Dario Maverick dan Alice sudah menikah selama lima tahun lamanya. Namun, keduanya tak kunjung memiliki keturunan. Sampai dimana ibu mertua Alice meminta Dario untuk menikah lagi. Di saat itu, Alice memilih pergi agar suaminya bisa menikah lagi.
Namun, siapa sangka. Jika dirinya pergi ternyata sedang dalam keadaan sedang mengandung. Alice tidak membatalkan kepergian nya, justru dia melanjutkan kepergian dan meninggalkan cintanya.
Apakah nantinya Dario dan Alice akan bertemu? Bagaimana status pernikahan mereka setelah Alice memutuskan untuk pergi? Apakah Dario memilih menikah lagi ketika istri nya pergi, ataukah justru mencarinya?
BACA SEGERA!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhirnya
Dario merenung di ruang kerjanya, dia memikirkan tentang perkataan putrinya sore tadi. Matanya menatap ke arah layar laptopnya yang menunjukkan rekaman CCTV yang berada di kafe dekat dengan lokasi kejadian. Dia menatap lekat ke arah mobil putih yang hampir menabrak putrinya yang berada di tengah jalan. Sayangnya, nomor plat mobil tersebut tidak terlihat jelas.
"Memang mobilnya mirip punya Agatha, apa mungkin dia yang menabrak Alice." Gumam Dario.
Dario merasa ada yang janggal dengan pernyataan polisi itu, dia meraih ponselnya dan menelpon seseorang. Namun sayangnya, panggilannya tak kunjung di angkat. Membuat Dario menghela nafas kesal.
"Giliran di butuhin enggak di angkat, giliran duit aja cepat." Gerutu Dario.
Cklek!
Dario mengalihkan pandangannya, dia mengerutkan keningnya kala melihat sang istri memunculkan kepalanya. Dario seakan lupa apa yang dia minta siang tadi. Sehingga, kedatangan Alice membuat dirinya bertanya-tanya.
"Mas masih lama?" Tanya Alice.
"Tidur duluan aja sayang, anak-anak sudah tidur kan?" Seru Dario.
Alice menganggukkan kepalanya pelan, dia menatap Dario yang terlihat sangat sibuk. "Kalau gitu, aku tidur duluan yah." Pamit Alice.
"Heum, tidurlah dulu. Aku masih ada kerjaan yang harus di selesaikan sekarang." Sahut Dario dengan tersenyum lembut.
Alice pun menutup pintu kembali, dia melangkah menuju kamarnya dengan perasaan yang bertanya-tanya. Sesampainya di kamar, Alice melepas cardigan panjang yang menutupi pakaian dinasnya. Wanita itu pun bergegas menuju kamar mandi untuk mengganti pakaian itu dengan piyama tidurnya.
"Mungkin mas Dario masih sibuk. Tapi ... baguslah." Cicit Alice dengan senyum mengembang.
Dua jam Kemudian, Dario masih sibuk dengan layar laptopnya mencari keberadaan CTV lain yang Asistennya itu berikan. Namun, tetap saja. Nomor platnya tidak terlihat jelas karena posisi CCTV yang lumayan jauh dan tidak jernih. Pria itu pun pusing, dia memegangi kepalanya yang terasa berdenyut sakit.
Namun, perasaannya merasa ada sesuatu yang dirinya lupakan. Tak lama teringat, Dario menjauhkan tangannya dari kepalanya serta membulatkan matanya. Tatapannya langsung tertuju pada jam dinding yang menunjukkan pukul dua malam
"Tadi siang kan aku minta jatah ku, lah ... pantesan aja Alice kesini. Astaga!! Kenapa ku bisa melupakannya." Gerutu Dario dan langsung mematikan laptopnya.
Tanpa pikir panjang, Dario pun bergegas menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, bahu Dario merosot lemas kala melihat istrinya yang sudah tertidur dengan mengenakan baju piyama biasa. Pria otu merutuki dirinya sendiri karena melupakan hal yang terpenting.
"Alice sudah tidur lagi." Cicit Dario.
Dengan lemas, pria itu kembali menutup pintu kamarnya dan berjalan mendekati ranjang. Padahal sore tadi dia sudah membujuk kedua putrinya untuk tidur bersama Tante mereka. Sebab, kamar untuk mereka masih tahap renovasi.
Perlahan, Dario menarik selimut dan masuk bergabung bersama istrinya itu. Matanya menatap lekat raut wajah lelah istrinya yang tertidur sangat lelap. Tangan Dario terangkat, dia mengelus pipi mulus istrinya itu. Dario akui, wajah istrinya sejak dulu tidak berubah. Selaku memikat dirinya hingga terus menerus menambah benih cinta di hatinya.
