Dijodohkan dengan cowok jalanan yang ternyata ketua geng motor membuat Keisya ingin menolak. Akan tetapi ia menerimanya karena semakin lama dirinya pun mulai suka.
Tanpa disadari, Keisya tak mengetahui kehidupan laki-laki itu sebelum dikenalnya.
Apakah perjodohan sejak SMA itu akan berjalan mulus? atau putus karena rahasia yang dipendam bertahun-tahun.
Kisah selengkapnya ada di sini. Selamat membaca kisah Ravendra Untuk Keisya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perhatian
Malam ini Keisya ingin pergi ke pasar malam, letaknya tak jauh dari rumahnya. Namun, ia tak akan diizinkan oleh kedua orangtuanya jika hanya sendirian di sana.
Tok tok tok
Suara pintu diketuk oleh seseorang membuat pria yang tengah duduk di sofa beranjak berdiri dan membukakan pintu.
"Assalamualaikum, Om. Dion mau ajak Keisya jalan-jalan boleh nggak?" tanya Dion sopan.
"Jalan-jalan ke mana malam-malam gini?" tanya balik Bram dengan raut wajah menyelidiki.
Dion menunduk, kemudian ia mendongak kembali.
"Saya mau ajak dia ke pasar malem," jawabnya jujur.
Keisya yang mendengar ada suara seseorang sedang berbicara pun keluar dari kamarnya. "Siapa, yah?"
"Dion, teman kamu." jawab Bram masih dengan wajah datar.
"Dion? Mau ngapain emang?" tanya gadis itu menatap Dion yang diberi kode untuk masuk ke dalam.
"Sudah, kalau ingin jalan-jalan silakan. Tapi jangan pulang terlarut malam. Kamu, jaga anak saya. Karena perjodohan itu akan tetap berlanjut." jelas pria tersebut kemudian tersenyum dan berlalu dari ruang tamu.
Keisya terlihat melirik Dion yang masih saja diam dan seolah-olah tidak pernah mengenalnya. Sungguh menyebalkan. Kemarin saja ia sudah bersikap manis pada Keisya, tapi sekarang? Berubah lagi jadi tembok es batu.
"Kalo nggak niat mending nggak usah." ujar Keisya ingin pergi tetapi di cegat dulu oleh Dion.
Kini cowok tampan bernama Ravendra Octa Dion sedang memegang tangan kanan Keisya. Raut wajahnya berbeda dari yang tadi. "Ayo ke pasar malem." ajaknya lembut.
Aduh, Keisya langsung ingin terbang begitu mendengar suara khasnya Dion. "Nggak jadi." timpalnya lalu pergi, namun beberapa langkahnya terhenti ketika mendengar Dion batuk.
"Di? Lo baik-baik aja kan?" tanya gadis itu tanpa menghadap ke belakang tempatnya Dion masih berdiri.
"Nggak papa, tadi gue cuma ..." balas Dion langsung dibuat terkejut tiba-tiba Keisya sudah berada di depannya.
Keisya menatap tajam pada Dion. "Lo cuma apa? Lo abis dari mana? Hm? Kenapa diem aja? Jawab dong, lo abis dari mana?"
Hening. Semua pertanyaan Keisya tak di jawab satupun oleh Dion. Membuat Keisya semakin kesal di buatnya.
"Gue tanya sekali lagi, LO ABIS DARI MANA!! Lo punya mulut kan?" tegas Keisya mencak-mencak.
"Gue abis dari ..." Belum sempat Dion menjawab ia sudah di tampar terlebih dahulu oleh Keisya.
Plakk
Wajah Kei sekarang bukan main main, amarahnya terlihat jelas pada Dion.
"Nggak usah jelasin, gue udah tau lo abis dari mana dan lo abis ngapain. Sekarang, lo pulang aja deh."
Wajar saja Keisya tiba-tiba menampar Dion, apa kalian tau alasannya apa? Ketika Dion mau menjawab, napasnya sudah tercium oleh Keisya. Yang jelas bukan wangi mint, tapi bau rokok. Itu artinya? Ya, Dion habis merokok di tempat tongkrongannya.
"Sya, gue nggak ngerokok. Gue cuma hisap satu kali doang buat ngehargain temen nongkrong gue." Penjelasan Dion mendapati acuhan dari Keisya.
Gadis itu membuang muka. "Bacot ah, asal lo tau aja gue paling nggak suka sama cowok yang ngerokok." ujarnya datar.
"Yaudah, gue balik kalo lo bener-bener nggak mau ditemenin." kata Dion dengan nada seraknya.
"Balik aja, lagian sebenarnya gue boleh kemana-mana sendiri. Gue cuma ngetes lo doang." balas gadis itu tidak menatap Dion bahkan tidak meliriknya.
Disaat Dion berjalan akan keluar dari rumah Keisya, tiba-tiba langkahnya terhenti mendadak. "Dion nggak ngerokok, Kei. Dia cuma hisap satu kali itupun nggak ngeluarin asap. Dia ditawarin rokok sama temen tongkrongan gue, sebenarnya dia juga nggak mau ngerokok karena dia inget lo nggak suka sama cowok tukang ngerokok. Dia batuk dan penyakit asmanya kambuh. Toh, kalo lo nggak percaya ya terserah. Semua balik ke diri lo sendiri. Dion udah berusaha nggak cuek dan datar. Tapi lo masih sepelein dia." ungkap seseorang yang ternyata adalah Devan.
