Semua telah terjadi, imanku rasanya telah kubuang jauh. Berganti Nafsu syahwat yang selama ini selalu kupendam dalam-dalam.
Apakah ini benar-benar keinginanku atau akibat dari sesuatu yang diminumkan paksa kepadaku oleh pria-pria itu tadi.
Aku tidak tahu dan tidak ingin tahu.
Satu yang pasti, aku semakin menikmati semua ini atas kesadaranku sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Preman Jahat
Mereka memeriksa isi tas dan handphoneku kembali. Mengambil beberapa kartu ATM dan juga beberapa barang penting yang ada di dalam tasku. Sedangkan yang lainnya, terlihat asyik merokok dan menenggak sebotol b1r sambil memutar film p*rn0 dengan suara kencang.
Terdengar desahan suara pemeran video wanita yang begitu kencang seolah kesakitan. Entah apa yang dilakukan oleh si pemeran pria.
“Ouuuuhhh.. Ouhhh My God.. Ohhh My god.... Yesss.. Fvck meee.. Ouhhh,” desahan yang kudengar berasal dari film itu.
“Astaghfirullah.. Aku jadi mikir apa...,” kataku dalam hati menyadari pikiranku yang membayangkan apa yang dilakukan si pemeran pria hingga membuat si pemeran wanita terus-terusan mendesah seperti itu.
“Nama Ariefna Wijayanti, Lahir tanggal 27 Maret 2002, Widih masih 21 usianya nih lont3,” ujar seorang anggota geng yang tubuhnya luar biasa gemuk tiba-tiba mengejutkanku.
Rupanya lelaki gendut itu sedang membaca KTPku sambil terus menggeledah beberapa kartu tanda pengenalku yang lain.
“Status belum menikah,” lanjutnya.
“Eh, lu masih peraw4n?” tanya lelaki gemuk itu.
“Ya ga mesti juga kaleee... Banyak yang belum nikah tapi udah bolong gak perawan,” timpal salah satu rekannya.
Kembali aku tak menggubris pertanyaan tidak penting itu. Aku hanya menatap mereka dengan kesal karena terus memeriksa isi tasku seenak mereka.
“Peraw4n ga? Jawab!” tanya si gemuk sambil memainkan pisau lipat.
“I—Iya…” Aku pun menjawab pertanyaannya setelah ia sengaja menakutiku dengan memainkan pisau lipatnya.
“Hahaha... Bener lu masih perawan?” ujar yang lain.
“Iya...”
“Awas lu kalau lu Boong…” kata anggota geng lainnya.
“Sekarang lu hibur kita deh. Kita hari ini ga dapat mangsa banyak. Untung kita nemu lu di warung jadi hari ini ga zonk-zonk amat,” ujar pria bertubuh kekar.
“Ayo hibur kita!! Ayo hibur kita!!” ujar seluruh lelaki disana seperti sedang menyemangatiku.
Lalu lelaki kekar tadi kembali maju ke arahku. Aku mundur perlahan melihat lelaki berwajah mengerikan dengan tato di tubuhnya itu menyeringai ke arahku.
“Jongkok!!” perintahnya.
Aku bingung harus bagaimana menghadapi para lelaki biad4b ini. Mereka seperti keasyikan mempermainkanku. Aku tidak tahu apa maksud mereka menyuruhku jongkok, yang pasti aku curiga mereka akan kembali melecehkanku.
Keringat dingin mengucur dari seluruh pori-pori tubuhku. Suasana dalam bangunan ini begitu pengap. Hanya ada sebuah lampu petromak yang sedikit menerangi bangunan ini.
Kulihat lelaki kekar itu membawa golok dan menaruhnya tepat di jantungku. Jantungku rasanya berhenti total. Napasku terdengar tersengal-sengal dalam situasi serba menegangkan ini.
Lelaki itu sama sekali tidak main-main. Aku rasa mereka sekumpulan orang berandal yang tidak ragu melukai atau bahkan membunuh korbannya.
Dengan penuh kepasrahan kuturunkan tubuhku dan mulai berjongkok seperti perintah lelaki kekar tadi. Seluruh pemuda di sana tersenyum melihat kearahku yang mulai patuh kepada perintah mereka. Jika boleh memilih, tentu aku enggan menuruti permintaan memalukan ini.
“Lu jangan bego. Patuhi semua perintah kita kalau lu mau selamat! Ayo jongkok yang bener!!!” kata Lelaki kekar itu sambil sedikit menekan ujung goloknya ke arah d4d4ku.
“Ja—Jangan.. Maaf...” kataku ketakutan.
