Rania Nadhira gadis berusia genap 16 tahun ,tahun ini
Gadis ini akrab di sapa dengan panggilan Rana singkatan kedua namanya
Gadis cantik yang dianggap sangat bar bar dan menyebalkan oleh keluarganya sendiri
Gadis cantik ini sering berbuat ulah demi untuk menarik perhatian seluruh keluarganya
apakah perjuangan Rana mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari seluruh keluarganya akan di dapatkannya?!! atau Rana menyerah untuk berjuang
ikuti kelanjutannya ya😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummy phuji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33
"terbuat dari apa hatimu nyonya sehingga kamu begitu tega Dengan anak kandungmu sendiri " batin bik marmi menangis
"aku harus apa ya Allah !? Hiks hiks hiks " gumam bik marmi tanpa bergeming dari tempatnya berdiri
"bik " panggil bik Mumun
"mun" jawab bik marmi
"bibik kenapa !?" tanya bik Mumun
" nyonya melarang saya menemui non Rana di rumah sakit mun,saya khawatir pada non Rana mun Hiks hiks hiks "bik marmi semakin menangis membayangkan wajah sedih Rana di rumah sakit sendirian tanpa ada yang menemani
"ya ampun tega banget ya nyonya Sania pada non Rana" ucap bik Mumun
bik Mumun pun menuntun bik Marmi untuk kembali ke kamarnya bik marmi jadi tidak bersemangat untuk bekerja karena hatinya sangat sakit karena nyonya Sania melarangnya untuk menemui Putri angkatnya yang merupakan anak kandung nyonya sania
"loh bu kok masih disini!? Kenapa belum berangkat kerumah sakit!? Malah menangis disini,ada apa bu!?
" tanya pak Joko pada istrinya karena masih melihat istrinya menangis di kamar mereka
"pak Hiks hiks hiks nyonya melarang ibu untuk menemui neng rana pak hiks hiks hiks sakit hati ibu pak Hiks hiks hiks
Bagaimana keadaan anak kita di sana pak dia pasti sendirian dia pasti sedih karena kita tidak menemaninya hiks hiks hiks " tangisan bik Marmi semakin menyayat hati Bik Mumun yang mendengar bik Marmi menangis pun ikut menangis
Pak joko mendekati istrinya lalu menariknya kedalam pelukannya untuk menenangkannya
Bik Mumun keluar dari kamar bik Marmi meninggalkan kedua seniornya itu
"kamu kenapa mun!?" tanya mang Kardi tanpa sengaja melihat istrinya menghapus air matanya
"aku sedih kang mon rana masuk rumah sakit tapi nyonya melarang bik marmi menemaniku non rana di rumah sakit
Ada ya kang ibu yang begitu tega pada darah dagingnya sendiri
Mumun kira hanya di sinetron sinetron aja yang ada seperti itu ternyata sekarang aku sudah melihatnya sendiri " jawab bik Mumun mengusap air matanya yang tak mau berhenti mengalir
Mang kardi hanya menghela nafas panjang karena dia pun bingung harus bagaimana
"kita berdoa saja mun,agar non Rana segera sebuh dan di berikan segudang kesabaran dan kelak akan menemukan kebahagiaannya " jawab mang Kardi menenangkan istrinya itu
"iya kang,kamu benar kita hanya bisa melangitkan doa untuk non Rana karena kita hanya orang kecil yang tidak bisa melawan mereka " ucap bik Mumun yang tangisannya sudah mulai berhenti
"ya sudah sana selesaikan pekerjaan kamu jangan Sampai nyonya semakin marah" ucap mang kardi mengingatkan istrinya itu
"iya kang, oh iya akang mau apa datang kedapur !?" tanya bik Mumun
"akang mau minum mun sekalian juga mau buat kopi " Jawab mang kardi
"oh,mau mumun buatkan kang!?" tanya bik mumun
"boleh deh mun soalnya nggak ada yang jaga di depan pakde Joko kan lagi nemuin bik marmi di kamarnya jadi pos depan kosong" jawab mang kardi
"ya udah kang itu air galonnya bawa kedepan nanti kopinya aku yang bawa" ucap bik Mumun
"makasih sayangku,makin cinta deh" jawab mang kardi menggoda istrinya agar istrinya bisa tersenyum kembali
"ih akang mah suka gombal " ucap bik Mumun dengan senyuman malu malu meongnya
"hahahaha saranghaeyo istriku " mang kardi membetuk tanda cinta dari jari telunjuk dan jempolnya
"ih apaan sih kang, sarang semut kang" jawab bik Mumun lalu meninggalkan suaminya yang masih terkekeh
"kue sarang semut juga enak dek" teriak mang kardi masih dengan kekehannya