Mendengar ucapan Devan tadi, membuat Keisya menatap Dion. "Lo kambuh lagi?" tanyanya mendekati Dion.
"Iya. Nggak perlu tanya, gue nggak penting buat lo. Putusin aja perjodohan itu, lagian percuma buat apa dijodohin kalo salah satu pihak tidak bisa menerima." kata Dion masih berdiri.
"Gue sayang sama lo, Di. Gue marah karena gue khawatir sama keadaan lo yang lagi hadapi penyakit asma dan lo malah ngerokok." jelas gadis itu matanya mulai berkaca-kaca.
"Lo sayang sama gue? Emang lo nggak benci sama cowok yang malam ini hisap rokok satu kali?" tutur Dion mendapat gelengan dari Keisya.
"Ngapain benci? Kita udah masuk di perjodohan itu, jadi gue nggak bisa ninggalin lo gitu aja." balasnya tersenyum.
Dion terus memandangi wajah Keisya membuat gadis itu menjadi malu. "Lo cantik banget, Sya. Terus dipakai ya hijabnya." Keinginan Dion adalah ingin Keisya menjadi perempuan yang Sholehah. Ya walaupun masih agak judes sih sifatnya.
"Pasti dong. Lo itu cinta ketiga gue." Ujarnya terkekeh.
"Ketiga?" Heran Devan dan Dion kompak.
"Iyalah. Cinta pertama gue buat Tuhan, yang kedua buat orangtua gue dan yang ketiga itu lo. Hehehe ..."
"Yaudah, iya ..." Jawab Dion tersenyum sambil mengacak acak rambut Keisya.
Devan hanya berkacak pinggang dan berdecak kesal melihat dua pasangan itu.
"Pending dulu bucinnya, tunggu gue balik." timpal Devan dengan gaya cueknya.
"Idih, sok cuek! Biasanya aja nggak bisa diem tuh." cibir Keisya menatap sinis pada Devan.
"Udah-udah, Sya. Jangan kayak gitu." sahut Dion menasehati.
Keisya seketika kesal. "Oh, marahin gue? Oh ... gitu ya lo sekarang. Belain terus tuh sepupu lo!" kesal gadis tersebut bersidekap ngambek.
Devan hanya tertawa ngakak namun tak berlangsung lama tawanya hilang karena melihat kedua orangtua nya Keisya yang berada di tangga lantai kedua, memberi kode agar pergi meninggalkan Keisya dan Dion berduaan.
"Lanjutin debatnya, gue balik dulu. Dah ..." seru Devan berlalu dari rumah keisya.
Keisya dan Dion saling bertatapan satu sama lain dengan raut wajah bingung. "Nah, sepupu lo ngeselin kan."
"Bukan ngeselin, tapi udah dikode sama Mama Papa lo." jawab Dion membuat Keisya menoleh ke belakang dan terkejut melihat orangtuanya.
"Oh, pantesan ..." gumamnya membuat Yunita terkekeh.
"Jadi nggak ke pasar malemnya?" tanya wanita itu menepuk bahu Keisya.
Keisya menggeleng pelan. "Kasian Dion, mah. Dia abis ngerokok tuh mentang-mentang nongkrong ngehargain temen." adunya sambil memicingkan matanya pada Dion.
Bram langsung menatap tajam pada Dion. Jika saja tidak ada anak dan istrinya itu, ia sudah menghajar habis cowok tersebut. Sayangnya, ia harus menahan emosi di depan putrinya sendiri. "Sekali kamu coba rokok lagi ..." ucap Bram dengan nada sedikit diperpanjang.
"Hukum Dion kalo kurang ajar." celetuk cowok itu mampu membuat Keisya menggeleng tak percaya.
"Kamu siap saya hukum?" tanya Bram, wajahnya sangat serius.
Yunita memandangi dua laki laki tersebut secara bergantian, dengan sesekali menatap Keisya yang ikut merasa tegang. "Siap, Om. Dion nggak keberatan setiap aku bikin kesalahan, hukum aja nggak apa-apa." balasnya menunduk.
"Ya sudah, silakan kalian ingin ke mana jam segini." tutur Bram lalu pergi ke kamar sambil merangkul Yunita.
"Ke mall aja deh," sahut Keisya cepat.
Tak berlangsung lama Keisya menatap Dion sebagai kode pertanyaan apakah Dion mau menemaninya selama di mall. "Udah, ayo." kata cowok tersebut menggandeng tangan Keisya.
Keisya Arunika Jian. Ia sedang bahagia dan kalau bisa ia ingin terbang ke angkasa. Jantungnya berdegup kencang. Yang digandeng tangannya, yang nggak bisa diam jantung hatinya.
Cklek
Pintu ditutup karena akan meninggalkan rumah. Keisya mengerutkan keningnya heran. "Loh, lo bawa mobil bukan motor? Kenapa nggak motor aja?" tanya gadis itu berjalan menghampiri mobil Dion.
"Sekarang lo milik gue, nggak terima plus nggak ada penolakan." Singkat, padat dan jelas.
Kata kata itu tak di herankan lagi membuat Keisya terdiam tak percaya. "Nggak terima plus? Maksudnya?" Bingungnya tak mengerti.
"Nggak terima dan ngga ada penolakan. Artinya lo nggak boleh nolak dan gue ngga akan terima juga penolakan itu." jelas Dion.
"Emang aneh ya,"