membunuh ku?" isak Sukma.
Tersentak Ainun karena Sukma saja tidak tau siapa yang sudah membunuh nya, kenapa sebenar nya gadis ini sehingga kematian dia saja sampai tidak tau. apa mungkin yang membunuh punya kekuatan, sehingga Sukma sendiri pun tidak tau siapa yang sudah menghilangkan nyawa dari tubuh nya.
Wuuussssh.
"Aaaarkkkk!"
Tubuh Sukma hilang di bawa oleh sosok yang sangat cepat gerakan nya, bahkan Ainun hanya bisa melihat bayangan saja dan bayangan itu lah yang sudah membawa Sukma pergi dari hadapan nya sekarang. gadis ini sama sekali tidak tau apa apa, karena Ainun hanya lah gadis biasa yang tak pernah berurusan dengan hal ghaib.
"EMAAAAAK!" Ainun berlari pontang panting keluar dari dalam rumah.
Braaaak.
"ADUUUH!"
Akibat terburu buru dan tidak melihat apa yang ada di luar rumah, Ainun malah menabrak Pendi yang sedang menuju rumah nya Tuan Tomo untuk membantu segala macam nya karena ada dua mayat yang harus di urus atau juga di makam kan.
"Kamu kenapa, Nun? hati hati dong kalau jalan!" Pendi membantu Ainun berdiri.
"Antarkan aku kerumah Tuan Tomo, Mas! aku takut sendirian di rumah." Ainun agak lega karena ketemu Pendi.
"Lah memang nya Emak kemana?" tanya Pendi melihat kedalam.
"Emak kerumah nya Tuan Tomo, aku sendirian di rumah dan di datangi Sukma!" Ainun tak mau melihat kedalam rumah.
"Tidak ada apa apa kok, tutup dulu lah pintu nya." Pendi pun menutup pintu rumah Ainun.
"Kenapa orang ramai keluar, Mas?" Ainun bingung juga melihat nya, sebab dia tidak tau kabar terbaru soal Razi dan juga jasad Sukma yang sudah di pulangkan.
"Kamu tidak tau kabar soal Razi yang di temukan meninggal?" Pendi menatap Ainun serius.
Yang di tanya cuma menggeleng saja karena dia memang tidak tau soal itu, bahkan Sukma yang pulang kerumah karena sudah di antarkan oleh polisi juga Ainun sama sekali tidak tau. apa lagi masalah Razi yang di temukan tewas, sudah pasti Ainun sama sekali tidak tau.
"Razi meninggal di depan kebun kacang, perut nya bolong." cerita Pendi.
"Ya Allah, sungguh kasihan sekali Bu Dian." Ainun kasihan pada yang di tinggalkan.
"Istri nya baru hamil tiga bulan." bisik Pendi yang tau soal kehamilan Clara.
"Ayo lah kita cepat kesana, siapa tau bisa membantu walau cuma sedikit saja." ajak Ainun tak sabar.
"Baik, aku juga mau kearea kuburan mau membantu yang membantu menggali kuburan." angguk Pendi yang selalu siap.
"Hati hati saja, semoga tidak ada apa apa lagi kedepan nya." harap Ainun yang lumayan cemas.
Cemas juga karena sudah ada dua yang meninggal, mana mereka Kakak adik yang meninggal. dugaan banyak mengarah pada musuh nya Tuan Tomo, sebab bisa saja para musuh sengaja menyakiti anak anak nya saja agar Tomo menderita saat anak nua semua mati dengan keadaan yang amat tragis dan juga menakutkan.
...****************...
"Papa! Aea mau bantu Mama lah besok." Zahra menatap Zidan yang sedang duduk.
"Bantu apa, Nak?" Zidan menatap putri nya yang sudah berusia tujuh tahun.
"Papa tidak usah tau dulu, besok Mama pasti akan cerita." Zahra tak ingin membuka rahasia.
Purnama yang sudah siap sholat segera ikut duduk dengan suami fan juga anak nya, memang kalau sudah selesai semua nya maka mereka akan ngobrol dengan segala macam candaan juga. kadang kala Arya juga ikut bersama keluarga nya, tapi kali ini tidak karena mereka sedang sibuk.
"Kenapa Mama menatap Ara begitu?" Zahra mengerut bingung.
"Kamu kenapa, Sayang?" Zidan pun ikut bingung.
"Ah tidak, cuma melihat saja anak Mama kok cantik sekali." dusta Purnama.
"Pasti dong, Ara kan seperti Mama cantik nya." Zahra berpose centil.
Membuat para member Mama nya yang ada di pojokan semua tertawa, tak terasa gadis kecil itu sudah mulai bisa segala nya. bahkan Purnama juga baru menyadari bahwa dia tidak bisa membaca pikiran sang anak, hal itu lah yang tadi dia lihat hingga membuat Zahra risih.
"Asli kalah ini Purnama oleh anak nya." Maharani tertawa pelan.
"Sekarang saja dia tidak bisa membaca pikiran Zahra, apa lagi nanti saat Zahra sudah bisa menguasai ilmu nya." sahut Nilam.
"Tidak masalah sebenar nya asal kan dia pun tidak salah arah, aku takut nya Zahra malah liar seperti Mama nya dulu." celetuk Nana.
"Enggak lah, dulu kan Mama nya liar karena tidak di terima Bu Nae." sangkal Nilam.
"Nilam benar! kalau Zahra kan sudah lengkap semua nya, aku yakin juga bahwa dia akan jadi orang baik." angguk Maharani.
"Kalian tidak ada yang memikirkan Arka?" Arini menatap semua teman nya.
Sontak semua nya terdiam karena mereka masih bisa memikirkan Arka itu akan bagai mana, jangan kan mereka yang bukan siapa siapa. Arya saja tidak tau harus bagai mana untuk menghadapi putra nya, sebab Arka sangat pendiam dan jarang bersosialisasi.
salah satu di antaranya atau ke duanya 🤔
tapi nanti takut salah,mlah bukan ke 2nya,,,kasihan yg di tuding 😁😁😁