“Regina Meizura Carlton sebenarnya sudah mati. Namun, tuhan memberikannya kesempatan kedua untuk membalas dendam*
Bagaimana rasanya dikhianati oleh suami, adik, ibu tiri dan juga ayah yang selalu memihak pada mereka. Hingga kematian merenggut Regina dan kesempatan kedua kali ini dia tidak akan melewatkan kasih sayang dari Axel Witsel Witzelm.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aleena Marsainta Sunting, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tetap Mempertahankan Axel
Minna seperti banteng betina yang kesal. Dia menyeruduk mendahului kami duduk.
Aku sengaja membukakan kursi untuk Axel. Aku ingin menjamu dia sebagai tamu istimewaku dan perubahanku diperhatikan oleh mereka.
Aku sangat yakin Nicholas kesal. Dia mengepal kedua tangannya ketika aku begitu perhatian pada Axel. Billy agak sedikit menjauh dari meja dan memantau situasi.
“Apa kalian sudah memesan?” tanyaku sambil membuka buku menu tidak ingin lagi memperdulikan raut wajah mereka yang sudah seperti kukusan butut.
Dari hal apapun, aku masih mengingat dengan jelas, mereka selalu ikut campur. Bahkan dalam hal makanan yang kumakan pun. Saat ini aku ingin semuanya berubah.
Karena aku sudah tahu dari mulai makanan mereka meracuniku maka dari itu apapun yang sekarang akan masuk ke tubuhku, aku akan memilih dan memastikannya sendiri.
Aku tidak akan membiarkan mereka turut campur.
“Aku sudah memesan semua makanan kesukaanmu, Kakak,” ucap Minna, dia terlihat semakin kesal dan menyentuh tanganku.
Minna selalu duduk di sebelahku dan Nicholas di sebelah Minna. Dulu aku selalu malu-malu dan Minna menjadi tameng juga penengah ku bersama dengan Nicholas.
Aku selalu berpikir beruntung memiliki adik sebaik Minna. Namun, sekarang itu hanya alasan mereka agar tetap bisa bersama. Dan kebersamaan mereka sebelum bertemu denganku adalah bukti kalau mereka sudah sering melakukan hal terlarang di belakangku.
“Lihatlah hidangan segera disajikan,” ucap Minna lagi saat melihat para pelayan yang masuk membawa kereta dorong makanan.
Aku tahu itu semua bukan makanan kesukaanku. Itu adalah kesukaan Minna.
“Aku mau tambah hidangan baru. Lagipula ada Axel disini,” ucapku menoleh pada Axel dan menggeser buku menu tadi kearahnya agar Axel memilih makanannya, “kita kan nggak tahu apa Axel suka dengan menu itu apa nggak. Kalian makan saja pesanannya. Aku dan Axel akan memilih menu lainnya,” ucapku sambil mempersilahkan mereka memulai untuk memakan pesanannya.
“Tapi, Kak, ini cukup kok. Kalian bisa makan ini. Kita tinggal minta tambahan perlengkapan makannya saja,” Minna keberatan, aku tahu selain dia berencana menumpahkan sup panas ke tanganku.
Semua makanan yang disiapkan khusus untukku sudah diberi sesuatu di dalamnya.
“Mmm … tapi, tadi Axel bilang padaku kalau dia mau makan daging panggang. Di pesanan ini kan tidak ada daging panggang. Semuanya menu seafood. Axel nggak suka, dia alergi seafood,” ucapku beralasan padahal aku hanya mengarang dan Axel mengerutkan kening saat mendengar perkataan ku.
“Kapan kalian sedekat itu? Sampai kau tahu makanan yang dia tidak suka?”
Entah kenapa Nicholas terdengar cemburu saat melihat aku penuh perhatian pada Axel.
“Hmm, maafkan aku, Nick, sebenarnya aku ingin cerita ini. Hanya saja aku merasa kemarin waktunya belum tepat,” ucapku melirik Axel dan tersenyum penuh arti padanya.
Tidak ada suara atau penolakan apapun dari Axel.
Dia seperti sedang menantikan aku bertingkah apa dihadapannya.
Axel terlihat penasaran dengan semua rencanaku.
“Aku nggak percaya. Jangan mengarang cerita, Regi. Aku tahu, aku salah kemarin tidak sempat menelponmu. Sungguh aku sibuk seharian kemarin untuk mempersiapkan kejutan ini. Aku ingin semuanya sempurna dan spesial. Karena aku ingin hari ini menjadi hari yang nggak terlupakan untuk hubungan kita,” jawab Nicholas terburu-buru.
Sepertinya dia sudah bisa membaca gerakanku mengarah kemana.
Nicholas sangat tahu kalau aku bukan tipe wanita seperti Minna. Minna akan berbicara dan bersikap polos, tapi sebenarnya dia sedang menebar jaring jerat pada setiap laki-laki yang di dekatnya.
Hanya saja aku dulu bodoh tidak menyadari itu. Aku hanya percaya kalau adik angkatku itu seorang adik yang manis, baik hati dan selalu berada disisiku.
“Apa ada masalah kalau aku dekat dengannya? Aku rasa itu haknya. Dia bisa berteman dengan siapapun dan melakukan apapun yang dia suka,” aku menoleh secara spontan pada suara bariton penuh pembelaan itu.
