NovelToon NovelToon
Hello Tuan Harlan

Hello Tuan Harlan

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Redwhite

Kesempatan kembali ke masa lalu membuat Reina ingin mengubah masa depannya yang menyedihkan.

Banyak hal baru yang berubah, hingga membuatnya merasakan hal tak terduga.

Mampukah Reina lari dari kematiannya lagi atau takdir menyedihkan itu tetap akan terjadi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengabaikan

Benar saja, Maira tetap manjadi siswa lulusan terbaik tahun ini dan maju ke podium untuk menerima penghargaan.

Tak ada tepukan tangan untuk keberhasilan gadis itu dari siswa lainnya.

Hanya Reina yang justru bertepuk tangan dengan semangat, membuat para siswa menatapnya dengan bengis.

Bahkan Maira memukul pelan bahunya karena menganggap sikapnya makin aneh. Namun yakinlah, Reina melihat sekilas senyum terukir di wajah Maira.

Setidaknya inilah ucapan terima kasih yang bisa ia berikan untuk gadis yang dia anggap menjadi penolong masa depannya.

Acara berlanjut ke berbagai sambutan dari yayasan dan orang-orang yang memiliki saham di sekolah tersbeut.

Tak lupa juga sambutan dari Edwin yang mendapat sambutan hangat dari para siswa.

Selain pintar, Edwin juga mejadi salah satu siswa tampan yang menjadi incaran para siswi sekolahnya.

Jika siswi cantik akan dibuli, berbeda dengan siswa yang tampan, mereka akan digandrungi para gadis di sekolah.

Edwin menatap Reina, berharap gadis itu menatapnya dengan bangga. Namun yang Edwin dapati adalah perasaan kecewa saat melihat kekasihnya justru lebih memilih berbicara dengan Maira dan mengabaikannya.

Meski sedih, dia tetap melanjutkan pidatonya dengan lancar.

Usai acara, ke empatnya lantas berkumpul dan mencari keberadaan Reina yang telah menghilang dengan gadis kutu buku yang mereka benci.

"Kak, ayo kita foto-foto sebagai kenangan!" pinta Elyana.

Hampir semua siswa memegang buket bunga dari keluarga mereka. Elyana yang paling banyak karena selain dari kedua kakaknya, gadis itu juga banyak menerima bunga dari para siswa yang menyukainya.

Ia senang karena setelah ibunya menikah dengan ayah Reina, kehidupannya berubah dan ia bisa merawat diri hingga menjadi pusat perhatian para pemuda di sekolah barunya.

"Grace, ke mana Reina?" tanya Edwin mengabaikan Elyana.

Hatinya merancu, bukan hanya Grace, Edwin sendiri menyadari sikap Reina sangat berbeda hari ini.

Apa, Reina mendengar pembicaraannya dengan Elyana di ruang lab tadi?

Sebelum acara di mulai, Edwin yang tadi tengah menunggu pujaan hatinya, tiba-tiba didatangi oleh Elyana yang ia tahu adalah saudari tiri Reina.

Gadis itu memintanya berbincang serius. Karena merasa iba, mereka akhirnya berbicara di lab yang sepi.

Edwin tak mau keduanya menjadi pusat perhatian para siswa dan membuat Reina berpikiran buruk tentangnya.

Namun yang tak Edwin sangka, Elyana ternyata menyatakan perasaannya. Gadis itu bahkan terisak dengan sendu.

Sejak dirinya pindah ke sekolah ini dan bertemu dengannya, Elyana sudah jatuh hati dengan Edwin begitu akunya.

Jelas Edwin merasa gamang, sebab Elyana harusnya tahu jika ia adalah kekasih kakaknya, meski tiri.

Yang tak Edwin sangka, Elyana tak memintanya untuk mejadi kekasihnya, biarkan mereka dekat agar Edwin tahu tentangnya dan hatinya yang tulus.

Jika setelah itu hati Edwin tak tergugah, maka dirinya dengan suka rela akan menjauh dari Edwin.

Edwin yang tak bisa bersikap kasar pada wanita hanya diam tak menjawab. Jika hanya berteman, ia sepertinya tak mempermasalahkan meski kelak tetap harus menyembunyikan pertemanan itu dari Reina.

Dirinya jelas ingat bagaimana Reina bercerita tentang sikap Elyana dan ibunya. Namun ia hanya mendengar dari sisi Reina saja.

Saat melihat Elyana dengan jarak sedekat ini, entah apa yang ia pikirkan, tapi Edwin merasa jika Elyana tak seburuk ucapan Reina.

Belum reda rasa terkejutnya karena ucapan cinta Elyana, gadis itu dengan berani mencium bibirnya.

Awalnya hanya sebuah kecupan, setelahnya Elyana menunduk dengan wajah bersemu merah menahan malu.

"Maaf Ka, itu ungkapan terima kasihku, karena kakak mau menerimaku jadi teman kakak."

Edwin terkekeh, ia dan Reina meski telah berpacaran selama tiga tahun. Namun hubungan mereka sangat sehat.

Tak pernah keduanya melakukan hal lebih dari sekedar bergandengan tangan.

