Bismarck telah tenggelam. Pertempuran di Laut Atlantik berakhir dengan kehancuran. Kapal perang kebanggaan Kriegsmarine itu karam, membawa seluruh kru dan sang laksamana ke dasar lautan. Di tengah kegelapan, suara misterius menggema. "Bangunlah… Tebuslah dosamu yang telah merenggut ribuan nyawa. Ini adalah hukumanmu." Ketika kesadarannya kembali, sang laksamana terbangun di tempat asing. Pintu kamar terbuka, dan seorang gadis kecil berdiri terpaku. Barang yang dibawanya terjatuh, lalu ia berlari dan memeluknya erat. "Ana! Ibu kira kau tidak akan bangun lagi!" Saat melihat bayangan di cermin, napasnya tertahan. Yang ia lihat bukan lagi seorang pria gagah yang pernah memimpin armada, melainkan seorang gadis kecil. Saat itulah ia menyadari bahwa dirinya telah bereinkarnasi. Namun kali ini, bukan sebagai seorang laksamana, melainkan sebagai seorang anak kecil di dunia yang sepenuhnya asing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Akihisa Arishima, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
After Stampede
Pertarungan yang begitu mengerikan akhirnya berhasil mereka atasi. Berkat bantuan dari Bismarck yang tiba-tiba muncul, mereka yang sekarat bisa bertahan hidup. Namun, kemenangan itu terasa pahit. Desa Fischerdorf yang dulunya asri kini hanya menyisakan puing-puing dan abu yang beterbangan di udara. Tak ada lagi rumah yang berdiri kokoh, hanya reruntuhan dan bekas pertempuran yang membekas dalam ingatan.
Setidaknya... aku sudah datang tepat waktu, ucap Bismarck dalam hatinya.
Jika saja aku terlambat bangkit, apa yang akan terjadi kepada mereka? lanjutnya sembari menggendong Anastasia dalam pangkuannya.
Mereka yang masih sadar dibantu oleh Bismarck. Dengan efisiensi yang tenang, ia mengangkat satu per satu tubuh yang terluka parah tanpa menunjukkan rasa lelah sedikit pun. Setelah meletakkan Anastasia di ruang medis kapal, Bismarck bergegas mendekati Katarina yang terlihat berjalan pincang.
"Lama tidak bertemu, Tuan Klaus," ucap Bismarck memberi hormat dengan sopan.
"Ah... tidak, sekarang aku adalah Katarina. Klaus adalah masa lalu," jawab Katarina, senyum tipis menghiasi wajahnya yang letih.
Bismarck memerhatikan langkah Katarina yang tertatih-tatih, matanya yang tajam menangkap luka-luka di tubuhnya. "Apa perlu kubantu?" tanyanya.
Katarina menggeleng pelan. "Ah, tidak perlu. Aku baik-baik saja. Tetapi..." Ia menoleh ke arah sosok yang terbaring tak sadarkan diri di dekat mereka. "Bisakah Anda membantu Nona Seraphina? Beliau adalah ibu dari Nona Laksamana. Saya harap Anda bisa merawatnya dengan baik."
Tanpa ragu, Bismarck mengangguk mantap. "Tentu saja. Saya akan memastikan beliau mendapat perawatan terbaik."
Dengan hati-hati, Bismarck mengangkat tubuh Seraphina dan membawanya ke ruang medis. Meskipun luka-lukanya tidak separah yang lain, kondisinya tetap memerlukan perhatian khusus. Sepanjang perjalanan menuju ruang medis, pikiran Bismarck terus dipenuhi oleh kekhawatiran yang tak ia tunjukkan di wajahnya.
Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam insiden itu, meski banyak dari mereka mengalami luka serius. Sementara itu, di sekitar reruntuhan, mayat goblin dan hobgoblin berserakan, menjadi bukti betapa dahsyatnya pertempuran yang baru saja mereka lalui.
Sebagian besar penduduk telah dievakuasi ke Kalmar, wilayah di bawah perlindungan Countess Getrud. Sementara itu, mereka yang bertarung mati-matian, termasuk Anastasia dan teman-temannya, kini dirawat di atas kapal perang raksasa Bismarck.
