NovelToon NovelToon
Kembalinya Dewa Beladiri

Kembalinya Dewa Beladiri

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Setelah mengorbankan dirinya demi melindungi benua Tianlong, Wusheng, Sang Dewa Beladiri, seharusnya telah tiada. Namun, takdir berkata lain—ia terlahir kembali di masa depan, dalam tubuh seorang bocah lemah yang dianggap tak berbakat dalam seni bela diri.

Di era ini, Wusheng dikenang sebagai pahlawan, tetapi ajarannya telah diselewengkan oleh murid-muridnya sendiri, menciptakan dunia yang jauh dari apa yang ia perjuangkan. Dengan tubuh barunya dan kekuatannya yang tersegel, ia harus menemukan jalannya kembali ke puncak, memperbaiki warisan yang telah ternoda, dan menghadapi murid-murid yang kini menjadi penguasa dunia.

Bisakah Dewa Beladiri yang jatuh sekali lagi menaklukkan takdir?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10 Negosiasi: Niat Patriak Wu Chengfeng Yang Sulit Ditebak

Lin Shuelan tetap berdiri tegak, menahan dorongan untuk mundur. "Salam hormat Patriak Wu. Saya Lin Shuelan, datang sebagai perwakilan dari Sekte Mawar Putih untuk mengusulkan kerja sama perdagangan dengan Sekte Phoenix."

Salah satu tetua mendengus pelan, sementara Wu Chengfeng menyilangkan tangannya. "Kerja sama? Kenapa Sekte Mawar Putih tiba-tiba ingin bekerja sama dengan kami? Bukankah selama ini kalian lebih suka berjalan sendiri?"

Lin Shuelan menatapnya dengan tenang. "Dulu, itu benar. Tapi sekarang, Sekte kami mengalami kekurangan pasokan obat-obatan. Rumput Api yang tumbuh subur di sepanjang Gunung Phoenix, dapat menjadi solusi bagi kami. Dengan perjanjian ini, Sekte Phoenix juga akan mendapatkan akses ke sumber daya yang hanya bisa kami sediakan."

Wu Chengfeng tertawa pelan, penuh nada mengejek. "Sumber daya yang hanya bisa kalian sediakan? Kau ingin kami percaya begitu saja? Dan seandainya kami setuju, bagaimana kami bisa yakin bahwa Rumput Api yang kami berikan tidak akan digunakan untuk menyerang kami kembali?"

Lin Shuelan langsung membantah. "Perjanjian antar sekte yang ditetapkan oleh Kerajaan Shousen jelas melarang konflik antar sekte, jadi tidak ada peperangan antar sekte seperti dulu."

Wu Chengfeng menyipitkan matanya. "Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Kerajaan sedang tidak stabil karena perang politik. Aturan bisa berubah kapan saja."

Lin Shuelan terdiam sesaat, menyadari bahwa ini lebih dari sekadar perdagangan. Wu Chengfeng sedang menguji dirinya, mencari kelemahan untuk melihat apakah ia benar-benar pantas bernegosiasi atau tidak.

"Kami tidak meminta Sekte Phoenix untuk percaya begitu saja," Lin Shuelan melanjutkan, memilih kata-katanya dengan hati-hati. "Kami bersedia membuat perjanjian tertulis yang mengikat, dengan saksi dari pihak netral. Jika ada tanda-tanda pengkhianatan, Sekte Phoenix berhak membatalkan kerja sama ini kapan saja."

Beberapa tetua mulai berbisik di antara mereka sendiri. Wu Chengfeng tetap diam, menatap Lin Shuelan dengan ekspresi yang sulit ditebak. "Kau berbicara seperti seseorang yang memahami diplomasi, tetapi aku ragu itu datang dari pengalaman pribadimu."

Lin Shuelan merasakan darahnya mendidih, tetapi ia tetap tenang. "Ini mungkin pertama kalinya saya bernegosiasi dalam skala seperti ini. Namun, itu tidak berarti saya tidak memahami tanggung jawab yang menyertainya. Saya datang bukan hanya sebagai utusan, tetapi juga sebagai seseorang yang ingin melihat dunia yang lebih stabil."

