Xin Yue, seorang wanita cantik dengan kecerdikan yang mematikan, hidup dari mencuri dan membunuh. Namun, sebuah insiden membuatnya terlempar ke dunia kuno tanpa apa-apa selain wajahnya yang menipu dan akalnya yang tajam. Ketika dia mencuri identitas seorang wanita misterius, hidupnya berubah drastis—dari buronan kekaisaran hingga menjadi bunga paling dicari di Ruoshang, tempat hiburan terkenal.
Di tengah pelariannya, dia bertemu Yan Tianhen, pangeran sekaligus jenderal dingin yang tak pernah melirik wanita. Namun, Xin Yue yang penuh tipu daya justru menarik perhatiannya.
Dipaksa berpura-pura menjadi kekasihnya, keduanya terjebak dalam hubungan yang penuh intrik, adu kecerdikan, dan momen-momen menggemaskan yang tak terduga.
Akankah Xin Yue berhasil bertahan dengan pesonanya, atau akankah hatinya sendiri menjadi korban permainan yang ia ciptakan?
Tagline: Di balik wajah cantiknya, tersembunyi rencana yang tak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 : Trik Ibu Suri
Ruangan itu sunyi, hanya terdengar napas tertahan dari para pelayan dan pejabat yang menyaksikan drama istana yang memanas.
"Tianheng," suara Kaisar memecah keheningan, dalam dan penuh wibawa. "Apa yang terjadi di sini?"
Tianheng, dengan tatapan penuh kebencian yang seolah mampu menembus dinding kebohongan, maju selangkah. Bahunya tegak, suaranya tegas namun mengandung nada getir. "Ayahanda, ini adalah bukti bahwa ibu suri tidak hanya berusaha memanipulasi kekuasaan, tetapi juga mencoba menghancurkan kehidupan kami dengan fitnah dan kebohongan."
Semua mata kini tertuju pada ibu suri. Wanita yang biasanya penuh percaya diri itu kini tampak goyah, jemarinya yang terampil bermain dengan hiasan pada gaunnya, mencari pijakan di tengah suasana yang kian panas. "Fitnah? Kau terlalu percaya diri, Tianheng. Kau pikir kau bisa mengalahkan aku hanya dengan kata-kata?"
Kaisar menatap ibu suri dengan pandangan tajam, matanya yang biasanya tenang kini dipenuhi kecurigaan. "Ibu suri, apakah ini benar? Bukti apa yang kau miliki untuk membantah tuduhan ini?"
Ibu suri membuka mulutnya, tetapi sebelum kata-kata keluar, sebuah suara asing memecah ketegangan.
"Menarik sekali," suara itu rendah namun mengandung kekuatan, seperti angin dingin yang tiba-tiba menyusup ke dalam ruangan.
Semua kepala berbalik ke arah pintu. Seorang pria dengan pakaian resmi negara tetangga melangkah masuk. Liu Feng, utusan dari negeri seberang, adalah sosok yang tidak bisa diabaikan. Rambutnya yang hitam legam terikat rapi, matanya tajam seperti elang, dan senyumnya yang tipis menyiratkan kepercayaan diri yang berbahaya.
"Liu Feng," Kaisar memanggilnya dengan nada datar, namun ada ketegangan yang tidak bisa disembunyikan. "Ini bukan waktunya bagimu untuk ikut campur."
Namun, Liu Feng tidak tergesa-gesa. Dia melangkah perlahan, seolah-olah setiap gerakannya adalah bagian dari permainan catur yang telah direncanakan. Tatapannya jatuh pada Xin Yue, yang berdiri tegak di sisi Tianheng.
"Wanita ini," Liu Feng berkata dengan suara yang lebih rendah, namun cukup untuk membuat semua orang mendengarnya, "Memiliki kecerdasan dan keberanian yang jarang aku temui. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak memperhatikan."
Xin Yue menatapnya dengan dingin, namun hatinya berdebar. Ada sesuatu yang tidak biasa dari pria ini. Senyumnya tampak ramah, tetapi matanya memancarkan sesuatu yang lain—seperti seorang pemburu yang menemukan mangsanya.
"Jika anda tertarik, Tuan Liu Feng," jawab Xin Yue dengan nada yang santai namun tajam, "Mungkin anda bisa mengatur pertemuan resmi setelah urusan ini selesai."
Liu Feng menyipitkan mata, senyumnya semakin lebar. "Tentu saja, Nona Xin Yue. Tapi bukankah kehidupan lebih menarik ketika kita tidak menunggu terlalu lama?"
