Ayundya Nadira adalah seorang istri dan ibu yang bahagia. Pernikahan yang sudah lebih dari 20 tahun mengikat dirinya dengan suami dengan erat.
Pada suatu sore yang biasa, dia menemukan fakta bahwa suaminya memiliki anak dengan wanita lain.
Ternyata banyak kebenaran dibalik perselingkuhan suaminya.
Dengan gelembung kebahagiaan yang pecah, kemana arah pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Salah Tetaplah Salah.
Ayun tercengang saat mendengar tuduhan yang Evan layangkan padanya. Bagaimana mungkin lak-laki itu malah menyalahkan semua yang terjadi padanya?
"Kau, kau malah menuduhku?" tanya Ayun dengan tidak percaya.
"Lalu kau pikir ini salah siapa, hah?" tanya Evan dengan tajam. "Coba kalau kau diam dan tidak membuat keributan, Adel juga pasti akan tenang dan tidak seperti itu. Lalu, untuk apa kau menyuruhnya menemui wanita itu? Apa kau mau mempermalukanku?"
Ayun tersenyum dengan getir. Hebat, hebat sekali. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa suaminya mempunyai sikap seperti ini, sikap yang menyalahkan orang lain karena kesalahan diri sendiri.
"Kau benar, Mas." Ayun mengangguk-anggukkan kepalanya. "Seharusnya aku diam saat mengetahui perselingkuhanmu, seharusnya aku diam saat tau kalau kau punya anak dengan wanita lain. Seharusnya aku juga diam saat mengetahui bahwa kau telah menikah siri, seharusnya aku tetap diam dan hanya menerima semua yang telah kau lakukan. Apa kau ingin aku seperti itu, hah?"
Evan bungkam. Mendadak lidahnya terasa kaku untuk membalas ucapan Ayun, hingga membuatnya hanya bisa menghela napas kasar.
"Wanita mana yang akan diam saat mengetahui jika suaminya sudah menikah siri dengan wanita lain, Mas? Kau memintaku untuk tenang, hah?" Ayun mendorong tubuh Evan sampai membentur dinding. "Aku bukan wanita bod*oh yang akan menerima semua perbuatanmu, karena aku masih punya harga diri. Tidak sepertimu yang sama sekali tidak punya malu dan harga diri."
Evan terkesiap dan menatap Ayun dengan tajam saat mendengar ucapan wanita itu. "Kau mengatakan aku tidak punya malu dan harga diri?"
"Ya, kau memang tidak punya malu dan harga diri," jawab Ayun dengan cepat. "Jika kau punya malu, maka kau tidak akan menjalin hubungan gelap dengan wanita lain. Jika kau punya harga diri, maka kau tidak akan menghancurkan perasaan anak-anakmu sendiri dengan mempunyai anak dari wanita lain. Seperti itulah kau, laki-laki yang tidak layak lagi untuk dihormati dan juga dihargai," ucap Ayun dengan tajam dan penuh penekanan.
Evan mengepalkan kedua tangannya dengan erat, gurat kemarahan terlihat jelas diwajahnya saat ini.
"Semua ini karna kau, Ayun. Aku bisa jatuh cinta pada wanita lain itu karna kau, karna ketidak mampuanmu untuk menjaga suamimu sendiri."
Deg.
Hati Ayun terasa seperti dicabik-cabik saat mendengar ucapan Evan. Laki-laki itu yang sudah berselingkuh, tetapi kenapa malah dia yang disalahkan? Kenapa dia yang dianggap tidak bejus menjaga suami?
"Bukan Ibu yang tidak bejus, tapi kau lah yang tidak bersyukur, Ayah."
Evan tersentak kaget saat mendengar suara Ezra, dia lalu berbalik dan menatap putranya itu dengan tajam.
