Season dua dari novel "AKU KAH ANTAGONISNYA"
tentang perjalanan cinta Beatrice dan Sankara setelah menikah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chykara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12 Merindukanmu
"Nyonya... tuan muda sudah sampai, sebentar lagi beliau dan seluruh pasukan akan memasuki kastil dari pintu barat" bisik Mia yang entah muncul dari mana.
"Sankara sudah pulang?" wajah Beatrice langsung merona bahagia, wajah nya lansung cerah dengan sebuah senyuman indah menghiasi bibir nya.
"Ayo kita menuju gerbang barat, tuan muda dan rombongan nya sudah memasuki kastil" perintah Beatrice
"baik nyonya"
Dengan langkah cepat Beatrice dan beberapa maid berjalan menuju gerbang barat, sudah tugas nya sebagai istri menyambut kedatangan suami nya yang kembali dari perjalan jauh.
Sesampainya di gerbang barat terlihat sekelompok orang yang berdiri di samping kuda masing masing, dengan tinggi tubuh nya serta rambut nya yang berwarna putih seperti Salju Sankara terlihat menonjol di antara para pasukan nya.
Dan saat itu lah mata mereka bertemu, iris mata Sankara yang berbeda warna tidak bisa menyembunyikan rasa rindu nya yang dalam pada sang istri yang tersenyum dari kejauhan.
Sankara menyerahkan tali kekang kuda nya pada seorang pria yang selama ini selalu ada di sisi nya, komandan pasukan salju hitam yang berada di bawah komando nya.
Tanpa peduli apapun Sankara setengah berlari meleset menyongsong sang istri yang sudah menyambut kepulangan nya dengan senyuman hangat.
Sankara menubruk tubuh mungil sang istri dan mendekap nya dengan sangat erat, seakan mencari kehangatan setelah di kepung rasa dingin selama ini tanpa pelukan hangat sang istri.
"Selamat datang si rumah suami ku, terima kasih atas kerja keras nya" Beatrice menyapa Sang suami dengan ucapan resmi selamat datang yang di dengar semua orang.
"Aku merindukan mu sayang ku" sambung Beatrice setengah berbisik, tapi dengan suara lirih, yang hanya di dengar oleh Sankara sendiri saja.
Mendengar itu Sankara semakin mengeratkan pelukan nya hingga tubuh mungil sang istri terbenam ke dalam tubuh nya yang tinggi menjulang.
"Ehem ehem" suara batuk yang terdengar seperti sindiran dan di buat buat melerai pelukan mereka.
Beatrice seakan tersadar di mana mereka saat ini, tapi para maid sudah menundukkan kepala dengan bibir mengulas senyum. Para ksatria pun berpura pura ngobrol sesama mereka seakan tidak sadar dengan apa yang sedang terjadi.
Dan suara batuk yang barusan tentu saja hanya satu orang yang berani melakukan nya, siapa lagi kalau bukan archduke Estrillda
Pria tua yang duduk di atas kursi roda kayu nya itu di dorong oleh George mendekati Beatrice dan Sankara bersama Gabriel yang memang sengaja di tinggalkan di mansion oleh Sankara untuk mengurus pekerjaan administrasi.
"Kalian berdua ikut kakek ke ruang kerja ada yang ingin kakek bahas dengan kalian berdua" ucap Archduke pada cucu dan cucu menantu nya tersebut.
"Baik kakek" jawab Sankara dan Beatrice nyaris bersamaan.
Mereka berdua berjalan dengan langkah kecil sambil bergandengan tangan mengikuti kakek archduke, George dan Gabriel menuju ruang kerja sang kakek.
"Ada apa kakek" tanya Sankara pada sang kakek yang duduk di balik meja kerja nya yang super besar dengan banyak tumpukan kertas di atas nya.
