Pencinta makanan, pelit dan konyol, itulah Mu Lingyao. Anehnya, dia diberkati Dewa Koi. Karena membeli sebuah buku novel percintaan fantasi yang berakhir tragis dan berantakan, ia justru dibawa masuk ke dunia Beastman untuk menyelesaikan misi penyelamatan.
Pertama, jadilah istri dan permaisuri dari seorang Kaisar Duyung Biru—Long Mujue. Kedua, selesaikan misi-misi yang ada agar dua tokoh utama asli di dunia tersebut hidup sampai akhir. Kemudian Mu Lingyao menyadari jika isi novel tersebut lebih berdarah dari pada versi aslinya.
Dia hanya ingin makan, jalan-jalan dan menjadi permaisuri malas lalu dimanja oleh suaminya yang tampan. Kenapa begitu sulit dilakukan? Dia bahkan harus menyelesaikan krisis untuk mencegah kehancuran ras duyung biru.
Mampukah Mu Lingyao menyelesaikan misi dan menjadi permaisuri malas yang dimanja Long Mujue sampai akhir? Ikuti kisahnya hanya di novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risa Jey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi Ke Daratan Luar Pulau
Melihat Mu Lingyao tidak bersuara atau keluar dari balik selimut, Long Mujue akhirnya tahu jika istrinya itu sedang marah padanya.
Seberapa keras dia berusaha untuk membujuk, Mu Lingyao tidak mau keluar sama sekali. Pada akhirnya, ia hanya bisa menyerah untuk menggodanya lebih jauh.
"Yaoyao, aku hanya bercanda. Bagaimana mungkin aku menyentuhmu setelah kamu bekerja keras semalam?" Ia memeluknya dari luar selimut. "Yaoyao, tidakkah kamu lapar? Makanlah sesuatu. Aku tahu perutmu berbunyi."
Akhirnya suara Mu Lingyao terdengar dari balik selimut. "Aku ingin makan ayam panggang."
"Makan buahnya dulu. Mari kita panggang ayamnya bersama-sama nanti," katanya.
Mu Lingyao keluar dari balik selimut dengan keadaan belum berpakaian. Long Mujue membantunya berpakaian lalu membopongnya ke kursi.
Buah-buahan segar didapat dari daratan luar pulau. Ras monyet biasanya akan berdagang dengan mereka. Ini cukup menguntungkan, mengingat ras duyung jarang pergi ke darat untuk membeli sesuatu.
"Apakah kamu akan menangkap ayam?" tanyanya.
"Tidak." Long Mujue menggelengkan kepala. "Zhu Yu dan Yue Yu yang akan pergi untuk membelinya. Jika ingin menangkap ayam, kita harus pergi ke hutan," jelasnya.
"Bukankah itu artinya kita harus pergi ke daratan luar pulau?"
"Benar. Hutan di pulau ini kecil dan tidak ada ayam liar yang dikembangbiakkan."
Pulau ras duyung biru tidak besar seperti pulau ras duyung lainnya. Hampir semua penghuni duyung biru tinggal di pulau sehingga jumlah tanah lapang berkurang.
Mereka juga membuka lahan di pulau terdekat yang berhasil direbut dari peperangan oleh ayah Long Mujue.
Tidak lama kemudian Long Mujue meminta Zhu Yu dan Yue Yu pergi untuk membeli ayam.
Mu Lingyao sudah mengeluarkan banyak bahan untuk memanggang ayam. Ia juga tidak lupa mengeluarkan bola air kristal berisi Xiao Fu dari Ruang Koi.
"Yang Mulia, kami telah membeli ayam," kata Zhu Yu yang kembali seraya menenteng seekor ayam hidup.
Ayam itu berkotek dan marah saat Zhu Yu memegangnya.
Mu Lingyao sendiri terkejut dengan ukuran ayam betina. Ternyata tidak kecil seperti ayam di zaman modern. Bahkan saking terkejutnya, ia hampir melongo.