"Ezra, Nak!" Ayun segera menghampiri putranya, sungguh dia tidak ingin bertengkar di hadapan sang putra. "Kau sudah makan? Ayo, ibu akan menyiapkan makanan untukmu!" Dia menggandeng lengan Ezra agar anaknya itu mau mengikutinya.
"Lihat, seperti inilah ibuku." Ezra menunjuk ke arah sang ibu dengan menggunakan lirikan matanya. "Selama ini aku berpikir jika ibu adalah orang yang kolot dan kampungan. Ibu tidak mengerti tentang pergaulan hingga kerap membuat aku kesal dengan semua larangan-larangannya, tapi inilah ibuku. Wanita yang selama ini mengurus keluargamu dengan baik." Setiap kata yang Ezra ucapkan terasa menusuk dada Evan.
"Wanita seperti ibu lah yang selama ini mengurus semua pekerjaan rumah. Dia mengurus dan melayani suaminya dengan baik, dia juga mengurus anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. Tidak lupa dia juga mengurus kedua mertuanya dengan penuh hormat. Kau berkata jika ibuku tidak mampu untuk menjaga suaminya, tapi asal kau tau. Suaminya lah yang tidak pernah bersyukur memiliki ibuku." Ezra menarik napas panjang dengan urat-urat yang menonjol ke permukaan.
"Suaminya lebih memilih untuk jatuh cinta pada wanita yang lebih muda, lebih seksi, dan lebih modern dari ibuku. Dia memilih untuk mengikuti napsu bej*atnya dari pada memikirkan perasaan keluarganya. Dia memilih kepuasan sendiri dan tidak memikirkan rasa malu yang keluarganya terima, dia lebih memilih untuk-"
"Cukup, Ezra. Jangan melewati batas kesabaranku!" ucap Evan dengan penuh penekanan sambil menunjuk tepat ke wajah putranya itu.
Ezra tersenyum sinis. "Itulah yang coba aku katakan padamu, Ayah. Cukup, hentikan semua kegilaanmu ini, apa belum puas kau menghancurkan perasaan kami?" Dia menepis tangan sang ayah yang berada di depan wajahnya, hingga mata mereka saling bertatapan dengan tajam.
"Berhenti menyalahkan ibu atas semua kesalahan yang telah kau buat. Apa pun pembenaran yang coba kau cari-cari, kau tetaplah seorang suami dan ayah yang tukang selingkuh. Kau dan wanita itu sama. Yang satunya penggoda, dan satunya lagi pengkhianat."
Plak.
Evan melayangkan sebuah tamparan ke wajah Ezra karena sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya, tentu saja membuat Ayun membulatkan mata dan langsung menarik tubuh sang putra.
"Sejak tadi aku diam karena merasa bersalah sudah membuat kalian kecewa, tapi bukan berarti kau bisa menginjak harga diri ayahmu seperti ini, Ezra!" ucap Evan dengan penuh penekanan.
"Akulah yang selama ini berjuang demi masa depan keluarga ini, dan aku jugalah yang kerja keras untuk masa depanmu. Tapi beraninya kau menghina ayahmu sendiri seperti ini, hah?" teriak Evan membuat Adel yang berada di dalam kamar bergegas keluar.
Ayun mengepalkan kedua tangannya dan langsung berdiri di hadapan Evan dengan tegak menantang. "Lalu apa, hah? Apa kau pikir semua ini hanya dari kerja kerasmu saja?" Dia memegangi tangan Ezra agar tidak lagi membuka suara.
"Kau memang bekerja di luar rumah ini, tapi akulah yang bekerja mati-matian di dalamnya. Ke mana kau saat dulu aku kekurangan uang yang kau beri? Aku selalu menerima berapa pun uang yang kau kasi, dan berusaha keras untuk mencari tambahan agar uang itu cukup sampai bulan depan. Aku berusaha agar anak-anakmu tidak kekurangan susu, orangtuamu tidak kekurangan obat, dan kau tidak kekurangan makanan yang lengkap."
•
•
•
Tbc.