Wu Chengfeng menghela napas, lalu bersandar di kursinya. "Baiklah. Aku akan mempertimbangkan tawaran ini. Tapi ada satu syarat."

Lin Shuelan mengangkat alis. "Apa itu?"

"Harga Rumput Api akan ditentukan oleh Sekte Phoenix itu sendiri. Kami yang memutuskan nilainya, bukan Sekte Mawar Putih."

Lin Shuelan sedikit ragu mendengar syarat itu. Jika harga sepenuhnya ditentukan oleh Sekte Phoenix, maka Sekte Mawar Putih bisa saja dirugikan dengan harga yang terlalu tinggi. Namun, ia tahu keputusan ini bukan ada di tangannya.

"Keputusan ada di tangan pemimpin sekte kami," jawab Lin Shuelan akhirnya sambil menahan emosinya. "Saya akan menyampaikan syarat Anda."

Wu Chengfeng menyeringai tipis. "Kau belajar cepat. Aku akan menunggu jawaban kalian. Sampai saat itu, jangan berharap aku akan memberikan Rumput Api begitu saja."

Lin Shuelan menunduk dengan hormat sebelum berbalik, hatinya masih bergemuruh dengan perasaan bercampur aduk. Wu Ruoxi menatapnya dengan khawatir saat mereka berjalan keluar dari aula.

"Kau baik-baik saja, Nak?" tanyanya dengan lembut.

Lin Shuelan menghela napas, menatap ke langit malam. "Aku tidak tahu apakah aku berhasil atau gagal. Tapi satu hal yang pasti—ini belum berakhir di sini."

...

Taman Sekte Phoenix.

Lin Shuelan duduk termenung di taman sekte, pandangannya terpaku pada bulan yang menggantung di langit.

Angin malam berembus lembut, membawa serta aroma samar dari bunga-bunga yang mekar. Di dalam hatinya, ada kegelisahan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Sekte Mawar Putih sedang berada di ambang krisis. Stok obat-obatan mereka hampir habis, dan jika ada murid yang terluka, mereka hanya bisa mengandalkan ramuan tingkat rendah yang bahkan nyaris tidak memenuhi syarat sebagai obat penyembuh.

Ladang tanaman obat mereka sudah sangat menipis, dan mencari tumbuhan obat di luar wilayah sekte semakin sulit.

Satu-satunya harapan mereka bergantung pada kerja sama dengan Sekte Phoenix. Jika negosiasi ini gagal, maka masa depan sekte akan suram.

Namun, Lin Shuelan tidak hanya melakukan ini untuk sektenya. Ia juga ingin mendapatkan pengakuan dari ayahnya. Selama ini, ia dianggap sebagai anak yang gagal, tidak cukup kuat, tidak cukup cerdas, dan tidak cukup berharga untuk membawa kebanggaan bagi keluarganya.

Tapi jika ia berhasil mengamankan perjanjian ini, mungkin—hanya mungkin—ayahnya akan melihatnya dengan cara yang berbeda. Mungkin ia akan diterima kembali sebagai bagian dari keluarga.

Tiba-tiba, langkah kaki ringan terdengar di belakangnya. Lin Shuelan tidak perlu menoleh untuk mengetahui siapa itu.

"Apa yang kau pikirkan sambil melamun?," suara Wu Shen yang hangat memecah keheningan.

Lin Shuelan menghela napas pelan. "Aku hanya memikirkan hasil dari negosiasi tadi."

Wu Shen duduk di sampingnya, bahunya hampir menyentuh miliknya. "Bagaimana menurutmu?"

"Aku tidak tahu," ujar Lin Shuelan. "Aku merasa sudah melakukan yang terbaik, tetapi niat Patriak Wu terlalu sulit dibaca. Aku tidak bisa memastikan apakah dia benar-benar mempertimbangkan kerja sama ini atau hanya bermain-main denganku."

