Seorang gadis cantik lulusan pesantren menikah dengan pemuda tampan yang sederhana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orang Suusah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 Makan Bersama
Hari menjelang malam, Yasminsudah selesai dengan kegiatanyan. Saat ini ia tengah bersiap siap untuk tidur.
Jam 11 malam Vano baru pulang dari rumah sakit, setelah masuk ia langsung menuju dapur karena merasa haus. Namun perhatianya teralih oleh beberapa jenis makanan yang sudah tertata rapi di atas meja.
" Apa dia menyiapkannya untukku. " batin Vano.
Ini kali pertamanya bagi pria itu, ketika pulang kerja sudah ada makanan yang tersedia di meja makan.
Karena selama memutuskan untuk tinggal sendiri, Vano hampir tidak pernah makan di rumahnya.
Kecuali mamanya yang datang membawakan makanan, sehingga tidak heran ketika Yasmin pertama kali membuka lemari pendinginya, tidak ada satu pun bahan makanan di dalamnya.
Vano duduk di meja makan, sambil mencicipi makanan itu.
" Enak juga." kata Vanoyang menyukainya.
Pria itu mulai menikmatinya, hingga tanpa sadar ia menghabiskan semuanya.
" Allhamdulillah. " ucap Vano yang selesai makan.
"Ternyata dia pintar masak. " puji Vano yang terkesan dengan masakan sang istri.
Kemudian Vano membersihkan semua peralatan yang ia gunakan, setelah selesai ia masuk kedalam kamar. Bukanya untuk istirahat, melainkan pria itu melanjutkan pekerjaanya. Vanoduduk di atas ranjangnya, sambil memangku lebtopnya. Tiba-tiba ia mendengar suara dari arah dapur, karena penasaran Vano pun keluar. Di lihatnya Aisyah sedang mengambil air panas dari dispenser sambil memegang perutnya.
" Kamu kenapa. " tanya Vano yang tiba-tiba berdiri di belakang Yasmin.
" Asstagfirullah. " ucap Yasmin yang kaget berbalik sambil menunduk.
" Ada apa." tanya Vano penasaran.
"Tidak, saya hanya ingin minum saja. " jawab Yasmin yang terus saja memegang perutnya.
" Kamu sakit." tanya Vano.
Yasmin hanya menggeleng karena merasa malu untuk mengatakanya.
" Apa perutmu sedang nyeri. " tanya Vano yang faham dengan gejala bagi seorang perempuan jika sedang datang bulan.
Yasmin tidak menjawab, pipinya malah memerah dari balik cadarnya karena malu Vano mengetahui jika ia memang sedang datang bulan. Sebagai seorang dokter mudah saja bagi Vano untuk mengetahuinya.
"Tunggu sebentar. " kata Vano yang masuk kedalam kamarnya, kemudian keluar sambil membawa sesuatu dari dalam kamar.
" Ini. " kata Vano yang memberikan sebotol kecil obat untuk pereda nyeri.
Namun Yasmin ragu untuk mengambilnya, ia takut tanganya akan bersentuhan dengan tangan Vano.
Karena tidak kunjung ada respon dari Yasmin, Vano langsung meletakan botol obat itu di meja makan. kemudian mengambil satu gelas yang di isi air hangat dan di letakan di dekat botol obat itu.
"Minumlah, saya kekamar dulu. " kata Vano yang langsung kembali masuk kedalam kamarnya.
Melihat itu, Yasmin langsung mengambil obat dan gelas itu dan langsung masuk kedalam kamarnya Dengan cepat ia meminum obat itu, karena sudah tidak tahan lagi dengan nyeri di perutnya.
Setelah selesai ia langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang, mencoba untuk tidur. Sementara di dalam kamarnya, Vano masih sibuk dengan pekerjaanya. Hingga jam menunjukan pukul 3 menjelang subuh, pria itu baru bersiap-siap untuk tidur
namun sangat sulit.
Azan subuh pun berkumandang, Vano yang belum juga tidur langsung bersiap-siap untuk sholat.
Pria itu baru bisa terlelap, ketika selesai sholat.
Sementara di dapur, Yasmin sedang menyiapkan sarapan pagi untuk mereka setelah selesai azan subuh berkumandang.
Ketika jam sudah menunjukan pukul tujuh pagi, Vano keluar dengan penampilan rapi siap berangkat kerja. Namun perhatianya teralih, begitu melihat makanan sudah tertata rapi di atas meja.
Ia pun mulai memakanya karena ketagihan dengan masakan Yasmin, Vano merasa aneh dengan perasaanya sejak semalam. Namun karena tidak ingin mengambil pusing, dengan cepat Vano meyelesaikan makanya dan langsung berangkat kerja.
Di rumah sakit ia langsung di sambut oleh jadwal operasi yang cukup padat, dengan cepat pria itu mengganti pakaianya dan langsung masuk kedalam ruang operasi. Sementara di apartemen, Yasmin sedang mengepel lantai karena merasa sedikit kotor.
Tiba-tiba ada orang yang memencet bel dari luar.
"Aduh gimana ini. " gumam Yasmin yang bingung harus melakukan apa.
Yasmin sedang tidak ada di rumah, semakin
membingungkannya. Bel itu pun berbunyi lagi, kali ini terdengar suara yang memanggil Vano dari luar.
" vanoo…buka pintunya ini mama. " kata
wanita itu.
yasmin yang mendengar itu, dengan cepat
membukakan pintu.
