"Lo lagi, lo lagi, lo sampai kapan sih selalu aja membuat gue susah." Ucap Cowok itu dengan dingin.
"Eeeh ada ketos ganteng." Ucap Alana tanpa merasa takut.
Dia adalah Azka Davie Adyatma seorang osis yang yang bersifat dingin dan tegas. Dia juga sangat populer dengan ketampananya dan kepintarannya.
"Lo bisa gak sih, sekali aja jangan buat gue susah." Ucap Azka dengan nada dinginnya.
"Gak bisa." jawab Alana dengan santainya.
Azka berusaha mengendalikan emosinya menghadapi sifat Alana yang sangat keras kepala." Ikut gue." Titah Azka sambil menarik tangan Alana dengan kasar
"Ckck, gak usah pegang-pegang tangan gue." Ketus Alana sambil menepis tangan Azka dengan kasar.
"Cepat jalan." Titah Azka.
"Iya, iya sabar napa?!"
"Loh, kok kita ke gudang sih?" Tanya Alana dengan heran. "Jangan-jangan lo mau macem-macem sama gue." Tuduh Alana sambil menjauh dari Azka.
Azka memutar bola matanya malas mendengar tuduhan Alana." Gue gak niat dengan badan tepos lo." Sahut Azaka dengan datar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvana Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6
"Mau makan apa lo?" Tanya Leon kepada Alana.
"Nasi goreng aja." Sahut Alana.
"Yaudah, lo tunggu di sini ya, biar aku yang mesenin." Ucap Leon sambil beranjak dari duduknya.
"Hmm."
Alana memperhatikan Leon yang sedang memesan makanan nya." Andai lo kakak kandung gue, pasti gue sangat bahagia." Ucapnya dalam hati yang masih memperhatikan Leon.
"Huff gue bersyukur punya kakak angkat seperti kak Leon." Ucapnya dengan pelan.
"Woy ngelamun aja lo." Ucap Galen yang baru saja datang.
Lamunan Alana langsung buyar ketika mendengar ucapan Galen." Anjir lo ngagetin gue aja." Ketus Alana.
"Hehe maaf, lo sih bengong aja."
"Tumben banget lo datang pagi, lo kan biasanya terlambat ?" Tanya Galen dengan heran.
Belum sempat Alana menjawab pertanyaan Galen, Leon terlebih dahulu memotong ucapannya." Ckck banyak tanya lo." Sahut Leon dengan ketus.
"Gue kan cuman nanya."
"Lo gak usah denger nih setan, lebih baik lo makan nasi lo." Ucap Leon sambil mengasihkan nasgor kepada Alana.
"Makasih kak."
Setelah itu Alan pun makan begitu lahap, ia sudah dari malam tidak makan. Karena dia sangat malas bertemu dengan ayahnya dan abangnya.
Leon tersenyum melihat Alana makan begitu lahap. "Pelan-pelan makannya." Tegur Leon.
"Hehe iya kak, gue lapar banget, udah dari malam tadi gue belum makan." Sahutnya Alana.
Leon langsung menatap Alana. "Apa!! lo gak makan dari malam tadi?" Tanya Leon yang masih memperhatikan Alana.
"Iya kak, gue males banget ketemu sama mereka." Sahut Alana dengan muka kesal.
Leon menghela nafas pelan saat mendengar sahutan Alana. "Walaupun lo males ketemu sama mereka, lo tetap harus makan Alana, nanti lo sakit." Ucap Leon sambil mengelus puncak kepala Alana dengan lembut.
Sedangkan Galen begitu bingung melihat kedekatan Alana dan Leon. "Kalian berdua pacaran?" Tanya Galen.
"Nggak gue adik angkat kak Leon." Sahut Alana.
Galen mengangguk paham." Owh pantesan kalian berdua, kelihatan akrab banget." Ujar Galen.
"AZKA, FAREL." Teriak Galen ketika melihat mereka berdua yang baru saja ingin memasuki kantin.
Alana dan Leon langsung menutup kuping mereka, ketika mendengar teriakan Galen yang begitu nyaring.
"Galen bangkek." Umpat Alana begitu kesal.
"Galen anj**." Umpat Leon tak kalah kesal dengan Alana.
Sang pelaku hanya cengengesan." Hehe maaf gue reflek." Sahut Galen.
Azka dan Farel menghampiri meja mereka. Azka duduk di samping Leon dan Farel duduk di samping Alana.
"Tumben nih bocah datang pagi." Ucap Farel sambil melihat ke arah Alana.
Alana memutar bola matanya malas." Ckck terserah gue lah, mau datang pagi kek, mau datang malam kek, gak ada urusannya sama lo." Ketus Alana dengan kesal.
"Galak amat neng." Ujar Farel.
"Lo mau gue colok mata lo pake nih gerpu hmm?" Tanya Alana sambil menatap Farel tajam.
Farel meneguk susah payah salivanya ketika Alana mengarahkan gerpu ke muka." Hee gak, gue cuman bercanda kok Al." Sahutnya yang sudah berkeringat dingin.
Leon dan Galen sudah menahan tawa melihat tangan Farel yang menggetar.