Karena merasa ada yang mengelusnya, Alice pun terbangun. Dia mengerjapkan matanya dan menatap Dario dengan Matanya yang menyipit. Melihat Alice yang terbangun, Dario pun menarik kembali tangannya.
"Maaf, mas membangunkan mu yah?" Tanya Dario dengan perasaan tidak enak.
"Mas butuh sesuatu?" Tanya Alice.
Dario mengangguk, dia meraih pinggang istrinya dan menariknya mendekat padanya. Alice terkejut, tangannya menahan dada Dario yang semakin dekat dengannya. Tatapan keduanya bertemu, sorot kata Dario tidak bisa di artikan.
"Aku membutuhkanmu." Lirih Dario.
"Mas tapi ini sudah jam ...,"
"Aku sudah menunggu dengan sangat lama, apa kamu tidak kasihan dengan suamimu ini hm?" Tanya Dario dengan melembutkan suaranya.
Alice meneguk kasar ludahnya, dia melirik ke arah jam dinding. Sudah dini hari, tetapi suaminya malah menginginkannya. Alice ingin menolak, tetapi melihat tatapan memelas suaminya membuatnya tak tega. Apalagi, suaminya sudah menahannya selama itu. Dengan setia, Dario menunggu kedatangan Alice hingga kembali ke dalam pelukannya.
Tak di sangka, Alice menganggukkan kepalanya. Dario pun tersenyum lebar, dia mulai menunjukkan aksinya yang mana membuat Alice serasa melayang di buatnya. Malam itu, menjadi malam pertama mereka setelah keduanya berpisah oleh jarak. Cinta mereka, semakin kuat karena kehadiran si kembar di tengah-tengah keduanya.
.
.
.
Freya ingin berangkat ke kampusnya, dia sudah siap mengenakan pakaiannya. Kini, gadis itu sedang menyisir rambutnya dan mencatoknya sejenak. Si kembar menatap apa yang Tante mereka lakukan dengan kening mengerut. Kepala mereka sama-sama terlihat miring ke kanan, menunjukkan betapa bingungnya mereka.
"Onty napain?" Tanya Alexa.
"Lagi di catok rambutnya, biar lurus." Sahut Freya.
"Kemalin di keliting, cekalang di lulucin lagi?" Sahut Eliza dengan heboh.
"Iya." Seru Freya dengan santai.
Alexa meringis pelan, "Emang lada lada onty ini, kemalin di kliting cekalang di lulucin. Cudahlah, cemakin cetles aku dicini." Celetuk Alexa dan memilih keluar dari kamar Freya.
Freya melongo menatap kepergian keponakannya itu. Memang, apa salahnya? Dia sedang suka rambut lurus makanya dia mencatoknya. Tatapannya beralih pada Eliza yang masih penasaran dengan apa yang tantenya lakukan. Berbeda dengan Alexa yang mudah bosan dengan kegiatan wanita, Eliza selalu penasaran setiap apa yang di lakukan tantenya.
"Tumben gak ke mommy?" Tanya Freya sembari megambil lipstik miliknya.
"Mommy cama daddy macih di kamal, tadi udah ketok pintuna nda ada yang jawab." Terang Eliza.
"Ngapain mereka yah? Padahal sudah jam sebelas siang, apa kak Dario enggak ke kantor." Gumam Freya.
Eliza menatap bingung pada Freya yang memakai lipstik berwarna kulit. "Kok walnana begitu? Nda walna yang cetal?" Heran Eliza.
Freya terkekeh, dia gemas dengan keponakannya yang satu itu. "Ini warna natural sayang, biar kelihatannya gak pakai lipstik." Jawab Freya.
Otak kecil ELiza berpikir keras, dia menatap bibir Freya yang tampak tak memakai apapun. Benar-benar natural yang tidak bisa ELiza terima. Sebab, yang dirinya tahu lipstik berwarna merah. Sayangnya, sang mommy tak memakai lipstik. Bibirnya berwarna merah alami yang mana membuat dirinya tak begitu menyukai lipstik.
"Telus buat apa pake lip bibil itu? Nda ada gunana, buang uang aja. Mommy nda pelnah pake, tapi bibilna melah. Kok onty bibilna nda ada walanana, cekalang pake yang walna kulit. Benel kata ci Cumiati, Onty nih Lada-lada olangna." Seru Eliza yang mana membuat Freya melongo tak percaya.
"Nih anak titisan siapa sih?! Pedas banget mulutnya. Bibit-bibit jadi mak-mak jul1d si nanti besar." Gumam Freya dengan tatapan tak percaya.
___
Triple yah
Maaf, semingguan bener bener sibuk😪