"Itu ... Itu ... Ayam? Yakin itu ayam liar dan bukan ayam jadi-jadian?" tanyanya.
"Itu ayam liar. Yaoyao, apakah satu ekor cukup?" tanya Long Mujue.
"Cukup, cukup! Sangat cukup!"
Jangan bercanda. Dia tidak ingin menghabiskan semua ayam panggang sebesar itu. Mungkin beratnya lebih dari tiga kilo.
Karena ayamnya besar, Mu Lingyao memutuskan untuk memanggangnya di luar. Dia tidak mau kamarnya berbau ayam panggang.
Akhirnya, Zhu Yu dan Yue Yu menyiapkan tungku batu di halaman belakang. Menumpuk kayu bakar kering dan membuat api.
Ayam yang telah dipotong, dibersihkan. Mu Lingyao mengeluarkan kuali besar untuk merebus ayam terlebih dahulu selama beberapa saat, sebelum akhirnya diberi bumbu marinasi.
Ketika dipanggang, aromanya sangat harum. Bahkan aromanya menyebar hingga ke halaman depan istana.
Ibu Suri Miao yang berada di ruangannya, terpikat oleh aroma enak tersebut.
"Makanan apa ini? Kenapa wanginya sangat harum?" tanyanya penasaran.
"Ibu Suri, haruskah saya mencari tahu dulu?" tanya pelayan kepercayaannya.
"Cepat cari tahu!"
Sebentar lagi memasuki waktu makan siang. Ibu Suri Miao sama sekali tidak berselera untuk makan. Ditambah, ia sakit kepala karena banyaknya kunjungan dari beberapa ras duyung.
Mereka semua sangat penasaran dengan istri Long Mujue. Berita tentang Mu Lingyao yang diberkahi dewa dan leluhur naga, rupanya telah menyebar luas hingga ke daratan.
Tidak lama kemudian, si pelayan kembali setelah mencari tahu sumber bau enak itu.
"Ibu Suri, Yang Mulia Kaisar dan Permaisuri sedang memanggang ayam di belakang istana."
"Memanggang? Apakah itu membakar daging ayam?" Ibu Suri Miao berpikir cukup jauh.
"Sepertinya begitu. Saya melihat mereka sedang membakar ayam itu di atas bara api."
"Ayam dibakar? Seperti apa rasanya?" Ibu Suri Miao sangat penasaran karena tidak pernah mencobanya sama sekali.
Wanginya memang sangat harum. Tapi apakah rasanya tidak kalah lezat dari daging segar?
Ibu Suri Miao sangat penasaran hingga memutuskan untuk melihatnya sendiri.
Ketika tiba di halaman belakang, ia melihat Long Mujue dan Mu Lingyao sedang memanggang daging ayam yang diberi bumbu. Warna daging yang mulai kuning keemasan terlihat menggugah selera.
"Ibu, apa yang Ibu lakukan di sini?" tanya Long Mujue yang terkejut melihat ibunya datang dengan dua pelayan yang menemaninya.
Mu Lingyao sangat fokus untuk memanggang ayam hingga menyiapkan makanan pendamping lainnya. Ia tidak sempat untuk menyapa Ibu Suri Miao. Terlebih lagi, ibu mertuanya itu meminta ia untuk bersikap santai.
"Ibu penasaran dengan apa yang kalian lakukan. Aromanya tercium hingga ke halaman depan. Biarkan Ibu mencicipinya sedikit nanti."
"Yaoyao ingin makan daging ayam, jadi kita memasaknya."
Ibu Suri Miao sudah tahu jika Mu Lingyao tidak bisa makan daging mentah. Awalnya dia merasa heran. Tetapi setelah mengetahui tentang kebiasaan ras manusia, ia menghormatinya.
Setelah ayam panggang matang sempurna, Mu Lingyao menyiapkan saus pendamping serta daun selada. Ditambah dia belum sarapan sejak pagi, jadi siang ini, nafsu makannya meningkat.
Mereka semua makan siang di bawah pohon rindang yang daunnya mulai rontok.