"Puff makanya jangan macam-macam sama cewek." Ucap Leon di iringi tawa.
"Mampus lo."
Sedangkan Azka hanya tersenyum tipis saat melihat Alana yang melotot ke arah Farel. "Lucu." Batinnya.
Alana merasa kepala terasa sangat pusing dan ia merasa perutnya sangat mual, seperti ingin memuntahkan sesuatu." Sialan gue belum minum obat." Batinnya.
Dia langsung beranjak dari duduknya." Gue ke toilet dulu."
Pamit Alana dengan muka pucatnya. Leon kaget melihat muka pucat Alana." Lo sakit? muka lo pucet banget." Ucap Leon dengan khawatir.
Alana menggelengkan kepalanya." Gue gak papa kak." Sahut Alana.
"Tapi lo pucet banget."
"Gue gapapa kak, gue ke toilet dulu ya." Ucap Alana sambil berjalan.
"Gue anter ke toilet."
"Gak usah!"
"Agrr sialan sakit banget." Ucapnya dalam hati menahan rasa sakit di dadanya.
Alana langsung berlari ke toilet, ia tidak bisa lagi menahan muntahnya. Sedangkan Azka sedikit khawatir melihat wajah pucat Alana, ia mengikutinya tanpa sepengetahuan Alana." Shtt kenapa jadi khawatir sama dia sih." Batinnya bingung.
Azka pun beranjak dari duduknya, ia berpura-pura ingin ke toilet." Gue ke toilet dulu." Ucap Azka kemudian berlalu.
"Apa dia sakit? kenapa mukanya sangat pucet?" Batinnya bertanya-tanya.
Sampai di toilet Alana langsung muntah darah begitu banyak.
Huek...huek..
"Agrrrr ini sangat menyakitkan." Lirihnya pelan.
Alana langsung membersihkan mulutnya, ia menatap cermin yang memantulkan dirinya. Ida dapat melihat wajahnya yang sangat pucet." Kesian banget sih hidup lo Al, udah gak dipedulikan keluarga lo sendiri, punyakitan lagi." Ucapnya tersenyum miris.
Setelah itu dia mengeluarkan obatnya di dalam tas dan langsung meminumnya." Harus sampai kapan gue minum obat sialan ini." Ucapnya dalam hati dengan kesal.
"Huff baju gue kena darah lagi." Kesalnya sambil
membersihkan baju nya yang kena darah.
Setelah selesai membersihkan bajunya, ia pun keluar dari toilet.
Ceklek.
"SETAN." Kaget Alana.
"Shtt lo jangan teriak-teriak deh." Bisik Azka menempelkan jari telunjuknya ke bibir Alana.
"Lo ngapain ke toilet cewek bodoh." Ucap Alana dengan kesal.
"Apa jangan-jangan lo mau ngintip." Tuduh Alana.
Azka jadi kesal mendengar tuduhan Alana." Enak aja lo ngomong." Ketus Azka tidak terima dituduh.
"Terus lo ngapain di sini?"
"Gue nunggu lo." Sahut Azka dengan datar.
"Ngapain lo nunggu gue?" Tanya Alana dengan bingung.
"Hukum lo!"
"Maksud lo apa, gue gak telat ngapain lo hukum gue." Balas Alana tak terima.
Azka bukannya menjawab pertanyaan Alana, ia malah menarik tangan Alana.
"Lo apa-apaan sih tarik-tarik tangan gue." Ketus Alana dengan kesal.
"Diem."
Sampai di taman Azka baru melepaskan tangan Alana." Lo gak lupakan, lo kemarin bolos?" Tanya Azka dengan muka datarnya.
"Gak, gue gak bolos tuh." Sahut Alana sambil mengalihkan pandangannya dari Azka.
"Gak usah bohong, gue liat lo sama Vanya bolos."
"Shtt, sialan kenapa dia bisa tau." Batinnya dengan kesal.
"Sebagai hukuman, lo harus jadi pacar pura-pura gue."
Alana melotot mendengar ucapan Azka." Lo gila!!"
"Lo harus jadi pacar pura-pura gue, gak ada bantahan." Ucap Azka dengan nada dingin.
"Najis, gue gak mau." Tolak Alana mentah-mentah.
Azka tersenyum menyeringai mendengar Alana yang berani menolaknya." Mau jadi pacar pura-pura gue? atau lo gue laporin ke guru BK?"
"Gue gak takut." Sahut Alana.
"Beneran lo gak takut, kalo orang tua lo di panggil ke sekolah?" Tanya Azka dengan senyum smiriknya.
Alana menahan emosi ketika mendengar ucapan Azka." Mau lo apa sih." Ketus Alana.
"Gue mau, lo jadi pacar pura-pura gue."
"Apa untungnya buat gue?"
"Gue akan memberi lo uang 5 juta tiap bulan, selama lo jadi pacar pura-pura gue." Sahut Azka.
"Hehe ada untungnya juga gue jadi pacar pura-pura dia." Batinnya.
"Sampai berapa bulan?" Tanya Alana.
"3 bulan!"
"Oke deal." Balas Alana, kemudian meninggalkan Azka sendirian di taman.