Hingga akhirnya, di hari ketiga, kelopak mata Anastasia mulai bergerak. Napasnya yang berat perlahan menjadi stabil. Dengan gemetar, ia membuka matanya dan memandangi langit-langit metalik yang sedikit familiar baginya.
"...Ack..." gumamnya lemah, merasakan nyeri tajam di bagian kepala yang seolah menusuk hingga ke dalam.
Suara itu menarik perhatian Bismarck yang berdiri di dekatnya. Dengan cepat, gadis berambut pirang panjang itu menghampiri Anastasia, ekspresi dinginnya sedikit melunak.
"Anda akhirnya sadar, Nona Laksamana," ucap Bismarck, suaranya lembut namun tegas.
"Di... di mana aku?" tanya Anastasia lemah, wajahnya menyiratkan kebingungan.
"Anda berada di atas kapal. Anda aman sekarang," jawab Bismarck dengan tenang.
Anastasia mencoba bangkit, tetapi rasa sakit yang menusuk di seluruh tubuhnya membuatnya meringis pelan. "Kapal...? Apa yang terjadi... Bagaimana aku bisa di sini?" tanyanya dengan suara bergetar.
"Setelah pertarungan berakhir, Nona Laksamana dan yang lainnya dalam kondisi sekarat. Saya membawa Anda semua ke atas kapal dan merawat Anda di sini," jawab Bismarck sambil memeriksa alat pemulihan.
"Anda bertarung dengan terlalu memaksakan diri, Nona," ucap Bismarck.
Anastasia terdiam sejenak, mengingat kembali pertarungan sengit melawan gerombolan goblin dan bagaimana tubuhnya hampir hancur akibat kekuatan misterius yang ia gunakan di akhir pertempuran.
"Bagaimana dengan yang lain? Apakah mereka selamat?" tanya Anastasia cemas.
Bismarck mengangguk pelan. "Tentu saja, berkat Nona, semuanya berhasil selamat. Meski kondisi mereka sudah mulai stabil, tapi mereka belum sadarkan diri."
Anastasia menundukkan kepala, hatinya terasa berat mendengar kabar itu. Rasa bersalah mencengkeram hatinya, menyadari pengorbanan yang telah mereka lakukan demi mempertahankan desa dari serangan itu.
"Terima kasih, Bismarck..." bisiknya pelan dan tersenyum ke arah Bismarck.
Bismarck menundukkan kepalanya sedikit. "Adalah tugas dan kehormatan saya, Nona. Anda tidak perlu berterima kasih."
Suasana kembali hening sejenak hingga suara pelan dari sisi lain ruangan memecah keheningan.
"A... Anastasia...?" Suara lemah itu milik Seraphina yang mulai sadar dari tidurnya.
Anastasia tersentak dan menoleh, hatinya terasa lapang melihat ibunya mulai siuman.
"Ibu, Ibu sudah sadar!" seru Anastasia dengan penuh kelegaan.
Seraphina tersenyum lemah, matanya yang lembut menatap putrinya dengan penuh kasih. "Anastasia... syukurlah, kau selamat. Aku sangat khawatir..."
Anastasia menggenggam tangan ibunya dengan erat, air mata menetes di sudut matanya. "Aku juga, Ibu... Aku pikir aku akan kehilanganmu."
Seraphina mengalihkan pandangannya ke Bismarck, rasa terima kasih terpancar jelas di wajahnya. "Terima kasih... atas segalanya. Jika bukan karena Anda, aku mungkin tak akan melihat putriku lagi."
Bismarck mengangguk hormat. "Adalah tugas saya untuk melindungi Nona Laksamana dan orang-orang yang berharga baginya. Anda tidak perlu berterima kasih."
Setelah satu hari penuh istirahat, akhirnya Anastasia mulai merasa tubuhnya pulih. Meskipun rasa nyeri masih menggelayuti setiap gerakannya, ia memutuskan untuk keluar dari ruang medis dan berjalan menuju dek depan kapal perang.
Angin laut berembus lembut, membawa aroma asin yang khas dan menyapu wajahnya dengan kesejukan ringan. Deburan ombak di bawah sana terdengar menenangkan, seolah mencoba meredam kecemasan yang masih menyelimuti pikirannya. Namun, teriknya matahari siang mulai membuat keringat mengalir di pelipisnya. Dengan langkah perlahan, Anastasia berjalan menuju bayangan di bawah laras besar meriam utama kapal. Ia duduk dan bersandar di sana, mencari perlindungan dari sengatan panas matahari.
