Menikah Dengan Hot Duda

Sementara di perusahaan MA Group, Frans melangkah dengan tergesa-gesa melewati lorong panjang kantor. Wajahnya tegang, rahangnya mengeras, dan pikirannya dipenuhi dengan kemarahan.

Pamannya menuduhnya telah menyinggung Tuan Wiratama, salah satu klien terbesar mereka. Tapi, sekalipun ia tidak pernah bertemu dengan Tuan Wiratama, jadi bagaimana ia bisa menyinggungnya? Kecuali benar, Keyra adalah istri Tuan Wiratama dan Keyra juga yang sudah mengatakan hal yang tidak-tidak untuk menghancurkan kariernya.

Langkah Frans terhenti di meja Keyra yang kosong dan masih rapi. Dia mendengus kasar dan bertanya pada Olivia yang duduk tidak jauh dari meja Keyra. “Di mana Keyra? Aku perlu bicara dengannya sekarang juga,” ucap Frans dengan nada mendesak.

Olivia menjawab dengan kepala yang sedikit menunduk.. “Keyra tidak masuk hari ini karena sedang sakit, pak."

Frans terpaku, sejenak merasa bingung. Ia mengatupkan kedua tangan di pinggangnya, mencoba menenangkan diri meskipun dadanya masih bergemuruh. “Sakit?” gumamnya pelan.

Namun, sebelum ia sempat berpikir lebih jauh, suara tegas dari Marco, pemilik perusahaan sekaligus paman Frans, memanggilnya dari belakang. “Frans, keruangan ku sekarang!.”

Frans menelan ludah, menahan gejolak emosi yang bercampur dengan rasa gugup. Ia mengikuti langkah Marco, masuk ke ruangannya yang besar dan mewah.

“Duduk,” ujar Marco, tanpa basa-basi.

Frans menuruti perintah itu, meskipun ia merasa semakin cemas.

“Masalah ini sangat serius, Frans,” ucap Marco sambil melemparkan pandangan tajam ke arahnya. “Entah apa yang sudah kau lakukan, sampai-sampai tuan Wiratama membatalkan kerjasama dengan kita. Kau tahu siapa dia, kan? Kita tidak bisa kehilangan kerja sama dengannya. Perusahaan ini bergantung pada hubungan baik dengan klien seperti dia.”

“Tapi, Paman, aku—”

Marco mengangkat tangannya, menghentikan Frans, sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya. “Aku tidak mau dengar alasan apapun. Yang penting sekarang adalah menyelesaikan masalah ini. Kau harus meminta maaf secara langsung kepada Tuan Wiratama. Aku sudah mengatur pertemuan mu dengannya. Pastikan dia merasa dihormati dan mau melanjutkan kerja sama.”

Frans merasa seperti dihantam oleh beban yang lebih besar dari sebelumnya. Namun, ia tidak punya pilihan lain. “Baik, Paman. Aku akan melakukannya.”

Marco mengangguk singkat, lalu menatap Frans dengan tajam. “Ingat, Frans, ini bukan hanya tentang kau. Ini tentang reputasi perusahaan. Jangan sampai kau memperburuk keadaan.”

Frans mengangguk patuh, meskipun pikirannya terus berputar. Ia keluar dari ruangan itu dengan langkah berat, berusaha menenangkan dirinya untuk menghadapi Tuan Wiratama. Namun, di sudut pikirannya, ia masih menyimpan rasa geram terhadap Keyra.

“Aku tidak peduli jika kau benar adalah istri dari tuan Wiratama. Tapi yang jelas, aku tidak akan memaafkan atas apa yang kau lakukan padaku, Keyra," geramnya dalam hati.

...****************...

Frans mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang, matanya fokus menatap jalan, tetapi pikirannya melayang jauh. Tangannya yang memegang setir terasa berkeringat, sementara dadanya berdegup kencang. Napasnya terasa berat, seolah udara di dalam mobil semakin menipis.

