Lunar Paramitha Yudhistia yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi harus menerima kenyataan pahit bahwa ayahnya menikah lagi dengan rekan kerjanya. Ia tak terima akan hal tersebut namun tak bisa berbuat apa-apa.
Tak disangka-sangka, wanita yang menjadi istri muda sang Ayah menaruh dendam padanya. ia melakukan banyak hal untuk membuat Lunar menderita, hingga puncaknya ia berhasil membuat gadis itu diusir oleh ayahnya.
Hal itu membuatnya terpukul, ia berjalan tanpa arah dan tujuan di tengah derasnya hujan hingga seorang pria dengan sebuah payung hitam besar menghampirinya.
Kemudian pria itu memutuskan untuk membawa Lunar bersamanya.
Apa yang akan terjadi dengan mereka selanjutnya? Yuk, buruan baca!
Ig: @.reddisna
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nanda Dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 05: Preparing For Holiday
Langit malam ini terlihat begitu indah dengan bulan yang menampakkan dirinya secara sempurna tanpa awan yang menemaninya, bintang-bintang bertaburan di langit malam, gemerlap cahayanya menghanyutkan diriku dalam naungannya. Angin semilir yang menyapa wajahku menambah syahdu suasana malam ini.
Dari balkon ini aku dapat melihat tamu-tamu undangan yang mulai meninggalkan ruangan pesta. Aku dapat melihat berbagai ekspresi dari mereka ada yang tampak bahagia, ada yang wajahnya memerah karena terlalu banyak minum, ada yang terlihat muram dan masih banyak lagi.
Setelah aku tak melihat lagi tamu yang meninggalkan ruangan pesta, aku mengalihkan pandanganku ke depan, tampak gedung-gedung pencakar langit yang begitu indah, lengkap dengan lampu-lampu yang menyinarinya. Aku tersenyum getir, mengingat masa-masa indahku … dulu sekali, Ibu sering mengajakku untuk mengantar makan siang milik Ayah di salah satu gedung pencakar langit itu. Ternyata keluargaku pernah sebahagia itu, dan Ibu adalah sumbernya.
"Hey, what are doing here?"
Suara berat yang familier itu mengalihkan fokusku, aku tahu betul siapa pemilik suara ini. Tak lain dan tak bukan adalah, Selatan Anggara Hanubagja, Tuanku.
"Nothing, i just need a lilttle space for myself," aku menatapnya dengan ekspresi yang tak dapat diartikan.
Ia tak menimpali apapun setelah mendengarnya, ia hanya berdiri di sampingku dan mulai menatap gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Dia benar-benar pria yang aneh.
Kami tak hanya berdiri berdampingan dan saling diam hingga jam menunjukkan pukul dua pagi, rasa dingin mulai menyerangku. Itu menusuk, apalagi aku hanya mengenakan sebuah gaun tanpa lengan. Aku mulai menggigil keinginan.
"Pakailah,” Tuan Selatan menyerahkan jas miliknya padaku.
"Terima kasih," aku mengambilnya dengan ragu-ragu.
"Mari kembali ke rumah," membalikkan badannya dan mulai berjalan menjauh.
"Baiklah."
Aku berjalan di belakangnya dengan perasaan takut, lorong hotel ini tampak menyeramkan saat malam hari. Tempat ini lebih cocok menjadi tempat uji nyali daripada hotel bintang lima.
...─────────── ✦ ──────────...
Dua minggu telah berlalu semenjak pesta meriah itu diadakan, hubunganku dengan Tuan Selatan semakin akrab. Kami bekerja bukan seperti atasan dan bawahan, namun kami bekerja selayaknya teman. Ternyata pria yang ku anggap aneh ini tidak buruk juga. Aku bahkan berani mengejeknya sekarang.
Setelah kurang lebih kami bekerja keras selama dua minggu, kami memutuskan untuk liburan ke pantai bersama Bibi Chen, dan rekan-rekan yang lainnya. Aku benar-benar menantikan hari itu tiba!
"Bibi Chen, cepatlah!" aku memanggilnya dari bawah.
Dari sini aku dapat melihat Bibi Chen dan Kak Hana berlari ke arahku, "Bisakah kau sedikit lebih sabar, Nona Lunar?" ia menegaskan kalimat terakhirnya. Penuh dengan penekanan.
"Maaf ya, aku terlalu bersemangat," aku terkekeh pelan.
Kami tampak begitu kompak dengan setelan celana jeans dan kaos berwarna hitam. Ini adalah ide Kak Hana, sebagai bawahan Tuan Selatan kami harus kompak katanya. Sebenarnya aku sedikit geli mengenakan pakaian yang senada seperti ini, namun apa boleh buat.