Entah setan dari mana, hal yang memang baru Edwin rasakan membuatnya buta. Ia malah menarik pinggang gadis itu dan melanjutkan ciuman tadi.

Awalnya hanya kecupan ringan, tapi tak lama berubah menjadi lumatan yang dalam.

Edwin bergegas melepas tautan bibir mereka setelah menyadari jika sikapnya ini salah.

Terlebih lagi, ada hasrat yang Edwin tahu betul itu ingin di lepaskan pada gadis mungil di depannya ini.

Tak ingin suasana berbuah menjadi lebih menggila, Edwin mengakhirinya dengan mengusap bibir berwrna Elyana yang telah berantakan akibat ulahnya.

"Maaf," hanya itu yang bisa Edwin katakan. Setelah kejadian itu hati Edwin terasa kacau dan bencana pun di mulai.

"Ngga papa, aku senang kakak mau terima aku jadi teman kakak."

.

.

"Kak, ayo kita foto!" rengek Elyana yang seketika itu membuat Grace kesal.

"Diamlah! Reina ngga ada, kita harus cari dia dulu," bentaknya.

Tak lama mereka menemukan keberadaan Reina yang tengah berbicara dengan teman sebangkunya tadi.

Tanpa menjawab permintaan Elyana, Edwin bergegas mendekati Reina. Persaan bersalah seketika menghinggapi dirinya. Entah kenapa perubahan Reina membuatnya takut.

Dirinya tahu kalau kejadian tadi bersama Elyana itu salah dan dia takut Reina tahu dan meninggalkannya.

Edwin belum siap. Di samping dirinya masih mencintai Reina, keluarganya juga menyukai gadis itu.

Ia mengelak hati dengan berkata jika Elyana hanyalah sebuah kesalahan yang tak akan ia ingat lagi.

"Rei!" panggilnya.

Lagi— tatapan datar itu meremas perasaan Edwin. Dia benar-benar merasa asing.

"Astaga, kita cari kamu ke mana-mana Rei. Ayo kita foto!" sentak Vika kesal.

Maira memilih diam. Memberikan keputusan pada gadis yang memproklamirkan diri untuk menjadi teman barunya.

Aneh? Tentu saja, Reina juga dulu menjauhinya, tapi hanya karena dirinya memberikan pekerjaan, gadis itu berubah sikap sangat drastis.

"Maaf, aku ada urusan dengan Maira, kalian saja," elak Reina yang membuat sahabat serta kekasihnya terbelalak tak percaya.

Reina tak butuh kenangan apa pun dengan mereka. Baginya, masa depannya jauh lebih utama.

Maira yang hendak memberikan ruang untuk mereka mencoba menyingkir dari sana sebelum tangannya dicekal oleh Reina.

"Ayo kita pergi!" ajak Reina tiba-tiba.

Reina pergi meninggalkan keempatnya yang mematung tak percaya.

"Tuh 'kan Kak Rei memang aneh, sekarang kita foto yuk!"

Grace kecewa, dia memilih berlalu dari sana dan mengabaikan semuanya.

Hatinya sama gundahnya dengan Edwin, terlebih lagi dia merasa tak suka dengan kedekatan Reina dengan Maira.

Reina ternyata pergi menuju tempat kerja Maira. Sebuah kafe yang menyediakan berbagai kue dengan bangunan yanh sangat chick untuk kawula muda.

"Kamu yakin bos kamu mau nerima aku?" tanya Reina gugup.

"Asal kamu mau bekerja sungguh-sungguh tak tak banyak mengeluh seperti nona muda, aku rasa kamu bisa di terima," jawab Maira santai.

Keduanya masuk dengan perasaan masing- masing. Jika Maira bersikap santai, berbanding terbalik dengan Reina yang merasa gugup bukan main.

Ia tak lagi punya teman yang bisa dia mintai tolong mencarikan dirinya pekerjaan lagi.

Reina menyesal karena dunianya hanya berpusat pada dua sahabatnya yang nyatanya akan mengkhianatinya di kemudian hari.

"Hai bos!" sapa Maira jenaka.

Seorang wanita berpenampilan eksentrik berdecak sebal saat baru akan menyapa yang ia kira pengunjung.

"Astaga, ku kira kau La llorona," cebik wanita yang berdiri di depan meja kasir.

"Aku cantik begini bos sama kan dengan iblis betina, hancur hatiku," balas Maira penuh drama.

Baru kali ini dia melihat Maira berinteraksi dengan orang lain, ternyata gadis itu cukup menyenangkan.

Kini tatapan wanita yang Maira panggil bos itu ke arahnya. Maira tahu sang atasan meminta penjelasan.

"Ini temanku, dia sedang butuh kerjaan dan aku tahu kalau bos—"

"Yah, aku baru aja nerima karyawan baru," sela Atasan Maira itu.

Luruh sudah harapan Reina. Iya yang sangat berharap dengan pekerjaannya ini harus pupus seketika.

.

.

.

Lanjut

1
Dapllun
semangat kak, aku tinggalkan komentar ku disini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!