" Eehh.. menantu mama, Assalamu'alaikum." kata mertuanya yang senang melihat Yasmin.
" Waalaikum'salam buk, silahkan masuk. " jawab Yasmin yang langsung mencium tangan mertuanya itu.
" Eehh.. kok ibu, panggil mama dong sama kayak Vano." Kata mertuanya yang tidak mau di panggil ibu.
" Iya mah, silahkan masuk. " jawab Yasmin mempersilahkanya kembali.
" Vano mana nak. " tanya ibu mertuanya.
" Sudah berangkat kerja mah." jawab Yasmin sambil mengambil semua bawaan dari tangan mertuanya itu.
" Loh, kok anak itu sudah masuk kerja aja, bukanya ngajak istrinya jalan-jalan. " gerutu mamanya yang kecewa dengan putranya itu.
Yasmin hanya diam saja sambil menunduk.
" Mama bawain makanan, kamu cobain masakan mama yah. " kata ibu mertuanya itu penuh semangat.
" Makasih buk. " jawab Yasmin lembut.
" Jangan panggil ibu dong, panggil mama." pinta wanita itu.
" Iya mah. " jawab yasmin yang lagi lagi lupa.
" Kamu udah makan siang belum. " tanya mamanya.
" Belum mah, Yasmin masih beres-beres sebentar. " jawab Yasmin.
" Kok kamu yang bersih-bersih, keterlaluan banget sih Vano. awas aja nanti mama omelin. " kata mamanya yang kesal.
" Nggak apa-apa mah, ini memang keinginan Yasmin sendiri dari pada diam aja. " jelas Yasmin.
" Udah nggak usah di lanjutin, kita makan siang aja dulu, mama telpon Vano untuk pulang ikut makan dengan kita. " kata mamanya yang mengambil ponselnya dari dalam tas.
Wanita itu pun mulai menghubungi sang putra, Vano yang baru saja selesai dengan jadwal operasinya yang ketiga langsung mengangkatnya begitu melihat ponselnya berdering.
" Halo mah." jawab Vano
" Mama ada di apartemen kamu, kamu pulang sekarang kita makan siang sama-sama. " ajak mamanya.
"Tapi mah, Vano masih ada jadwal operasi lagi dua jam lagi. " jawab Vano.
" Kan masih dua jam lagi, kamu pulang sekarang kan bisa, jarak dari rumah sakit kesini dekat Van, mama tunggu sekarang. " kata mamanya yang tetap ingin putranya itu pulang makan siang dengan mereka.
Vano pun hanya menghela nafas panjang sambil mengambil kunci motornya keluar menuju parkiran.
la pun melajukan motornya menuju apartemen, sesampainya di sana Vano masuk kedalam mendapati mamahnya sedang menyiapkan makanan di atas meja bersama sang istri.
" Sini duduk, mama udah bawain makan untuk kalian. " kata mamanya yang langsung mengajak putranya itu untuk duduk.
Vano pun duduk di samping Yasmin yang sedang menunduk.
" Yasmin cobain masakan mama." kata mamanya sambil mengambilkanya untuk menantunya itu.
" Terima kasih mah." jawab Yasmin tidak enak.
Sementara Vano langsung memakan makananya, karena harus cepat kembali kerumah sakit.
" Eeh.. pelan-pelan. " kata mamanya yang melihat Vano makan terlalu cepat.
" Vano harus cepat kembali kerumah sakit mah. " jawab Vano
Sementara itu Yasmin hanya diam saja tidak menyetuh makanan itu, ia bingung harus bagaimana karena merasa malu jika harus membuka cadarnya.
" Kenapa, Yasmin tidak suka masakan mama." tanya mamanya.
" Nggak kok mah." jawab Yasmin
yasmin yang melihat sang istri tak kunjung menyetuh makanannya langsung faham, dengan cepat ia menghabiskan makananya dan langsung berpamitan kembali kerumah sakit.
" Yasmin balik kerumah sakit dulu mah. " kata
Vano berdiri untuk pamit.
" Eeh... kok cepat banget. " kata mamanya kaget.
" Iya, Vano masih ada jadwal operasi sebentar lagi. " jawab nya dengan sedikit terburu buru.
" Pamitan dulu kepada istrimu." kata mamanya karena melihat putranya itu seperti mengabaikan Yasmin.
" Saya kerumah sakit dulu. " kata Vano pamit kepada Aisyah.
" Iya. " jawab Yasmin singkat sambil menunduk.
"Kok gitu pamitnya. " kata mamanya yang tidak suka cara Vano berpamitan kepada istrinya.
" Udah mah, Vano berangkat. assalamu'alaikum. " jawab Vano yang langsung mengambil kunci motornya.
Mamanya langsung kaget mendapati kelakuan Vano seperti itu kepada istrinya.
" vanooooo....." panggil mamanya, namun ‹ Bab 03 Menyiapkan Makanan di abaikan olehnya.
" Kita makan aja mah. " kata Vano yang mengalihkan emosi ibu mertuanya itu.
" Apa Vano seperti itu setiap hari. " tanya mamanya sedih.
" Kita masih berusaha untuk dekat mah, Yasmin juga masih belum terbiasa, jadi nggak apa-apa. " jawab Yasmin yang berusaha untuk meyakinkan mertuanya itu.
Mereka pun melanjutkan makan siangnya, semangat ibu mertuanya langsung hilang, begitu medapati perlakuan putranya seperti itu kepada sang menantu.