Kegagalan dalam membina rumah tangga dengan Alven, membuat Tamara memilih untuk hidup menjadi seorang single mom, membesarkan buah hatinya.
Sebuah Pengkhianatan sang suami membuat Tamara harus menelan pil pahit hidup dalam kesusahan. Karna dirinya hanya seorang ibu rumah tangga. Tapi, saat perpisahannya dengan Alven membuat Tamara mau tidak mau, harus banting tulang, untuk menafkahi putrinya seorang diri.
Hingga pertemuan tak terduga dengan seorang pria bernama Regen Aditama. Yang kondisinya, sangat mengenaskan akibat kecelakaan tunggal yang ia alami.
Tamara berusaha mengeluarkan tubuh Regen dari mobilnya yang sudah mau terbakar.
Bagaimana kisah hidup Tamara setelah pertemuannya dengan Regen?
Dan bagaimana Perjuangan Tamara menafkahi sang putri pasca ditinggal nikah oleh sang suami? yuk simak ceritanya di "Jodoh kedu."
original by Morata
dilarang keras plagiarisme.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Morata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34. TERTAWA BAHAGIA
"Maaf Pak Alven yang terhormat, saya bukan anak kecil yang mudah terhasut oleh omongan orang lain. Saya tahu persis Tamara tidak pernah meminta uang itu kepada bapak apalagi untuk kebutuhan Cia.
Tamara juga tidak pernah meminta uang kepada Bapak sepeserpun. Bahkan Bapak lari dari tanggung jawab, tidak menafkahi Cia padahal keputusan pengadilan bapak harus setiap bulannya memberikan nafkah untuk Cia, tapi itupun Bapak tidak melakukannya.
Saya memang tidak berhak ikut campur dengan urusan kalian. Tetapi jika Bapak mengatasnamakan orang lain untuk mengajukan pinjaman ke perusahaan saya, Sepertinya saya tidak terima,"
"Jadi kalau Bapak tidak terima dengan penolakan pengajuan pinjaman ini, bapak bisa mengurus surat pengunduran diri Bapak dari perusahaan saya." tegas Regen lalu Regen langsung mempersilahkan Alven keluar dari ruang kerjanya. Membuat Alven benar-benar sangat emosi. Dia pun bersumpah ingin menghancurkan Tamara.
Sepeninggalan Alven Regen menggelengkan kepalanya. Ia tidak menyangka teman SMA-nya itu benar-benar lelaki yang tidak tahu diuntung. Bahkan tega membohongi dirinya yang selama ini sudah mempertahankan Alven bekerja di perusahaannya, walaupun dirinya tidak berkompeten.
Sementara Januar yang sebelumnya berada di balik pintu ingin memberikan berkas Untuk ditandatangani oleh Regen, Ia pun mengembangkan senyumnya mendengar kalau Regen menolak pengajuan pinjaman Alven.
Dia juga melihat Alven keluar dengan kemarahannya sendiri. Setelah memastikan Alven sudah tidak melihatnya masuk ke ruang kerja Regen, Januar pun masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Astaga! kamu mengagetkanku!!! datang-datang tidak mengetuk pintu." gerutu Regen sambil melempar ballpoint ke arah Januar membuat Januar langsung terkekeh.
"Slow Pak Bos, tidak perlu emosi seperti itu gara-gara manusia yang tak tahu diuntung itu. Aku tahu pak bos sedang emosi karena Alven,kan ? ucapnya sambil mengembangkan senyumnya
"Iya, anak itu justru emosi karena aku menolak pengajuan pinjamannya, dan aku memberitahu kalau aku bertemu dengan Tamara untuk menanyakan perihal itu. Ternyata dia tidak terima, dan dia pun mengatakan kalau Tamara manusia laknat, Padahal dia sendirilah yang manusia laknat." ucap Regen sangat kesal membayangkan Bagaimana Alven memburukkan Tamara di hadapannya.
"Sudah, biarkan saja. Kalau dia merasa keberatan pengajuan pinjamannya ditolak oleh perusahaan, paling dia mengundurkan diri ."ucap Januar dengan santai.
"Sebenarnya aku sudah dari dulu kesal melihatnya, dia bekerja tidak pernah benar selalu saja bersalahan. Tapi apa mau dikata, dia juga teman kita, Makanya saya meminta kamu untuk tetap membantu dia dalam menjalankan proyek apapun. Karena aku tidak bisa membiarkan dirinya memegang satu proyek." ucap Regen memberitahu.
"Ya sudahlah, kalau memang dia masih punya rasa malu, seharusnya dia mengundurkan diri dari kantor ini. Tapi tampaknya Dia tidak memiliki rasa malu sama sekali, sehingga dia masih tetap bertahan di sini." sahutnya
Tiba-tiba saja ketukan pintu kembali terdengar jelas di telinga kedua pria itu. Setelah Regen mempersilahkan masuk, Evi masuk ke ruang kerja Regen dengan membawa beberapa file yang harus ditandatangani Regen saat ini juga.
"Hai cantik, Bagaimana perkembangan hubunganmu dengan sang idola kamu itu?" ucap Januar bercanda membuat Evi Langsung memukul punggung lelaki itu.