Ibu suri, yang tampak mulai memanfaatkan situasi ini, melirik Liu Feng dengan ekspresi baru. "Liu Feng," katanya dengan nada manis yang dibuat-buat, "Aku yakin kita bisa berbicara lebih lanjut tentang Xin Yue. Dia memang memiliki banyak... keistimewaan."
Namun, Liu Feng mengangkat tangannya, menghentikan ibu suri sebelum dia melanjutkan. "Maaf, Yang Mulia, tapi aku di sini bukan untuk memihak. Aku hanya mengamati."
Kaisar, yang selama ini diam, akhirnya membuka suara. "Liu Feng, apakah kau bermaksud mengganggu urusan dalam negeri kami?" Nada suaranya dingin, tetapi ada ketegangan yang terasa jelas di udara.
Liu Feng menundukkan kepala sedikit, senyumnya tidak pernah pudar. "Tentu saja tidak, Kaisar. Aku hanya seorang pengamat. Namun, aku tidak bisa menahan diri untuk mengagumi keberanian dan ketegasan yang ditunjukkan di sini. Mungkin ada pelajaran yang bisa kita ambil untuk mempererat hubungan antarnegara."
Xin Yue menatapnya dengan penuh kewaspadaan. Ada sesuatu yang mengusik pikirannya. Liu Feng bukan hanya utusan biasa. Kata-katanya yang manis menyembunyikan sesuatu yang jauh lebih dalam—sebuah rencana yang belum terungkap.
***
Paviliun telah kosong, tetapi bayangan malam tidak pernah benar-benar meninggalkan tempat itu. Lentera-lentera yang bergoyang pelan di bawah hembusan angin menciptakan permainan cahaya dan bayangan di lantai kayu yang dingin. Di sudut ruangan, Xin Yue berdiri dengan tangan bersilang, pandangannya tertuju pada jendela yang terbuka. Udara malam membawa aroma embun, tetapi pikirannya terfokus pada percakapan yang baru saja terjadi.
Tianheng berdiri di dekat pilar, tubuhnya tegap seperti seorang penjaga yang tidak pernah lengah. Namun, matanya tidak lagi menatap lingkungan sekitar. Pandangannya tertuju pada Xin Yue, yang terlihat tenggelam dalam pikirannya.
“Liu Feng adalah ancaman,” Tianheng memulai, memecah keheningan. “Dia bukan sekadar utusan negara tetangga. Setiap gerakannya terlalu terencana.”
Xin Yue tersenyum tipis, tetapi tidak menoleh. “Tentu saja dia ancaman. Tapi ancaman terbesar bukan datang dari luar, Tianheng. Ancaman terbesar selalu datang dari dalam.”
Tianheng mendekat, suaranya merendah. “Kau berpikir ibu suri memiliki hubungan dengannya?”
Xin Yue akhirnya menoleh, matanya memancarkan kilauan tajam. “Bukan hanya berpikir. Aku yakin. Liu Feng tidak akan datang ke sini tanpa alasan. Dan ibu suri... dia tidak akan membiarkan siapa pun masuk ke lingkarannya tanpa manfaat yang jelas.”
Tianheng mengangguk, tetapi raut wajahnya tetap tegang. “Kalau begitu, kita harus bertindak cepat. Aku akan meminta Kaisar untuk meningkatkan pengawasan terhadap Liu Feng.”
Xin Yue mengangkat tangannya, menghentikan Tianheng. “Tidak. Jangan terlalu cepat. Jika kita bergerak sekarang, kita hanya akan menunjukkan bahwa kita memperhatikannya. Biarkan dia merasa aman. Biarkan dia berpikir bahwa kita tidak menyadari apa yang dia rencanakan.”
Tianheng mengerutkan kening, tetapi dia tahu Xin Yue benar. Wanita ini, meskipun tidak pernah dilatih sebagai seorang prajurit, memiliki kecerdasan yang jauh melampaui kebanyakan orang.
“Lalu apa langkah kita berikutnya?” tanyanya, nada suaranya lebih tenang.
Xin Yue berjalan ke meja kecil di sudut ruangan, di mana secarik kertas terlipat rapi. Dia mengambilnya dan menyerahkannya pada Tianheng. “Ini ditemukan di kamar ibu suri tadi pagi. Aku belum sempat menunjukkan ini padamu.”
Tianheng membuka kertas itu perlahan. Tulisan tangan yang rapi tetapi penuh tekanan memenuhi halaman kecil itu. Isinya adalah rencana detail untuk menjebak Tianheng sebagai pengkhianat, dengan bukti palsu yang akan ditanamkan di kediamannya.