Mang kardi lalu mengambil satu botol air galon lalu berjalan cepat kedepan karena takut jika tuan Jhonatan atau tuan mudanya yang lain datang dan tidak ada yang membuka gerbang
Tak lama mang kardi meletakkan galon airnya motor milik Rama sudah ada di depan pintu gerbang
Mang kardi pun segera menekan tombol agar pintu gerbang terbuka tak berselang lama motor Raka juga sampai di belakangnya ada mobil milik Raya
"selamat siang tuan muda nona muda" sapa mang Kardi pada ketiga anak majikannya itu
"siang mang" jawab Raya ramah sedangkan Raka dan Rama hanya mengangguk saja
"untung saja" ucap mang kardi mengelus dadanya merasa lega karena dia sudah berada di pos saat mereka semua pulang
Tin tin tin
Bunyi klakson mobil milik Rahardian berbunyi nyaring seperti orang yang tidak sabaran karena kebelet
Mang kardi pun membuka gerbang benar saja mobil Rahardian dan tuan Jhonatan masuk
Entah mengapa semua siang hari ini cepat pulang karena biasanya Rahardian dan tuan Jhonatan akan pulang saat sore hari
"selamat siang tuan muda" sapa mang kardi saat mobil Rahardian melewatinya
Rahardian hanya mengangguk saja
"selamat siang tuan" ucap mang kardi lagi pada tuan Jhonatan
Sedangkan di dalam rumah bik marmi dan bik Mumun sibuk menyiapkan makan siang untuk majikannya karena hari ini mereka berkumpul untuk makan siang bersama kecuali Rana tentunya
Entah dalam rangka apa mereka berkumpul di siang hari seperti ini
"nyonya makan siang sudah siap " ucap bik Mumun memberitahukan pada nyonya Sania
"ayo kita makan dulu" ucap nyonya Sania mengajak suami dan anak-anaknya untuk makan siang
Mereka pun makan siang bersama,rama dan Rahardian terlihat gelisah seperti sedang mencari seseorang
" kamu kenapa bang!?" tanya nyonya Sania pada putra sulungnya itu
"nggak apa-apa ma,aku hanya mencari Rana" jawab Hardi
Huuuk huk
Nyonya Sania tersedak makanannya
"hati hati ma,ini minum dulu" ucap tuan Jhonatan lalu menyerahkan air minum pada istrinya itu
nyonya Sania pun minum dengan perlahan untuk menetralkan rasa sakit di tenggorokannya
"iya kak Rana sudah lama tidak makan bareng kita,kak Rana seperti menghindari kita"sahut Raya karena tidak pernah lagi melihat kakaknya ikut makan bersama mereka baik itu saat sarapan,makan siang ataupun makan malam
Suasana di meja makan pun menjadi canggung tidak seperti biasanya yang penuh dengan canda tawa serta celotehan celotehan Raya yang menceritakan apa saja yang di alaminya seharian ini
Saat mereka baru saja menyelesaikan makan siang mereka bik marmi datang mendekati mereka
"maaf tuan nyonya jika saya mengganggu " ucap bik marmi
"ada apa bik!?" tanya tuan Jhonatan sedangkan nyonya Sania sudah menatap tajam bik Marmi tapi bik Marmi tidak memperdulikannya
"saya mau pamit tuan" jawab bik Marmi
" mau kemana bik!?" tanya tuan Jhonatan lagi
"saya mau kerumah sakit tuan" jawab bik Marmi
"kamu bik!?" tanya Hardi
"tidak den,bukan saya yang sakit "jawab bik marmi
"lalu siapa yang sakit!? Pak joko!?" tanya Hardi lagi
Bik Marmi menggelengkan kepalanya
"lalu!?" tanya hardi penasaran
"non Rana den, non rana masuk rumah sakit tadi teman non Rana datang memberitahukan pak joko kalau non Rana tadi di sekolahnya pingsan " jawab bik marmi
"apa!?" ucap Hardi dan Rama bersamaan
"kok bisa!?" tanya mereka bersamaan
"kalau detailnya saya tidak tau den mungkin den Raka bisa menjawabnya " jawab bik marmi
Dan semua orang kini menatap Raka
"maaf tuan saya pamit dulu" ucap bik marmi lagi
"dengar ya bik kalau kamu keluar dari rumah ini berarti saat itu juga kamu sudah saya pecat dan tidak usah datang lagi kerumah saya untuk bekerja " ucap nyonya Sania tiba-tiba
bik marmi mendongakkan kepalanya dan menatap Nyonya Sania dengan mata membulat
Bik Marmi tidak percaya jika nyonya sania akan melakukan itu hanya karena dirinya ingin menemani Rana
Bik marmi Sangat terkejut mendengar ucapan nyonya itu
begitupun dengan yang lainnya mereka tidak menyangka jika nyonya sania akan mengancam bik marmi
Sedangkan nyonya Sania tersenyum sinis karena dia tau bik Marmi tidak akan berani melanggar ucapannya
knpa jadi banyak mafia
jadi penasaran sama reaksi mereka nanti kalau ketemu....