Namaku Melody Bimantara, umurku baru dua puluh dua tahun, tapi sudah menjadi Manager sebuah hotel bintang lima milik keluarga.
Yang membuat aku sedih dan hampa adalah tuntutan orang tua yang memaksa aku mencari lelaki yang bisa dinikahi.
Kemana aku harus mencari laki-laki yang baik, setia dan mencintaiku? sedangkan para lelaki akan mundur jika aku bilang mereka harus "nyentana"..
Tolonglah aku apa yang harus aku perbuat??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KAMI BERDAMAI
Upacara berlangsung lancar dan sukses. Aku sangat berterima kasih kepada semua orang yang membantu, saudara besar, warga banjar, kolega, dan karyawan hotel serta orang-orang yang bersimpati kepada kami atas lancarnya pengabenan mamaku.
Sebulan telah berlalu, aku mulai bisa tersenyum, perlahan melupakan kejadian yang membuat aku berseteru dengan papa. Sebenarnya sangat sulit tapi aku harus menjalani hidup selanjutnya. Menata hati yang hancur, menyelesaikan masalah dengan Arunakha.
Aku Bersyukur sekali semenjak mama meninggal papa kembali tidur di rumah, dia seperti dulu, menyayangiku sepenuh hati. Aku senang dengan perubahan ini. Aku juga tidak pernah melihat Julianti datang lagi ke rumah. Semoga saja j4l4ng itu eny4h dari kehidupan papa.
Dengan kejadian yang viral ini, semoga papa kap0k bersel*ngkuh. Hampir harga saham anjlok, untuk dukungan kepadaku baik membuat saham tidak goyang. Pasar modal berfihak padaku, sembilan puluh persen property atas namaku.
Jika papa ingin menik4h lagi aku ingin yang sesuai dengan kreteria ku. Jika papa kembali dengan Julianti aku bisa berbuat s4dis dengan cara mengambil alih yang sepuluh persen untuk disumbangkan kepada yayasan yang aku tunjuk.
Papa pasti menyesal mewariskan sembilan puluh persen harta bendanya kepadaku. Dia tidak mengira akan jatuh cinta kepada wanita lain selain mamaku.
Banyak hal yang mungkin dia sesali, tidak adanya empati dariku kepada istri s*rinya. Dia juga mengira aku bisa di atur dan tidak prontal seperti ini.
Yang kebih menyakitkan bagi papa aku mencari tahu tentang penyebab sakitnya mamaku dan mengancam Julianti serta papa masuk penj4r4.
Dalam waktu jeda sebulan ini aku banyak berpikir untuk bisnis kedepannya, juga untuk keutuhan keluarga Bimantara.
Bermula dari sikap papa yang terlalu kaku dan fanatik, membuat kedua kakak perempuanku tidak berani datang saat mama meningg4l.
Papa tidak sudi menerima pernikahan ke dua kakak perempuanku yang menikah dengan orang berkasta rendah dan lari ke luar negeri.
Mereka menetap di luar negeri dan belum diberi izin pulang oleh papa. Itulah yang menyebabkan papa emosi0nal tiba-tiba mewariskan hartanya padaku.
Tentu saja ada timbal balik, secara lisan papa memerintahkan aku untuk mencari lelaki yang bisa nyentana. Aku menyamar jadi orang miskin dan menyanggupi apa yang papa perintahkan.
Namun papa kecewa berat, saat tahu dalam penyamaranku ternyata yang aku dapatkan Arunakha, pria yang diluar ekspetasinya.
Arunakha juga membuat papa menyesal, karena menik4hiku seenaknya dan memperlakukanku kurang manusiawi selama aku menyamar. Nasi telah menjadi bubur, sudah tiba saatnya berbenah.
****
Sore ini aku duduk di teras ketika papa datang bersama Bryan. Wajahku berubah sepet. Malas sekali dengan penjilat. Dia ngintil terus sama papa.
Aku menilai Bryan dan Arunakha sebelas duabelas, mereka mendekatiku karena harta. Kalau disuruh memilih aku pilih Arunakha yang lebih ganteng dan tidak senang dugem, merokok, mungkin akan lebih penurut, bukan pengatur seperti Bryan.
"Sore sayank...." sapa papa mem*luk dan m*ncium keningku.
"Papa minum apa?"
"Ada Bryan, salim dulu dong. Tanyain calon suamimu mau minum apa." ucap papa membuat aku muak.
"Bryan minum apa?" tanyaku datar. Dalam hati aku dongkol melihatnya yang tersenyum penuh arti.
"Minuman ringan saja..." jawabnya sambil mengedipkan mata. N4jis! bathinku.
