Apa jadinya jika seorang gadis remaja sudah bisa mengeluarkan ASI? Ya hal itu yang dialami oleh Shireen. Entah keajaiban darimana, tiba-tiba gadis berparas cantik nan manis itu bisa mengeluarkan ASI. Ia sadar dengan keanehannya, setelah sesaat ia bangun dari koma. Ia memberikan ASInya itu kepada bayi kembar seorang duda. Siapa sangka justru pertemuan Shireen dengan Sugar Daddy itu menjadi sebuah ikatan cinta.
Lantas siapakah seorang duda itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan
Shireen menatap seseorang yang ingin menghampirinya. Ia terkejut sangat terkejut, hatinya pun ketar-ketir dan ingin segera pergi. Namun, gadis kecil yang berada di gendongannya tak ingin lepas dari pelukannya dan tak mau diturunkan.
"Shireen, tolong gendong Azel sebentar lagi, dia kangen banget sama lo," ucap Lia. Ya, saat ini yang menghampiri Shireen adalah dua adik kembar majikannya. Ah ralat mantan majikan ya!
Shireen menatap Azel yang masih setia merengkuh lehernya. Bahkan gadis kecil itu, masih memblehkan bibirnya dengan kepala yang disandarkan.
'Astaga, ternyata bocah ini yang pernah gue susui dulu. Kangen banget gue sama mereka, tapi gue harus pergi dari dua cewe kembar ini,' batinnya.
"Gue mau kerja, maaf!" Shireen berusaha untuk menurunkan tubuh Azel. Namun, lagi-lagi bocah itu menolak seolah kakinya tak mau menyentuh tanah.
"Reen, kita minta maaf. Beri sedikit waktu buat Azel. Lo gak usah ngindar, gue gak bakal kasih tau kok sama kak Sam, tentang keberadaan lo. Jadi, lo tenang aja," ucap Lisa.
Shireen masih tak percaya. Kenapa setelah dua tahun ini, ia dipertemukan kembali dengan orang-orang yang membuat masa lalunya menjadi kelam.
'Onty, aku juga mau digendong Mama!" Tiba-tiba Azriel memaksa untuk turun dari gendongan Lisa. Bocah lelaki itu berlari menghampiri Shireen, dan memeluk kakinya.
"Mama, gendong Azil jugaa ...."
"Please ya Reen, kasih waktu buat mereka ...."
***
"Azel Azriel, jangan terlalu banyak makan manis, onty bisa adukan kalian dengan Daddy!"
Kedua bocah yang tengah asik menyantap makanan ringan yang mengandung banyak gula itu, seketika berhenti menguyah.
Untungnya belum banyak pengunjung hari ini, jadi Shireen lebih santai dan menyempatkan waktu senggang kerjanya dulu dengan kedua bocah yang terus memanggil dirinya mama.
"Onty wicked!" cetus Azriel.
"Biarin!" sahut keduanya.
"Mereka pintar ya." Shireen menatap Azel dan Azriel yang duduk di sisi kanan kiri pahanya.
"Iya, mereka cerdas tapi sering bertengkar," balas Lia dengan terkekeh.
"Reen, kita mau minta maaf. Semenjak kepergian lo, kak Sam bener-bener stress, uring-uringan dengan rasa bersalah di hatinya. Apalagi kita yang selalu menindas lo. Kita minta maaf ya," ujar Lisa.
"Gue juga mau minta maaf, sering mencemoohkan lo. Semenjak itu gue sadar, kita emang selalu butuh lo. Azel dan Azriel selalu nangis, nyebut nama mama yang di maksud mereka itu lo," timpal Lia.
Shireen tersenyum. Ia tak menyangka sikap mereka berubah. Tak ada lagi gadis kembar yang sombong yang selalu merendahkannya dulu.
"Gak apa-apa, gue maafin kok. Sekarang gue senang, karena bisa dipertemukan lagi sama bocah kembar ini. Gue kagum aja, sekarang mereka tumbuh pintar. Lucu-lucu lagi," balas Shireen.
"Iya, itu 'kan berkat ASI yang udah jadi darah daging mereka. Gue harap lo gak risih dipanggil mama sama mereka," ucap Lia.
"Gak sama sekali!" balas Shireen.
"Tapi, lo gak mau tanyain keadaan kak Sam? Dia frustrasi banget tau. Gue tau ini semua kesalahan kita yang buat lo jadi pergi. Sebagai permintaan maaf gue ke kak Sam juga, kita mau mempertemukan kalian berdua lagi," ujar Lisa.