Ia memejamkan mata, membiarkan pikirannya melayang kembali ke malam itu—malam ketika semuanya hampir berakhir. Ingatan tentang pertempuran melawan gerombolan goblin yang tiada habisnya, rasa sakit luar biasa, dan kekuatan misterius yang meledak di dalam dirinya masih membekas jelas.
"Kekuatan itu... Apa sebenarnya yang telah aku bangkitkan?" gumamnya lirih sambil memegang dadanya yang masih terasa nyeri.
Penasaran dengan perubahan yang ia rasakan, Anastasia mengangkat tangannya.
"Open status," ucapnya pelan, memanggil jendela status.
Cahaya biru berpendar, membentuk layar transparan di depan matanya. Dengan jari mungilnya, ia menggulir daftar kemampuan yang dimilikinya hingga sebuah skill baru yang belum pernah ia lihat sebelumnya menarik perhatiannya.
"Iron Cross Gaze..." bisiknya, matanya membesar sedikit.
Dengan ragu, ia menekan nama skill itu. Seketika, jendela baru terbuka, memperlihatkan deskripsi mendetail tentang kemampuan tersebut.
Skill: Iron Cross Gaze (Beast of Ragnarok) (SSS)
Rank: EX (Unsealed Power)
Level: 1
Mana : 0
Deskripsi:
Kekuatan primordial yang tersegel dalam jiwa pengguna, membangkitkan naluri bertarung yang melampaui batas. Saat diaktifkan, mata pengguna berubah menjadi merah menyala dengan pola Iron Cross yang berpendar, memancarkan aura dominasi dan kehancuran. Tatapan pengguna bukan hanya menanamkan ketakutan, tetapi juga menghadirkan tekanan luar biasa yang dapat melumpuhkan lawan di sekitarnya.
Dalam mode ini, pengguna memasuki kondisi "Berserk Consciousness", di mana mereka tetap sadar namun bertindak dengan insting bertarung yang mengerikan. Setiap gerakan menjadi lebih cepat, lebih kuat, dan lebih efisien, menciptakan kombinasi sempurna antara kekuatan, kecepatan, dan strategi.
Efek:
Iron Cross Vision – Pengguna dapat membaca gerakan musuh dalam slow-motion, menganalisis pola serangan mereka, dan menemukan titik lemah dengan akurasi tinggi.
Berserk Dominance – Kekuatan serangan, kecepatan, dan refleks meningkat 600%, memungkinkan pengguna melampaui batas fisik manusia.
Predator’s Presence – Aura pengguna mengintimidasi semua makhluk di sekitarnya, menyebabkan musuh yang lebih lemah mengalami ketakutan ekstrem atau bahkan lumpuh di tempat.
Ragnarok’s Gaze – Tatapan langsung pengguna dapat melumpuhkan lawan yang lebih lemah dan menekan mental musuh yang lebih kuat, membuat mereka ragu dan kehilangan fokus.
Unbreakable Will – Pengguna mengabaikan rasa sakit dan kelelahan sepenuhnya, bertarung dalam kondisi apapun tanpa kehilangan efektivitas.
Kelemahan:
Efek Pasca Aktivasi – Setelah mode ini berakhir, pengguna akan mengalami kelelahan serta rasa sakit ekstrem dan kehilangan energi dalam jangka waktu tertentu.
Risiko Kehilangan Kendali – Semakin lama skill ini digunakan, semakin tinggi kemungkinan pengguna tenggelam dalam naluri bertarung, kehilangan kendali atas dirinya sendiri.
Peningkatan Haus Pertempuran – Menggunakan skill ini terlalu sering dapat menyebabkan ketergantungan, membuat pengguna semakin haus akan pertempuran dan kehancuran.
Efek Sisa – Mata pengguna akan tetap berwarna merah dengan pola Iron Cross selama beberapa waktu setelah skill berakhir, atau yang lebih buruknya menjadi permanen.
Dengan saksama, Anastasia membaca keterangan skill baru yang ia peroleh setelah pertarungan yang mempertaruhkan nyawanya.