Perusahaan AL'X Company adalah salah satu perusahaan terbesar di kota, terkenal dengan kedisiplinan tinggi dan pemimpin yang tegas. Frans tidak pernah membayangkan dirinya harus melangkahkan kaki ke sana, apalagi dalam situasi seperti ini—untuk meminta maaf atas kesalahan yang tidak ia lakukan.

Namun, bukan hanya itu yang membuatnya gugup. Ada pikiran lain yang terus menghantui sejak ia mendengar nama Tuan Wiratama. Sebuah nama yang terasa tidak asing, tetapi sekaligus penuh misteri. "Apa mungkin... dia suami Keyra?" pikir Frans dengan gelisah.

Ia menggelengkan kepala, mencoba menepis kemungkinan itu. Tapi semakin ia mencoba melupakan, semakin pikiran itu menguasai dirinya. Jika benar Tuan Wiratama adalah suami Keyra, bagaimana ia harus bersikap? Bagaimana jika situasi ini berubah menjadi lebih buruk?

“Aku hanya perlu meminta maaf. Itu saja,” gumamnya pelan, mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

Saat gedung AL'X Company mulai terlihat dari kejauhan, rasa gugup Frans semakin memuncak. Bangunan megah itu berdiri kokoh, dengan arsitektur modern yang menunjukkan kekuatan dan kekuasaan.

Ia memarkir mobilnya di area yang telah ditentukan, lalu duduk diam sejenak. Matanya tertuju pada logo perusahaan yang besar dan mencolok di depan gedung. Ia merasakan tekanan yang begitu besar, seakan-akan langkah berikutnya akan menentukan nasibnya.

Dengan napas yang berat, Frans membuka pintu mobil dan melangkah keluar. Udara pagi yang segar tidak cukup untuk menenangkan hatinya.

“Semoga ini berjalan dengan baik,” katanya pelan sebelum melangkah menuju pintu utama AL'X Company.

Frans melangkah keluar dari mobilnya, menatap gedung megah AL'X Company yang menjulang tinggi di depannya. Bangunan itu tampak seperti lambang kekuasaan dan otoritas, sesuatu yang kini membuat dadanya terasa sesak. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berdetak kencang.

"Tetap tenang, Frans. Ini hanya pertemuan biasa. Tujuanmu hanya meminta maaf," gumamnya, meski kata-kata itu tidak cukup untuk menenangkan kegelisahannya.

Namun, pikirannya terus mengkhianati dirinya sendiri. Apa lagi saat membayangkan Keyra adalah istri tuan Wiratama.

"Tidak, aku yakin berita itu salah. Suami Keyra hanya mirip saja dengan tuan Wiratama. Lagipula, jika benar pria yang Keyra nikahi adalah tuan Wiratama, pasti sekarang berita itu sudah heboh. Nyatanya, berita itu hanya bertahan dua hari saja," gumam Frans.

Frans melangkah masuk ke dalam gedung, disambut oleh lobi yang penuh dengan kesibukan. Para karyawan berseragam rapi berlalu-lalang, dan suasana profesionalisme begitu terasa. Namun, ini tidak membuatnya tenang. Sebaliknya, ia merasa semakin kecil di tengah kemegahan ini.

Seorang resepsionis wanita membimbingnya ke ruang Presdir di lantai tertinggi. Frans melangkah dengan berat, kakinya hampir terasa gemetar saat ia mencapai pintu besar yang diukir dengan indah.

"Tuan Wiratama sudah menunggu Anda," kata resepsionis itu sambil membuka pintu.

Frans mengangguk pelan dan masuk. Di dalam ruangan, seorang pria duduk di kursi besar, membelakangi pintu. Frans melangkah mendekat dan menyapa, "Se-selamat pagi, Tuan. Saya Frans, dari perusahaan MA Group."

Kursi tersebut berputar, menampilkan seorang pria yang sangat berwibawa dengan ekspresi wajah dingin dan tatapan mata yang tajam. "Selamat datang, Frans,"