"Enak aja! yang iya nya Aku mau muntah melihatnya. Tapi aku melakukan itu untuk membalaskan rasa sakit hati kak Tamara." ucap Evi sambil memicingkan matanya ke arah Januar.
"Sudahlah, tidak perlu menatapku seperti itu. Nanti matanya bisa keluar dan kamu juga bisa jatuh cinta kepadaku." ucapnya sambil terkekeh.
"Jatuh cinta juga nggak apa-apa, orang sama-sama jomblo dan single kok." timpal Regen sambil terkekeh membuat Evi kembali membulatkan matanya, ternyata sang bos yang ia tahu selalu dingin dan datar itu ternyata hangat berbicara dengannya.
Setelah mendapatkan tanda tangan dari Regen, Evi pun segera berpamitan ke ruang kerjanya. Masih ada pekerjaan penting yang harus dia kerjakan sampai jam kerjanya usai.
Sementara di tempat lain, tampaknya Soraya sangat kesal. Yang mana butik yang selama ini ia kelola semakin sepi. Sehingga ia meminta kepada Alven untuk mengajukan pinjaman ke perusahaan yang dimiliki oleh Regen.
Yang rencananya uang itu akan digunakan untuk menyuntik dana ke butik milik Soraya. Tapi ketika Soraya mendengar kalau Regen menolak pengajuan pinjaman Alven, membuat dirinya pun emosi dan menghempaskan barang-barang yang ada di sekitarnya.
Ia tidak peduli dengan kehamilannya saat ini. Bahkan ia memukul-mukul perutnya, karena ia mengetahui kalau janin yang ada di dalam rahimnya itu bukanlah benih Alven yang sebenarnya.
"Aku tidak bisa begini terus, aku harus membujuk Alven untuk merebut rumah yang dimiliki Tamara. Kalau tidak, aku akan melarat nantinya." gumam Soraya di dalam hati.
Tiba-tiba ia teringat sekilas dengan raut wajah lelaki yang sudah menghamili dirinya membuat dirinya semakin membenci janin yang ada di dahinya saat ini.
Tapi Soraya juga tidak mungkin memberitahu kalau janin yang ada di kandungannya itu adalah janin orang lain, bukan janin Alven.
Saat Alven berniat menjemput Soraya di butik miliknya, terlihat Soraya sudah menunggu dirinya dengan kesal.
Soraya langsung naik ke dalam mobil milik Alven, dengan wajah cemberut setelah mendengar kalau pengajuan pinjaman Alven ditolak oleh sambungan telepon seluler yang dilakukan Alen kepadanya.
"Maaf sayang kali ini aku gagal mengajukan pinjaman kepada Tuan Regen, tapi kamu sabar. Aku akan mengajukan pinjaman melalui Tuan Aditama, aku rasa Tuan Aditama tidak akan menolaknya." bujuk Regen agar Soraya mengembangkan senyumnya dan tidak cemberut lagi.
Kini Evi rencananya kembali ingin mengerjai Alven dan Soraya. Karena ia mengetahui saat ini Soraya sedang bersama dengan Alven.
Evi meraih ponsel yang ada di tas sandang miliknya, setelah ia tiba di apartemen tempatnya tinggal saat ini.
Ia mencari nomor ponsel Alven Di sana. Lalu langsung menekan tombol hijau yang ada di layar ponselnya, berharap sambungan telepon seluler itu tersambung saat Alven sedang bersama dengan Soraya.
Alven yang sedang menyetir mobil mendengar suara deringan ponselnya, dengan satu tangan ia meraih ponsel yang ada di saku celananya. Dan melihat nomor ponsel Evi yang menghubungi dirinya.
Alven khawatir Soraya akan cemburu Jika ia menyambungkan sambungan teleponnya dengan Evi. Tapi dia juga merasa tidak enak hati kalau tidak mengangkat sambungan telepon seluler itu.
Beberapa kali sambungan telepon seluler itu berdering membuat Soraya pun mengalihkan atensinya. Ia pun bertanya kepada Alven Siapa yang menghubungi suaminya. Saat Soraya bertanya kepada Alven, Alven sedikit gugup.
Membuat Soraya semakin curiga. Ia berusaha merebut ponsel milik Alven, tapi Alven berusaha agar ponsel itu tidak beralih ke tangan Soraya yang dapat memicu keributan di antara mereka.
Alven yang tidak leluasa bergerak karena tangan satunya lagi menyetir mobil, akhirnya ponselnya itu dapat direbut oleh Soraya. Soraya membulatkan matanya ketika melihat nomor ponsel Evi yang menghubungi suaminya.
"Oh ternyata kamu masih memiliki hubungan dengan wanita ganjen itu!" Hardik Soraya sambil langsung mengangkat sambungan telepon seluler itu dengan kasar.
Ia meminta kepada Evi agar tidak menghubungi suaminya lagi. Evi memutuskan sambungan telepon seluler itu daripada mendengar Omelan Soraya. Evi terkekeh ketika mendengar suara amarah Soraya dari ujung telepon. Hal itulah yang diinginkan Evi, membuat Evi pun tertawa bahagia.
Bersambung.....
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓
JANGAN LUPA MAMPIR KE KARYA BARU EMAK "Aku Ibu Mu, Nak"
amatiran bener, belum 12 jam sdh ketahuan 😂