Rasa ayam panggang yang gurih dan kaya bumbu langsung membuat Ibu Suri Miao jatuh cinta.
"Ini enak sekali. Ternyata api bisa digunakan untuk membuat daging panggang. Yaoyao benar-benar penuh kejutan."
Dipuji oleh ibu mertuanya, Mu Lingyao langsung tersipu.
Tanpa sengaja, Ibu Suri Miao melihat tanda naga biru kecil di tulang selangka Mu Lingyao, diam-diam tersenyum. Putranya telah bekerja keras semalam hingga tidak keluar kamar pagi tadi.
Mu Lingyao memakan paha serta hati ayam. Memakannya dengan selada lebih enak lagi.
Setelah makan siang, Mu Lingyao ingin pergi ke daratan untuk melihat-lihat pemandangan di sana. Long Mujue tidak bisa menolaknya. Jadi keduanya segera bersiap-siap.
"Ingatlah untuk kembali sebelum malam. Kakek Kura-kura berkata jika malam ini kemungkinan ada badai." Ibu Suri Miao memperingatinya.
"Kakek kura-kura belum pulang?" tanya Mu Lingyao.
"Dia pulang tadi pagi setelah memberitahu akan terjadi badai malam nanti. Ini kali pertama Yaoyao bepergian ke daratan luar pulau, ingatlah untuk membeli banyak barang." Lalu Ibu Suri Miao melirik kedua pengawal Long Mujue yang selalu menemani. "Kalian berdua, jaga Kaisar dan Permaisuri dengan baik dan kembalilah dengan selamat."
"Ya, Ibu Suri!" Zhu Yu dan Yue Yu langsung mematuhi perintah.
...****************...
Mu Lingyao dan Long Mujue akhirnya meninggalkan pulau ras duyung biru dan menginjakkan kaki di daratan luar pulau.
Di pantai, beberapa ras manusia binatang memiliki kegiatannya tersendiri. Entah itu jual beli hasil tangkapan laut atau sekadar negosiasi.
"Para duyung biasanya akan melakukan transaksi di sini dengan ras lain," kata Long Mujue.
"Apakah mereka melakukan barter?" tanya Mu Lingyao.
"Barter?"
"Pertukaran barang dengan barang lain yang setara."
"Oh, ya, tentu saja. Selain menggunakan benda berharga sebagai bayarannya, kami juga melakukan pertukaran barang."
"Lalu dengan apa ras duyung membayar barang yang diinginkan?"
Long Mujue mengeluarkan kantong kain dari balik bajunya. "Kami menggunakan ini."
Mu Lingyao sedikit menyipit karena silau ketika puluhan mutiara mutiara yang terkena sinar matahari. Melihat banyaknya mutiara putih, ia membelalakkan mata.
"Mutiara? Kamu sangat kaya!"
Mutiara asli harganya mahal. Mu Lingyao tahu itu. Fakta bahwa mereka membayar barang dengan satu mutiara, Mu Lingyao merasa ada tulang ayam tersangkut di tenggorokannya.
"Apakah ... Ayam yang dibeli tadi siang juga dibayar dengan ini?" tanyanya pelan.
"Yaoyao benar. Satu mutiara cukup untuk membeli dua ekor ayam liar."
"...."
Mu Lingyao ingin tersedak sesuatu. Jika dia tahu ini, lebih baik pergi ke daratan dan menangkap ayam sendiri di hutan.
Mutiara yang mahal itu setara dua ekor ayam di zaman ini. Sungguh keterlaluan!
Tiba-tiba saja, seorang anak laki-laki dari ras naga yang entah dari mana datangnya, berlari menghampiri Mu Lingyao dan memeluk pahanya.
"Betina cantik! Maukah kamu menikah denganku?" teriaknya sangat antusias.
Suhu udara di sekitar seketika turun drastis.
Nah, anak laki-laki yang terlihat berusia lima tahunan itu, kini telah menggali lubang kuburannya sendiri.
semangat Thor up nya 🤗🤗