Shireen berpikir sejenak, lalu ia menatap kembali kedua bocah yang masih bergelayut manja dengannya.
"Reen, pengunjung udah mulai rame nih, bantuin kakak!" Tiba-tiba Sheila memanggilnya. Memang benar semua pengunjung sudah mulai berdatangan.
Entahlah, belakangan ini pengunjung cafe mulai sepi, saat ramai pun hanya di waktu siang menjelang sore sampai malam. Malam pun hanya sampai jam sepuluh saja, karena biasanya sampai dini hari. Cafe ini memang tutup pada jam dua dini hari.
"Hmm, Azel Azriel kakak eh-hmm mama mau kerja dulu. Nanti kita sambung main lagi ya ...." ucap Shireen membujuk.
"Gak mau!"
Mereka serempak membalas itu. Namun setelahnya mereka langsung mendapat tatapan galak dari Lia dan Lisa.
"Mau onty bilangin Daddy?"
"Tidak ....!" Lagi-lagi mereka serempak membalas.
Dengan paksa Lia dan Lisa langsung mengambil mereka dari pangkuan Shireen.
"Gak mau Onty, gak mau! Huaaaa Mama!" Azel mengamuk, gadis kecil itu terus menepis tangan Lia yang berusaha mengambilnya.
"No, Azil masih mau sama Mama! No, Onty wicked!"
Akhirnya Lia dan Lisa mengambil mereka dari Shireen. Entah kenapa Shireen juga mereka sedih, melepaskan mereka. Ia ingin menghabiskan waktu banyak untuk mereka, tetapi terhalang dengan sebuah pekerjaan.
"Shireen thanks ya udah kasih waktu buat mereka. Boleh 'kan kita main-main lagi sama lo?" ucap Lisa.
"Ya, boleh banget. Maaf, karna gak bisa kasih waktu banyak. Tapi, lain gue sempetin waktu banyak buat mereka. Janji ya, jangan kasih tau tentang keberadaan gue di sini, gue masih belum siap ketemu om Sam," balas Shireen.
"Lo tenang aja. Ya udah, sekarang kita pergi dulu yaa."
Lia dan Lisa pun membawa keponakan mereka yang masih menangis dengan suara teriakannya yang begitu melengking.
"No, Onty. Don't not want. I hate Onty!" Azriel terus berteriak dengan menjambak rambut Lisa, sembari melontarkan kata-kata yang berbahasa Inggris itu.
"Onty jahat, Mama ...." Azel pun tak kalah histerisnya.
***
Malam hari.
"Son, tadi gue ketemu sama adiknya om Sam. Lo tau gak, anak yang dulu gue susui sekarang udah gede, lucu banget lagi mereka," ucap Shireen bercerita.
"Terus, abis ini lu mau gitu ketemu sama bapaknya?" hardik Jasson.
"Nggak, gue belum siap. Tapi, gue udah bilang sama adiknya kalo mereka gak bakal kasih tau tentang keberadaan gue. Ternyata, adiknya udah gak angkuh sama gue lagi."
Jasson mengubah posisinya tidurnya, lalu ia membuang napas dengan kasar. Saat ini pria itu tengah memejamkan mata dengan tubuh yang telanjang dada.
"Menurut gue lo bodoh. Mana mungkin dia gak kasih tau, sedangkan dia udah mulai baik sama lo. Kemungkinan, dia mau nyatuin lo sama Samuel itu lagi," balas Jasson tanpa membuka mata.
"Iya juga sih. Terus gue gimana dong?"
Jasson memakai bajunya, lalu ia menatap Shireen yang berada di atas ranjang. "Pokoknya kalo lo sampai luluh lagi sama dia, di saat lu dipertemukan lagi. Lo gak usah anggap gue sahabat, karena sebagai teman yang baik, gue gak mau lo hancur kayak dulu!" tegasnya.
"Tapi Son ...."
"Gue balik, besok gue jemput!"
Shireen menghela napasnya. Sepertinya pikiran pria itu tengah kacau, buktinya malam ini ia singgah di apartemennya. Kebiasaan Jasson, di saat ia sedang dalam masalah, pria itu pasti datang ke apartemen dan mencurahkan isi hatinya dengan sahabatnya.
Sementara di mansion tempat kediaman Samuel.
"Daddy tadi aku ketemu mama," ucap Azel.
"Mama?"
"Iya, Mama cantik. Aku sama kakak dipangku mama tadi," jawab Azriel.
"Siapa yang kalian maksud mama?" tanya Samuel masih bingung.
Bersambung ....