Hari ini kami berencana mencari beberapa perlengkapan yang akan kami gunakan selama liburan. Kak Hana sudah membuatkan daftar isi apa saja yang harus kami beli, aku tak menyangka ia akan mencatat sebanyak ini. Kertas ini lebih dari setengah meter kurasa. Dia memang nomor satu perihal berbelanja.
Kamipun bergegas pergi karena jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang, matahari sangat terik hari ini. Kulitku pasti akan terbakar.
Kami bertiga memastikan rumah sudah dalam keadaan aman sebelum ditinggalkan. Bibi Chen memastikan tidak ada kebocoran gas, Kak Hana menutup semua jendela dan mematikan jendela. Sementara aku memastikan semua pintu sudah terkunci dengan rapat.
Setelah menempuh kurang lebih empat puluh lima menit perjalanan, kami pun sampai di salah satu pusat perbelanjaan. Memang tidak terlalu besar namun Kak Hana bilang barang-barang di sini sangatlah lengkap.
Bibi Chen berpamitan pada kami karena ingin mencari beberapa barang dan membeli makanan ringan yang akan kami bawa untuk liburan.
Aku dan Kak Hana mulai melangkahkan kaki kami menuju sebuah toko pakaian. Aku ingin sekali membeli sebuah bikini untuk berjemur di pantai. Sementara Kak Hana ingin mencari beberapa pakaian baru dengan warna-warna yang segar.
"Kurasa itu cocok untukmu, desainnya menarik," menunjuk sebuah bikini berwana merah muda dengan renda-renda.
"Yang benar saja!" aku melihatnya dengan geli.
Kak Hana tertawa puas.
"Hahahaha itu lucu sekali, Kak," aku menatapnya datar.
Kemudian, aku melihat-lihat sekeliling toko dan menemukan beberapa bikini yang menurutku pas di badan. Aku pun menyeret Kak Hana ke ruang untuk membantuku mencoba semua bikini itu.
Aku berpose bak supermodel sembari mencoba beberapa bikini itu, dan tentu saja Kak Hana menertawaiku. Ia sangat suka mengejekku.
"Hahahaha kau ini, ku rasa ini cocok untukmu," menunjukkan bikini terakhir yang aku kenakan.
Sebuah bikini dengan model triangle berwarna putih dengan motif floral tercetak di atasnya. Ini benar-benar cantik, aku juga membeli sebuah kain dengan warna dan motif yang senada agar aku bisa mengenakan bikini itu saat bermain pasir di pantai.
Setelah menemaniku mencoba bikini, Kak Hana membawaku untuk melihat-lihat pakaian. Ah, ini benar-benar maut. Aku bisa menghabiskan setengah gajiku disini.
Kak Hana berakhir membeli beberapa crop top dengan motif yang berbeda-beda dan sebuah rok hijau bermotif.
Sebenarnya aku tak berniat membeli apapun selain bikini, namun aku berakhir membawa lima buah paperbag besar saat keluar dari toko. Huhuhu gajiku yang berharga.
Terlepas dari itu, aku cukup bahagia hari ini. Rasanya aku seperti terlahir kembali. Mempunyai rekan kerja seperti Kak Hana membuatku bersemangat. Ia mengingatkan ku dengan teman-temanku semasa kuliah dulu.
"Ini menyenangkan sekali, apa yang akan kita lakukan setelah ini?" menatapku dengan mata yang berbinar.
"Tentu saja pulang!" jawabku tegas.
"Kau ini, kita seharusnya berkeliling hingga larut malam. Ayo cepat kita susul Bibi Chen dan berkeliling bersama!"
Kak Hana menarik ku dengan cepat menuju sebuah supermarket, tempat Bibi Chen berbelanja.
Setelah istirahat beberapa saat di sana, kamipun sepakat untuk menghabiskan waktu libur ini dengan berkeliling di sini hingga malam hari. Kami pergi ke timezone dan mencoba semua permainan yang ada, pergi ke rumah hantu, menonton bioskop, melihat-lihat toko mainan, dan ditutup dengan makan malam bersama di sebuah restoran makanan Jepang.
Aku menikmati semangkuk ramen bersama Kak Hana dan Bibi Chen, tak ada di benakku sebelumnya bahwa mereka akan semenyenangkan ini ... walaupun aku baru mengenal mereka, aku sudah menganggapnya seperti keluarga. Hiduplah lebih lama kalian berdua.
Mampir juga di karyaku ya ka
semangat terus