“Hmm Jongkok lu kurang nakal.. Ayo jongkok ngangk4ng yang benar sampai semp4k lu kelihatan!!” ujar lelaki kekar itu kembali.
“I— Iya....” kembali kupatuhi perintah lelaki gila ini.
Sungguh saat ini posisiku begitu memalukan. Kuangkat rokku keatas sambil terus jongkok dan mengangk4ng dengan kedua kaki yang terbuka lebar. Sayangnya keinginan lelaki itu tidak dapat kupenuhi karena aku masih memakai celamis sehingga celana dalamku masih tersembunyi di baliknya.
“Ya elah masih pake rangkepan. Tol*l...” ujar lelaki kekar itu kesal.
“Mau kenc1ng ya lu? Hahahaha...” goda anggota yang lain sambil terus menghinaku.
Lalu salah satu di antara mereka berjalan menuju ke arahku sambil membawa botol b1r. Entah apa yang akan mereka perbuat kepadaku. Yang pasti, aku saat ini sedang dalam posisi terancam. Jika aku tidak menuruti mereka, aku yakin mereka tidak akan segan melukaiku.
“Lepas cadar lu dan Julurin lid4h lu kayak anj1ng,” perintah lelaki yang membawa b1r tadi.
“Ehh.. Apa?” tanyaku tidak percaya.
“Julurin lid4h lu kayak anj1ng!” kata lelaki itu tadi terlihat kesal.
“Ehh.. Iya.. Afwan....” jawabku ketakutan dan aku pun mulai menarik cadar taliku hingga terlepas.
Beberapa saat suasana yang tadinya banyak terdengar suara tawa menyebalkan mendadak hening seketika setelah aku melepas kain cadarku dan menampakkan wajahku di hadapan mereka.
Kulirik beberapa wajah mereka terbengong dan menganga mulutnya sambil terus memandangi wajahku. Dipandangi seperti itu benar-benar membuatku tak nyaman.
Ingin sekali aku sembunyikan kembali wajahku agar mereka tidak menatapku seperti itu, tetapi rasanya tidak mungkin.
“Cakep bener nih cewek... Heran cakep gini kok malah ditutupi pake cadar,” celetuk salah satu diantara mereka.
“Beruntung nih kita bisa dapetin cewek spek bidadari surga gini. Heheheh....” ujar lelaki yang lain.
Betapa malunya aku saat ini mendengar komentar-komentar mereka, ini pertama kalinya aku menampakkan wajahku di depan lelaki yang bukan mahramku sejak aku memutuskan bercadar.
Memang beberapa diantara mereka memuji kecantikanku, tetapi aku sama sekali tidak bangga dengan itu. Justru aku semakin takut di posisiku yang semakin terpojok saat ini.
“Ayo mana lid4h lu?” ujar si lelaki pembawa b1r.
Karena tidak ada pilihan lain terpaksa kujulurkan lidahku dengan perlahan dan ketakutan.
“Itu mah gaya julurin lidah lont3 lagi selfie. Gua mau lu julurin lidah kayak anj1ng. Buka mulut lu lebar-lebar dan keluarin lid4h lu semaksimal mungkin,” kata lelaki kekar itu lagi.
Aku mencoba menuruti perintah lelaki itu dan berharap mereka segera melepaskanku. Aku sudah ikhlas jika mereka mengambil motor dan juga uangku, asal aku bisa selamat dari geng motor laknat ini.
Kubuka mulutku lebar-lebar dan mulai kujulurkan lidahku sebisaku semaksimal mungkin.
“Hahhaa iya bagus.. Hahaha ...” katanya sambil menuangkan botol b1r itu ke dalam mulutku tiba-tiba.
“Astaghfirullah hal adzim….” kataku terkejut dan buru-buru menutup mulut menyadari air haram itu sedikit tertelan masuk ke tenggorokanku.
“Heh siapa suruh tutup mulut! Buka mulut lu!!!”
Terlihat mata lelaki itu menatapku tajam dan matanya melotot berwarna merah menakutkan menciutkan nyaliku.
“Jangan.. saya tidak mau. Haram....” kataku ketakutan.
“Haram haram.... Ayo buka mulut lu!!!”
“Tidak, saya tidak mau!!!!”
...“plak plak plak.” ...
Kembali wajahku dit4mpar oleh si lelaki kekar.
Kemudian dengan kasar, ia buka paksa mulutku dengan tangannya, sedangkan tangan satunya mencoba mencek1kku. Mulutku ditekan hingga terpaksa terbuka.
“Aaahhh hnfnnn (jangan)” kataku tidak jelas karena mulutku terus ditekan-tekan dengan kasar.