"Bagaimana keadaan nya di sana? apa perbaikan nya berjalan lancar?" tanya Archduke pada Sankara
"Semua nya baik baik saja kakek, segala nya berjalan lancar, beberapa pasukan ku juga sedang menyelidiki penyebab terjadi bencana ini. dan kita tinggal menunggu bagaimana penyelidikan mereka" ucap Sankara
" Bagus lah, tujuan kakek memanggil kalian berdua berkaitan dengan pengajuan kita pada yang mulia raja beberapa bukan yang lalu," ucap Archduke
"Bagaimana hasil nya kakek?" tanya Sankara
"Yang mulia raja mengabulkan permohonan kakek untuk turun jadi penguasa utara, dan mengabulkan permohonan kamu sebagai pengganti nya" ucap Archduke
"jadi maksud nya?' tanya Sankara dengan kening berkerut
"iya dua hari yang lalu kurir istana datang mengantar kan surat panggilan untuk kita agar datang ke ibukota untuk pengangkatan mu sebagai archduke Estrillda yang baru mengganti kan kakek, kakek udah terlalu tua untuk bekerja, acara itu akan di adakan rapat tahunan bangsawan kekaisaran satu bulan lagi" terang Archduke dengan wajah lega.
"Baik lah kakek, saya akan mempersiapkan perjalanan kita ke ibu kota" ucap Sankara
"Ada lagi kakek?" tanya Sankara dia sudah tidak sabar untuk berduaan dengan sang istri setelah berpisah sekian lama.
"Iya, kakek berfikir untuk menyerahkan urusan rumah pada Beatrice, Beatrice sudah membuktikan diri nya kalau dia mampu mengurus rumah kita, Dia adalah nyonya rumah sempurna untuk kastil kita, kakek sudah membicarakan nya dengan George dan george juga setuju, bagaimana dengan pendapat kalian." tanya Archduke sambil menatap Sankara dan Beatrice bergantian.
"Aku setuju setuju saja kakek, setelah kematian ibu ku kastil kita tidak punya nyonya rumah, dan urusan rumah di urus oleh butler George, lagi pula cepat atau lambat mengurus urusan intern kastil akan menjadi urusan nya Beatrice, jika akan di serahkan lebih awal aku setuju setuju saja" ucap Sankara
"Bagaimana pendapat mu istri ku?" tanya Sankara
"Baik kakek, aku akan menerima tanggung jawab tersebut" ucap Beatrice lirih.
"Kalau begitu sudah waktu nya Gabriella pulang," ucap Archduke sambil memandang Gabriel yang berdiri tanpa suara si sisi Sankara.
"Baik tuan besar, waktu nya tepat, Gabriella memang sudah menyelesaikan ujian akademi nya dan akan segera pulang" Jawab Gabriel dengan nada tegas.
"Bagus lah" jawab Archduke
"Kalau begitu kami pamit dulu kakek, saya ingin mandi dan istirahat sebentar, rasa nya tubuh ku sangat lelah, untuk laporan tertulis aku akan menyelesaikan nya esok hari" ucap Sankara sambil
"Baiklah, ambil waktu mu, istirahat yang cukup, istirahat lah yang benar benar istirahat" ucap Archduke dengan nada menggoda.
"Itu tergantung situasi dan kondisi kakek" ucap Sankara yang membuat wajah Beatrice lansung merona merah.
"kami pamit kakek" ucap Sankara sambil menarik sang istri keluar dari ruang kerja sang kakek dan naik tangga dengan cepat menuju kamar mereka di lantai empat.
"Jangan biar kan apa pun menggangu mereka malam ini, biar kan mereka menikmati waktu berdua, saya kasihan pada mereka belum sempat bulan madu udah harus berpisah seminggu lama nya" ucap Archduke Estrillda pada George.
"Tentu saja tuan besar, tidak akan ada hal apa pun yang akan mengganggu waktu kebersamaan tuan muda dan nyonya muda" ucap George
"Lagi pula sudah lama wilayah utara tidak di hiasi tangis bayi, semoga saja nyonya muda bisa segera memiliki bayi buat kastil ini" ucap George
"Saya juga berharap demikian George tapi saya tidak akan memaksa, anak anak masih muda, Beatrice baru mau masuk delapan belas tahun dan Sankara baru mau masuk dua puluh satu tahun, mereka masih muda biarkan mereka menikmati kebersamaan itu sedikit lebih lama, tapi jika memang Beatrice bisa memberi saya cicit lebih cepat saya akan sangat bahagia George, apa lagi saya akan pensiun, menghabiskan hari tua bersama cicit adalah impian semua orang, bukan kah begitu George" tanya Archduke dengan senyuman bahagia.
"Tentu saja tuan besar" jawab George
***