Aku sengaja mengambil Sake dari Jepang atau disebut juga anggur beras. Minuman beralkohol. Dengan minum ini aku harap Bryan terlelap sampe besok, supaya mulvtnya tidak ngoceh terus.
"Hanya ini yang ada, aku tahu kesenangan Bryan. Aku langsung tuangi ya..." ucapku menuangi Sake ke dalam gelas teh, bukan sloki atau gelas bertangkai.
"Melody aku bisa mabuk minum sebanyak ini, aku belum pernah minum Sake."
Matanya melotot dengan wajah khawatir. Aku tertawa dalam hati atas kegeniusan ku. Tentu ada doa dalam hati supaya Bryan kap0k datang ke rumahku.
"Ini enak, manis seperti Brem Bali. Tidak mem4bvkan dan ramah lingkungan." ucapku sekenanya. Biarlah dia berpikir apa yang aku katakan.
"Hahaha...minum saja Bryan, siapa tahu ada inspirasi setelah minum Sake." ucap papa sambil tertawa. Papa pasti tahu kalau aku j4il.
Kami duduk bertiga dengan santai. Bryan menyesap Sakenya sedikit demi sedikit, aku sendiri minum jus buatan Sri.
Pertama kami membahas hotel. Bisnis ini sedang melambung dan perlu promosi ke luar negeri. Sebagai manager marketing, aku harus kembali ke luar negeri seperti dulu.
"Kamu harus kembali bekerja, tidak ada yang sepintar kamu mempromosikan hotel di luar negeri." kata papa menatap ku. Aku mengangguk setuju.
"Baiklah paa, aku akan ke Korea selatan, kita promo natal dan tahun baru."
"Maaf pak, ada yang lebih dulu harus di selesaikan yaitu perceraian Melody dan Arunakha. Kita tidak ingin Arunakha datang dan menuntut Melody
Papa dan Bryan tidak ada menyinggung Julianti, aku jadi penasaran. Apa Julianti tidak bekerja lagi. Jangan-jangan Julianti sengaja di sembunyikan supaya marahku teredam.
"Maaf paa, apa Julianti masih kerja di hotel kita?"
"Tidak sayank, semenjak kejadian ini dia mengundurkan diri. Mungkin pulang kampung." sahut papa.
Terus terang aku tidak percaya ucapan papa, karena saat ngucapin itu dia terlihat main mata dengan Bryan.
"Syukurlah kalau begitu, aku jadi tenang. Jika papa mau menikah lagi aku akan cariin yang sesuai debgan papa. Aku tidak sudi papa dengan Julianti dia temanku yang aku sering bantu." ucapku ketus.
"Ya sudah, papa mau mengabdi kepada hotel tidak ingin menik4h lagi."
Aku tersenyum dan langsung mem*luk papa. Perasaanku kini tenang.
"Sebaiknya kamu cerai dulu, aku tidak ingin menunggumu lama."
"Arunakha mempertahankan pernikahan kami, jadi jangan mimpi bisa menikah denganku." sahutku menohok.
Bryan tidak terima, dia memaksa papa turun tangan. Papa yang sudah merasa sakit hati dengan Arunakha menyetujui.
"Aku sebenarnya tidak masalah paa kalau disuruh cerai. Asal Arunakha setuju."
"Gugat cerai saja, pakai lawyer kita, nanti kita kasi Arunakha uang satu miliar." ucap papa.
"Aku sudah pernah paa, namun dia tidak mau, alasannya mengikuti perjanjian yang pernah kami buat."
"Terima saja paa...aku tidak keberatan menikah dengannya. Walaupun hidupnya sederhana. Sekarang sifat matrenya pasti sudah berubah."
"Kamu harus menikah dengan Bryan, papa banyak utang budi kepada pak Alit."
"Tapi aku tidak bisa karena Bryan adalah.."
"Adalah apa, suka mabuk, dugem, itu mau kamu bilang? Itu dulu. Sekarang aku sudah dewasa, sudah membuang semua kebiasaan buruk itu. Kini aku sudah siap menikah." potong Bryan.
Aku menatapnya sinis, kenapa dia tidak mabuk. Bathinku. Padahal dari tadi dia menyesap minumannya.
"Nahh.. gitu dong, kapanpun kalian siap menikah papa akan memanggil Arunakha dan menggugatnya." ucap papa mantap.
****
telinga salah mendengar...
tapi kalau hati takkan salah....
segera bertanya pada hatimu Mel....... jngan sampai ada udang di balik tepunggggg
onel dapatt dari mana si munarohhh iniii??
aduhhhhh kasiannn itu yang tak bisa tumpah
. tapi udaaa penuhhh di otak