“Masukin b1rnya!” perintah si lelaki kekar.
Aku terus meronta, tidak akan kubiarkan tubuhku kemasukan sesuatu yang haram sedikitpun. Kurasakan cairan pahit itu kembali masuk ke tenggorokanku.
Aku semakin kesulitan bernapas. Tangan si lelaki kekar terus memaksaku membuka mulut dan memaksaku meminum b1r itu.
“Aaaahhhhh jangann...”
“Kalau lu nolak kita bakalan telanj4ngin lu dan kita kirim video telanj4ng lu ke seluruh kontak whatsapp lu!” ancam mereka tiba-tiba menghancurkan usahaku.
“Jangaaannn.... Iya.. Iya.. Saya minum,” jawabku pasrah.
“Buka mulut lu!!!”
Aku benar-benar tidak punya pilihan lain selain menuruti permintaan mereka. Tidak bisa kubayangkan betapa hancur perasaan orang tuaku melihat video anak gadisnya telanjang bersama para geng motor.
Tidak bisa kubayangkan bagaimana pikiran teman kajianku, dan juga pikiran ikhwan-ikhwan yang mengajakku ta’aruf saat melihat video telanjangku jika mereka benar-benar mengirimkannya.
Aku pun membuka mulutku lebar-lebar sambil menjulurkan lid4h, dan lelaki itu kembali menuangkan air haram itu ke dalam rongga mulutku. Perlahan air itu masuk ke dalam mulutku. Rasanya benar-benar pahit mencekik dan tidak enak sama sekali.
Aromanya sangatlah kuat dan terasa begitu kuat menyeruak masuk ke dalam tenggorokan. Aku bahkan sampai kembali menitikkan air mata saat air haram itu terus masuk ke dalam tubuhku. Beberapa ada yang tumpah mengenai kerudung dan gamis, beberapa lainnya berceceran mengenai lantai.
“Habisin.. Habisin... Habisin...” seru beberapa anggota geng memberiku semangat.
“Uhuk uhuk uhuk...” aku tidak sanggup lagi minum minuman ker4s itu hingga terbatuk-batuk.
Rasanya benar-benar menyiksa rongga mulutku. Aku sampai heran mengapa banyak orang gemar minum minuman ker4s padahal rasanya sama sekali tidak enak.
Aku mencoba mengatur napas, membiarkan rongga mulutku beradaptasi sejenak dengan rasa air haram yang sudah masuk ke dalam tubuhku tadi.
“Enak?” tanya lelaki itu sambil tersenyum jahat.
Aku hanya menggelengkan kepala sambil tertunduk. Tak percaya pada akhirnya aku membiarkan sesuatu yang haram masuk ke dalam tubuhku.
Beberapa saat, aku dibiarkan dalam posisi jongkok ngangk4ng sambil kedua tangan diletakkan di atas kepalaku. Posisi yang sangat tidak shalihah sama sekali dan tidak pantas dilakukan oleh seorang muslimah seperti diriku.
Apalagi posisi ini kulakukan dihadapan belasan lelaki berwajah menyeramkan.
Kulihat mereka kembali berpesta sambil meminum minuman ker4s. Asap rok*k mengepul tebal didalam ruangan ini. Terdengar suara desahan wanita begitu lantang yang berasal dari handphoneku.
Ya, handphoneku...
Benda yang biasa dipakai untuk hal-hal positif dan mencari ilmu, kini kulihat sedang dipakai mereka untuk menonton video porn*. Sungguh aku tidak ridho benda yang kujaga itu dipakai untuk hal seperti itu. Ingin sekali ku marah kepada mereka, tetapi tidak bisa kulampiaskan. Yang ada aku justru ketakutan mereka akan mencelakaiku kembali.
Beberapa saat kemudian, aku mulai merasakan ada yang tidak beres pada tubuhku. Perlahan kepalaku mulai terasa pening dan pandanganku mulai kabur dan berkunang-kunang.
Rasanya kepalaku begitu berat, dan dunia rasanya seperti berputar-putar. Ditambah lagi, perasaan aneh yang semakin kurasakan saat tiba-tiba dari daerah kemalu4nku terasa sedikit gatal.
Kurasakan pula lubang rahimku terbuka seolah ingin buang air kecil.
Kutahan mati-matian perasaan tak karuan ini. Kutahan agar cairan itu tidak tumpah dari lubang kecil pada kemalu4nku.
“Aaahhh.. Gatal sekali punyaku.. Kenapa ini kok tiba-tiba disaat seperti ini aku jadi kebelet pipis,” lenguhku dalam hati.