Itu suara Axel. Dia sedang membelaku. Rasanya aku terharu dan ingin menangis. Dia benar-benar peduli padaku. Dia melawan balik ucapan Nicholas.
“Cih, jangan sombong. Aku yakin Regi hanya tersesat dan diracuni olehmu. Aku tahu siapa Regi. Dia itu mencintaiku dan tidak bisa jauh dariku,” sahut Nicholas ketus dan menaikkan satu sudut bibirnya. Mencibir dan mengejek Axel.
Axel menaikan rahangnya dan melipat kedua tangannya.
“Kau yang jangan terlalu berharap. Semuanya bisa berubah. Begitu pun dengan hatinya!”
Skakmat. Nicholas seperti mendapatkan tamparan dari Axel.
Brak! Nicholas terpancing emosi dan menggebrak meja.
“Aww! Sshh!!”
Aku berdesis dan tanpa sadar Minna sudah berhasil menggeser mangkuk sup panas tadi, tapi aku hanya berhasil sedikit menghindari. Yang terkena kakiku.
Axel spontan bangkit dan segera menarikku.
“Kamu nggak apa-apa?” Tatapan Axel penuh khawatir dan segera berlutut memeriksa kakiku. Nicholas kalah cepat dengan Axel.
Setidaknya aku mengubah takdirku. Harusnya sekarang aku diperhatikan oleh Nicholas, tapi kondisinya saat ini berbeda.
“Kita ke rumah sakit, aku nggak mau kamu kenapa-kenapa!” Axel bangkit dan akan melakukan pergerakan lainnya.
Namun, Nicholas berada di hadapan kami.
“Biarkan aku yang urus semua. Kau bisa pergi. Ini adalah tanggung jawabku!” Kata Nick meraih tanganku yang satunya.
Aku berada di tengah dan kedua tanganku dipegang oleh Axel dan Nick satu-satu.
“Aku kesini bersamanya dan akan pulang mengantarnya. Jadi, dia sudah seharusnya bersamaku!”
Axel tentu saja tidak akan mengalah.
“Lepaskan tangannya. Aku adalah kekasihnya. Kau jangan ikut campur,” Nick menaikan nada suaranya dan memberikan klaim yang seharusnya tidak dia lakukan.
Ya, kesalahanku adalah saat ini berstatus sebagai kekasih Nick. Itu yang tidak bisa aku hindari. Tapi, niat dan tekadku yang bulat membawa Axel ke hadapannya adalah untuk mencari alasan putus dengan Nick.
“Tolong hentikan Nick, kakiku akan bertambah parah kalau terus mendengarkan ucapanmu. Jadi, aku mohon lepaskan tanganmu. Apa yang Axel katakan benar, aku datang bersama dengannya dan akan pulang pun dengannya,” tegasku. Menolak bersama Nick.
Aku tidak akan mundur. Sekali maju tetap maju. Axel yang akan aku pertahankan kali ini.
“Tapi, Reg?”
“Sshh! Ahh! Tolong, aku kesakitan!” Aku mengabaikan Nick dan menghempaskan tangan Nick lalu meminta langkah selanjutnya dari Axel.
Tidak perlu mendengarkan jawaban, Axel tidak berbicara lagi. Dia segera mengangkat tubuhku ala pengantin baru. Lalu dia menyuruh Billy mengekor dengan para pengawal yang dibawanya.
Akhirnya aku bisa mengubah awal takdirku. Aku meninggalkan Nicholas, Minna, Papa dan ibu tiriku. Semua aku tinggalkan. Mereka hanya menatap kepergianku dengan tak percaya.
Dan mereka langsung menghampiri Minna dan Nicholas.
“Ada apa ini, Nick? Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Kenapa anak bodoh itu berubah pikiran?” Cerca ibu tiriku setelah aku benar-benar hilang dari pandangannya mereka.
“Aku juga nggak tahu apa-apa, Mah. Ini seharusnya sesuai dengan rencana kita kan, Min?”
Nicholas menatap Minna yang juga terlihat bingung. Termasuk papaku yang ikut garuk-garuk kepala.
“Aku yakin tadi siang tidak ada hal yang aneh. Dia baik-baik saja dan sudah setuju untuk datang. Seharusnya hari ini adalah acara pertunangan kalian,” Minna yang sudah mulai frustasi melihat perubahanku.
“Hah, dan kenapa juga Regina membawa laki-laki itu? Kamu sudah menjauhkan dia kan, Min?” Papaku mempertanyakan kedekatanku dengan Axel.
“Yakin Pah, Aku nggak pernah sama sekali melihat dia bertemu dengannya. Dan apapun tentang si bodoh itu, dia pasti cerita padaku. Aku yakin, laki-laki itu yang mencuci otaknya, Pah,” Minna mulai gelisah dan mencari kesalahan pada Axel.
“Ini nggak boleh terjadi sayang, kita harus bisa merayunya kembali. Aku nggak boleh gagal menjadi tunangannya!” Nick yang kesal mendengarnya semakin menggebu.
“Tenang saja, sayang, aku akan pastikan mencari tahu semua. Cepat atau lambat dia pasti cerita padaku!”
Minna dengan sorot tajam matanya masih mempercayai dirinya kalau aku pasti akan mencarinya kembali…
***