“Dia ingin menghancurkanmu,” kata Xin Yue pelan, tetapi suaranya penuh keyakinan. “Dan dia tidak akan berhenti sampai dia berhasil.”
Tianheng mengepalkan tinjunya, tetapi Xin Yue melangkah mendekat, meletakkan tangannya di lengan pria itu. “Tenang. Kemarahan tidak akan membantumu sekarang. Kita harus memikirkan cara untuk membalikkan rencana ini.”
Tianheng menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. “Apa yang kau usulkan?”
Xin Yue tersenyum, tetapi senyumnya tidak menunjukkan kehangatan. Itu adalah senyum seorang pemain catur yang baru saja menemukan langkah kemenangan. “Kita biarkan dia berpikir bahwa rencananya berhasil. Dan saat dia merasa di atas angin, kita jatuhkan dia.”
Tianheng menatapnya, matanya penuh kekaguman. “Kau benar-benar berbahaya, Xin Yue.”
Wanita itu tertawa kecil, nada suaranya ringan. “Aku hanya beradaptasi dengan dunia yang tidak pernah ramah padaku.”
Namun, sebelum mereka bisa melanjutkan diskusi, suara langkah kaki pelan terdengar mendekat. Tianheng segera memasang sikap waspada, sementara Xin Yue menyembunyikan kertas itu di balik lengan bajunya.
Dari balik bayangan, Liu Feng muncul lagi, kali ini tanpa senyuman di wajahnya. Matanya yang dingin memindai ruangan, sebelum akhirnya berhenti pada Xin Yue.
“Maaf jika aku mengganggu,” katanya dengan nada rendah, tetapi ada nada ancaman yang tersembunyi di baliknya. “Aku hanya ingin memastikan bahwa Nona Xin Yue baik-baik saja setelah kejadian tadi.”
Xin Yue melangkah maju, senyum manis menghiasi wajahnya. “Tentu saja aku baik-baik saja, Utusan Liu. Tapi aku tidak menyangka kau masih berada di sini. Bukankah rombonganmu sudah meninggalkan Paviliun?”
Liu Feng mengangkat bahu ringan. “Aku hanya ingin memastikan sesuatu.”
Tianheng melangkah maju, berdiri di antara Liu Feng dan Xin Yue. “Utusan Liu, malam sudah larut. Aku rasa kau harus kembali ke tempat tinggalmu.”
Namun, Liu Feng tidak bergeming. Tatapannya tetap pada Xin Yue. “Aku harap kita bisa berbicara lagi, Nona Xin Yue. Mungkin lain kali tanpa gangguan.”
Sebelum Tianheng bisa bereaksi, Xin Yue menyela dengan suara lembut. “Tentu saja, Utusan Liu. Aku akan dengan senang hati mendengar apa pun yang ingin kau bicarakan.”
Liu Feng tersenyum tipis, lalu berbalik dan pergi, meninggalkan mereka dalam keheningan yang tegang.
Tianheng berbalik ke arah Xin Yue, matanya penuh kemarahan. “Kau tidak seharusnya memberinya kesempatan seperti itu.”
Xin Yue menatapnya dengan tenang. “Kesempatan itulah yang akan memberiku jalan untuk memahaminya. Jangan khawatir, Tianheng. Aku tahu apa yang aku lakukan.”
Namun, di dalam hatinya, Xin Yue tahu bahwa permainan ini baru saja dimulai. Dan setiap langkah yang diambil akan menentukan apakah mereka menang atau hancur.
***
Xin Yue berjalan keluar dari paviliun, senyumnya memudar begitu dia yakin tidak ada yang mengawasinya. Langkahnya cepat, tetapi matanya waspada, memindai setiap sudut yang dilaluinya.
Namun, ketika dia berbelok ke lorong sempit menuju kamarnya, sebuah suara berbisik di telinganya, dingin dan penuh ancaman.
“Berhati-hatilah, Nona Xin Yue. Tidak semua permainan berakhir dengan kemenangan.”
Dia berbalik cepat, tetapi lorong itu kosong. Hanya bayangan gelap yang menari di dinding, seolah menertawakannya.
saya suka bagus banget 🙏
cuma tolong perhatikan kata kata nya, cerita nya seperti loncat loncat seperti tidak menyambung dan seperti terulang ulang kata kata nya dan cerita nya dalam 3 bab ini😊
sukses selalu thor saya suka ceritanya
saya nanti kan kelanjutan ceritanya lagi Thor
semangat 💪