Wu Shen menatapnya dengan lembut. "Kau melakukan lebih dari yang seharusnya. Tidak semua orang bisa tetap tenang menghadapi tekanan dari seorang patriark."

Lin Shuelan menoleh dengan alis terangkat. "Kau benar-benar percaya dia akan mempertimbangkannya?"

Wu Shen tersenyum tipis. "Aku tidak bisa memastikan itu, tapi yang jelas, aku dan keluargaku akan membantumu sebisa mungkin."

Kata-kata itu membuat Lin Shuelan merasa sedikit lebih ringan. Ia tidak sendirian dalam perjuangan ini.

Mereka terdiam sejenak, menikmati keindahan malam yang seolah menenangkan hati mereka. Cahaya rembulan yang lembut menerpa wajah mereka, menciptakan suasana yang tenang namun penuh makna.

Tiba-tiba, Lin Shuelan seperti baru mengingat sesuatu. Ia menoleh ke arah Wu Shen dan bertanya, "Ngomong-ngomong, bagaimana dengan orang-orang yang membully-mu setelah kau kembali?"

Wu Shen tertawa pelan. "Mungkin mereka sedang terkejut atau panik sekarang saat mengetahui aku yang kembali hidup-hidup."

Lin Shuelan mengamati ekspresinya, lalu menghela napas. "Dan satu hal lagi. Kenapa kau berbohong pada orang tuamu? Kau bilang aku yang menyelamatkanmu, padahal sebenarnya kaulah yang menyelamatkanku."

Wu Shen terdiam sejenak sebelum menjawab dengan nada ringan, "Karena aku tahu kau akan mendapatkan kehidupan yang baik selama tinggal di Sekte Phoenix setelah ibuku tahu bahwa kau adalah orang yang menyelamatkanku."

Lin Shuelan tertegun. Ia tidak menyangka bahwa Wu Shen berpikir sejauh itu.

"Jadi, kau melindungiku dengan kebohongan?" gumamnya.

"Terkadang, kebohongan kecil bisa membuat segalanya lebih baik. Lagipula, apa kau benar-benar keberatan dengan itu?"

Lin Shuelan terdiam sejenak, lalu menggeleng pelan. "Tidak... Aku hanya tidak tahu harus merasa bagaimana."

Wu Shen menepuk bahunya dengan lembut. "Tidak perlu merasa apa pun. Kau sudah cukup banyak membawa beban. Aku hanya ingin kau tahu bahwa kau tidak sendirian."

Lin Shuelan menatapnya, dan untuk pertama kalinya malam itu, ia tersenyum. Walau masa depan masih penuh ketidakpastian, setidaknya ada seseorang di sisinya yang membuatnya merasa tidak sepenuhnya sendirian dalam perjalanan ini.

1
y@y@
🌟👍🏿👍🏻👍🏿🌟
Rinaldi Sigar
lnjut
Yuga Pratama
begitu lebih baik
y@y@
dan akhirnya harus rela menunggu chapter berikutnya🤣
Caveine: sabar bang wkwkw 😂
total 1 replies
y@y@
⭐👍👍🏻👍⭐
y@y@
🌟👍🏿👍🏻👍🏿🌟
y@y@
👍⭐👍🏻⭐👍
y@y@
👍🏿🌟👍🏻🌟👍🏿
y@y@
⭐👍👍🏻👍⭐
y@y@
🌟👍🏿👍🏻👍🏿🌟
y@y@
👍⭐👍🏻⭐👍
y@y@
👍🏿🌟👍🏻🌟👍🏿
y@y@
⭐👍👍🏻👍⭐
y@y@
🌟👍🏿👍🏻👍🏿🌟
y@y@
harusnya guru Ye harus pakai gaya Kuda" Lumping..🤣🤣🤣
y@y@
👍⭐👍🏻⭐👍
y@y@
👍🏿🌟👍🏻🌟👍🏿
y@y@
⭐👍👍🏻👍⭐
y@y@
🌟👍🏿👍🏻👍🏿🌟
y@y@
👍⭐👍🏻⭐👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!